BAB 4

46 12 0
                                    

Hingga suatu ketika, pria yang disukai Anna mengenalkan seorang  wanita yang ia bawa.

"Ini adalah calon istriku."

Senyuman bahagia tampak diwajah mereka membuat Anna kecewa, Anna mengira pria itu akan mencintainya.

Anna yang sedih tak bisa menyembunyikan ekspresinya. Sehingga ia menangis dan tanpa sengaja menarik gaun yang dikenakan wanita itu hingga robek.

"Apa yang kau lakukan?".

Seru pria itu, dengan kasar ia menepis tangan Anna yang masih menggengam gaun calon istrinya.

"Kan sudah ku bilang, ia menyukaimu!".

Ucap wanita yang akan menjadi calon istri pria itu, ia memandang Anna dengan tatapan yang penuh kebencian.

"Tidak mungkin, selama ini aku hanya kasian padanya, meski ia memiliki kecantikan yang setara dengan bangsawan, aku tidak sudi bersama wanita bisu!".

Mendengar kalimat yang dilontarkan pria itu, seketika Anna berlari.

"Lihatlah perbuatanmu, nampaknya ia benar-benar menyukaimu."

"Sial, tahu begini aku tidak akan mengasihaninya. Aku hanya ingin berbuat baik, karena mengingat seseorang yang pernah menolongku dahulu."

Wajah pria itu mengekspresikan rasa bersalah, ia merasa tak pantas mengucapkan kata yang kasar itu meski ia sedang marah.

"Sudahlah, itu bukan salahmu, ialah yang tak tahu diri dalam menempatkan posisinya."

                            ***

Anna berlari sejauh mungkin, ia tak mengiraukan telapak kakinya yang berdarah karena tergores rerumputan tajam dan duri-duri disana, hanya hutan pinus yang ada didalam pikirannya.
Namun ia malu jika harus bertemu dengan Elias lagi.

Ia tak mau Elias tahu bahwa dirinya tidak bahagia meski telah merubah wajahnya.

"Mengapa ini harus terjadi padaku? Apa aku bukanlah orang yang pantas untuk bahagia?
Aku hanya menginginkan kehidupan biasa seperti orang-orang, aku ingin dicintai, aku juga ingin bebas melakukan hal yang kusukai."

Hatinya tak berhenti berbicara, ia kecewa dengan keadaan yang tak berpihak kepadanya.

Anna terus berlari hingga sampailah ia disebuah jalan buntu, tak jauh dari sana tampak sebuah danau besar dan jernih, hingga ikan-ikan disana terlihat jelas.

"Itukah hewan yang pernah ku makan bersama Tuan?".

Perlahan Anna berjalan ke arah danau itu, ia takjub melihat air besar yang menggenang dan memantulkan bayangan dirinya.

Anna memandangi wajahnya yang berbeda, kulitnya bersih tak ada bintik ataupun noda hitam besar yang menutupi wajahnya.

"Semua ini percuma!".

Serunya seraya kembali kejalan buntu, Anna menatap sebuah jurang yang dibawahnya bebatuan.
Ia berdiri disana, kenangannya bersama Elias kembali dalam ingatannya.
Seandainya ia tidak serakah, ia akan bahagia tinggal dihutan itu bersama Elias selamanya.

Air mata yang tak berhenti menetes membuat matanya terasa perih, pandangannya menjadi sayu, bibirnya seakan ingin berteriak sekencang mungkin.

Ia menariki rambut panjangnya yang bergelombang dengan kedua tangannya, hingga rambut-rambutnya itu membelit jemari tangannya.

"Selamat tinggal Tuan."

Anna melompat kedasar jurang, hingga tubuhnya hancur terkena bebatuan yang sangat besar itu. Terutama wajahnya, siapapun yang menemukannya, pasti tidak akan bisa mengenalinya.

____________________________________

Vote dan komen kalau kalian suka sama ceritanya 😘

Follow akunku juga : pecintasenjamu

Elias (HIATUS)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang