Chapter 8

2 1 0
                                        

Di balik punggung Edo, Yuan menangis lagi. Edo hanya diam saja melihat Yuan menangis dari kaca spion. Ketika mulai mereda, Edo membawa Yuan ke Cartil atau Caringin Tilu untuk mendinginkan pikiran. Berhubung menjelang sore, suasana sangat mendukung untuk Yuan merelaksasikan dan Edo akan menunggu Yuan bercerita.

"Do, akhirnya gue tahu perasaan Ardan selama ini. Tapi menurut gue itu semua udah telat. Kenapa dia gak ngomong dari awal. Kenapa harus kaya gitu. Gue kadang gak ngerti sama jalan pikiran dia, tapi harus gimana lagi kalau keadaan kaya gini terus, gue gak bisa melangkah kemana-mana." Yuan terus bercerita mengenai kejadian tadi di Perpustakaan. Edo hanya bisa mendengarkan Yuan bercerita, dan menunggu Yuan habis mengeluarkan uneg-unegnya.

"Udah beres ceritanya? Nih minum dulu jusnya biar lo segeran dikit. Gak kuat gue liat lo kusut gitu, kaya gak ada masa depan padahal masa depan lo tuh cerah banget, secerah mentari pagi yang menyinari bumi ini." Gombal Edo.

"Getek aih, jangan ngomong gitu depan gue lah Do, gak mempan. Tuh gombal ke adik tingkat lo di kampus aja."

"Yaelah, canda dikitlah gak usah serius banget gitu. Kenapa lo gak ngajak dia ngobrol dari dulu aja sih? kenapa harus nunggu bertahun-tahun baru ngomong. Gemes banget gue liat hubungan kalian yang gak ada kemajuan gitu."

"Ya gue tengsin lah, masa harus cewek duluan yang ngomong sih, dari kemarin gue nungguin dia ngomong tapi gak ngomong-ngomong giliran gue pamit pergi baru dia jujur soal perasaannya, kan cape Do."

"Yaudahlah kalau kalian jodoh pun nanti dikasih jalan baru," jeda Edo mengambil minumannya. " Terus urusan sama Wishnu gimana tuh? Lo udah ngomong mau pergi?"

"Belumlah, gue rencananya ngajak ketemuan dia tuh besok. Gak siap kalau harus ketemu sekarang, lagi gak kobe gini dandanan gue."

"Giliran ketemu Ardan sama Wishnu lo mikirin penampilan, lah ketemu sama gue lo ancur-ancuran gini, jahat lo."

"Ya habisnya kenapa lo nemuin gue lagi kusut segala sih, terus kenapa tadi bisa ada di depan halte segala, kan kampus lo sama Ardan jauh."

"Siapa lagi yang tahu posisi lo disitu kalau bukan Ardan. Dia teleponin gue terus, untung gue baru beres kelas jadi ya langsung gas ke lokasi."

"Tapi thank you ya, lo dah mau bawa gue keliling Bandung sama ngadem disini."

"Yoi, kapan lagi gue bisa liat lo nangis kaya gini."

"Puas ya lo ketawain gue."

"Kan enak liat lo kaya gini berarti lo masih manusia, kemarin-kemarin mana ada lo nangis, yang ada kaya manekin kaku amat," Edo menimbang-nimbang dengan yang akan ia katakan. "Eh tapi inget ya, lo besok tuntasin juga urusan sama Wishnu, jangan ada ngegantung lagi. Harus jelas sejelas-jelasnya jangan janjiin apapun sama dia."

"Iya iya, gue sama Wishnu udah terang-terangan kok dari awal, gue tahu dia naruh hati sama gue, tapi ya gue gak bisa secepat itu buat nerima dia, gue gak mau jadiin dia pelampiasan makanya dia kalem-kalem aja."

"Sulit juga ya jadi lo, timing-nya sih yang kurang tepat tapi kalau jodoh mah nanti juga dateng di waktu yang tepat. Sekarang gue titip aja sama lo, kejar cita-cita lo, beresin urusan lo sama diri lo sendiri, buat diri lo puas dulu, bahagia tapi jangan macem-macem. Pokoknya kita disini dukung lo, dan selalu nungguin kabar baik yang lo bawa."

"Ah, kenapa hari ini lo bijak banget sih Do, gue kan jadi pengen nangis lagi."

"Lo kalo sampai nangis lagi, beneran gue tinggal disini ya."

💫💫💫

To: Whisnutama Jagadita

Tam, hari ini kosong jam berapa di Cafe?

YUAN DAN KISAHNYATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang