Chapter 7

3 1 0
                                    

Sudah hampir dua bulan Yuan dekat dengan Wishnu, rasa nyaman yang diberikan Wishnu sangat berbeda saat Yuan dekat dengan Ardan. Disaat Yuan sedang menentukan hatinya memilih siapa, Yuan harus dihadapkan dengan keputusan yang sangat sulit ketika ia mendapatkan kabar bahwa ia lulus untuk menjalankan tugas khusus yang sudah lama ia cita-citakan dan mendapatkan penempatan di daerah Papua.

Hari ini adalah hari terakhir Yuan bekerja di Apotek, walau masih hitungan baru jalan dua tahun ia bekerja disini, tapi kekeluargaannya sangat erat sehingga sedikit berat untuk melepasnya.

"Rekan-rekan semua, makasih ya atas semua kerjasamanya selama ini. Mohon maaf kalau selama saya kerja disini banyak hal yang disengaja atau tidak disengaja pernah menyakiti kalian. Dan, untuk terakhir kalinya saya sebagai pegawai disini, semoga kalian bisa menikmati semua makanannya. See you," ucap Yuan untuk mengeluarkan kata-kata perpisahan, setelah memutuskan semuanya Yuan mulai bergegas pulang mengemas barang-barangnya untuk keberangkatannya minggu depan.

💫💫💫

Yuan tidak lupa berkumpul dahulu bersama gengnya sebelum pergi, kalau tidak ia akan dimusuhi oleh mereka karena tidak pamitan dahulu. Kali ini Yuan mentraktir mereka di AYCE, kapan lagi bikin mereka senang sebelum nanti susah ketemu lagi pikir Yuan.

Mereka kaget dan agak kesal karena diberitahu menjelang beberapa hari keberangkatan. "Sorry ya guys, gue pun gak nyangka kalau gue bakal lulus dan kalian kan tahu kalau gue pengen banget ikutan ini."

"Gue sih udah gak aneh ya sama tingkah lo yang impulsif ini, udah khatam gue gimana sama kelakuan lo itu emang susah ditebak. Tapi bisa gak sih lo impulsifnya agak di rem untuk kedepannya," timpal Edo.

"Oke kita maafin lo yang tiba-tiba mau ngilang tapi pamit dulu. Cuman gue mau nanya, lo udah pamitan sama mereka?" tanya Fajar.

"Mereka siapa maksud lo?" Yuan bingung maksud mereka itu mereka yang mana.

"Ya cowok yang deket sama lo lah, Ardan sama Wishnu," ucap Ala.

"Emang harus gue pamitan sama mereka? kan bisa kalau mereka nanyain nanti ke kalian tinggal di jawab aja gue kemana," jawab Yuan.

"Edan ya, bener-bener gue gak ngerti jalan pikiran lo. Mau sampai kapan lo gantungin cowok-cowok itu sih. gue tahu kalian gak jelas semua hubungannya tapi ya lo tetep harus ada itikad baik, menyelesaikan semua sebelum pergi baik itu nanti hasil positif apa negatif." Kali ini Tina yang gemas dengan pikiran Yuan. 

💫💫💫

Ucapan Tina terus terngiang dalam pikiran Yuan dan mengambil keputusan untu Bertemu secapatnya agar tidak ada hutang pihutang mengenai perasaan.

 Yuan merasa bimbang ketika mengajak Ardan untuk bertemu, karena memang mereka kalau ketemu tidak pernah sengaja yang bahkan kalau bertemu dengan sengaja selalu menjadi gagal. Lalu, yang menjadi kebimbangan Yuan karena sudah lama dia tidak komunikasi selain saat Ardan memberikan dia buku.

"Udah lama kamu menunggu saya disini?" tanya Ardan saat datang dan mengambil tempat duduk didepan Yuan.

"Enggak, paling sekitar 10 menit saja kok. Santai aja," ucap Yuan menutup buku yang ia baca.

"Kenapa kamu minta bertemu di perpustakaan kampus saya?" intonasi Ardan memang sulit ditebak, merasa dekat tapi asing. Kalimat yang Ardan ucapkan sangat ambigu untuk diartikan, dengan nada dingin kalimatnya tidak bisa disiratkan kalimat positif apa negatif.

"Biar gak ganggu jadwal kamu, lagian aku cuman mau ngomong sebentar aja."

"Perihal apa?"

"Perihal aku sih, entah ini penting atau enggak buat kamu tapi lebih baik aku ngomong sekarang aja." Yuan sedikit gugup karena merasa ragu apakah harus diungkapkan atau tidak.

"Silahkan, setengah jam lagi saya harus masuk kelas."

"Sebelumnya aku mau minta maaf kalau selama ini pernah melakukan salah yang disengaja atau enggak sama kamu. Senin besok aku udah mulai karantina dan pergi ke Papua untuk melakukan tugas khusus disana." Jelas Yuan dengan singkat dan padat dengan sedikit ragu.

Ardan tidak menampilkan ekpresi yang berlebih, wajah datarnya benar-benar dingin. "Berapa lama kamu diam disana?"

"Sekitar 2 tahun kalau sesuai jadwal," jawab Yuan.

"Lalu, saya bagaimana?" Ardan bertanya dengan terus menatap Yuan, seperti sedang mengintimidasi.

Hah pekik Yuan dalam hati karena tidak paham dengan yang Ardan ucapkan. "Maksudnya?"

"Bagaimana dengan saya dan perasaan saya? apakah kamu tidak mempertimbangkannya ketika mengikuti ini? atau setidaknya kamu ceritakan mengenai hal ini pada saya."

"Bukan aku tidak mempertimbangkannya, tapi dari awal aku gak ngerti dengan hubungan kita, tidak ada kejelasan, tidak ada ikatan dan kamu tidak pernah mengatakan apapun mengenai perasaan kamu. Apa yang perlu aku simpulkan? Ada hak apa yang aku dapat terhadap kamu dan kewajiban apa yang harus aku lakukan untuk hal ini."

"Apakah dengan perlakuan saya selama ini kamu tidak merasakan apapun?"

"Bohong kalau aku bilang tidak merasakan apapun, tapi dengan kehadiran kamu yang hilang timbul dan tidak pernah ada perkataan yang menguatkan semuanya menjadikan itu menjadi buram."

"Saya memang tidak berpengalaman soal itu, tapi saya tulus menyayangi dan mencintai kamu, harusnya kamu tahu itu, harusnya kamu mengerti mengenai hal ini. Saya tidak mengatakan itu semua karena saya ingin memantaskan diri untuk bersanding dengan kamu. Saya sedang mengusahakan semua setara dan menjadi versi terbaik saat bersama kamu."

"Saya tidak tahu kalau kamu tidak mengatakannya, tapi setidaknya dari dulu kamu memberikan penjelasan untuk saya agar saya tidak berpikiran kemana-mana. Agar saya paham memposisikan diri saya seperti apa, dan agar saya tahu penantian saya tidak akan sia-sia karena bertepuk sebelah tangan."

"Lalu, setelah kamu selesai melakukan tugas khusus rencana apa yang akan kamu ambil?"

"Aku tidak tahu pasti setelah selesai tugas akan melakukan apa, yang pasti saat aku jauh aku minta sama kamu untuk kita saling melepaskan dan membebaskan satu sama lain. Aku tidak bisa menjanjikan apapun begitupun dengan kamu. Kita jangan membuat janji apapun karena akan menjadi beban untuk kita berdua. Aku harap bila saat aku pergi dan kamu menemukan seseorang yang baru, lebih baik dari aku jangan pernah kamu sia-siakan dia, kamu harus mengatakan apa yang kamu rasa jangan buat dia salah paham seperti yang terjadi pada kita saat ini."

"Kamu dengan mudahnya mengatakan itu, apa kamu tidak memahami perasaan saya?" suara Ardan sedikit melemah dengan tatapan sendu dan penuh penyesalan.

"Justru karena aku memahami perasaan kamu, aku tidak ingin menggantung kamu terlalu lama dengan hubungan tidak jelas. Aku harap kamu akan bahagia dengan langkah baru."

"Baik kalau itu yang kamu mau, semoga kamu bahagia dengan pilihan kamu. Saya pamit, harus masuk kelas sekarang," ucap Ardan untuk terakhir kalinya. Sesaat Yuan hanya mematung diam melihat kepergian Ardan.

Tanpa terasa air mata Yuan turun membanjiri pipinya. Menahan tangis agar tidak mengeluarkan suara membuat dirinya sesak. Akhirnya Yuan memutuskan untuk segera pulang setelah sedikit tenang.

Yuan menunggu ojek online di depan halte kampus Ardan, tetapi yang datang adalah Edo. Entah kebetulan tapi tanpa diminta Yuan langsung naik keatas motor Edo dan meminta Edo untuk membawanya berkeliling Bandung.

💫💫💫

💫💫💫

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
YUAN DAN KISAHNYATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang