6. dua belah jiwa

423 81 27
                                    

Hari masih pagi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hari masih pagi. Nampak seorang pemuda kelewat jangkung masih santai melanjutkan jalannya walau sebentar lagi bel istirahat selesai. Leon mendengus berulang kali, tiba di depan pohon kersen menjulang yang selalu jadi persembunyiannya untuk membolos. Lelaki keturunan Macau itu tiba-tiba berbalik, menatap tak suka.

"Lo ngapain sih, ngintilin gue mulu?"

Tergagap, Leon bisa melihat sosok bermata sipit yang terpergok itu gelagapan ingin kabur.

"Ape hah?! Jangan lari mulu lo! Kalau gak lo habis sama gue. Ngomong yang bener mau lo apa!"

Iya—itu Alfa. Punggungnya yang sedikit bungkuk semakin dibuat menciut oleh gertakan Leon. Namun ia juga tidak bisa melarikan diri di bawah tatapan tajam itu. Tapi bukankah ini tujuannya mengikuti lelaki itu dua hari terakhir? Alfa ingin menyampaikan sesuatu pada anak yang tak ia kenal ini. Namun karena auranya yang begitu mendominasi, membuat langkah Alfa tak berani untuk mendekat sebelumnya.

"Heh malah diem aja. Kesurupan?"

Alfa meremas saku celananya gugup, "m-makasih.."

Leon mengernyit. Menatap bingung wajah yang tak berani bersitatap dengannya. "Lo ngomong apa kumur-kumur sih? Yang jelas! Kuping gue kagak masuk suara sekecil begituan elah!"

"Makasih ya.."

"YANG KERAS!"

"MAKASIH!" Alfa sontak menutup mulutnya, merutuki dirinya sendiri. "m-maaf.. maaf kekencengan."

Namun lelaki di depannya malah terkekeh kecil. "Makasih buat apa?"

"Makasih lo udah.. udah nolongin pas pingsan kemarin."

Leon akhirnya manggut-manggut. Ternyata pasal ini, sedikit tak menyangka bahwa pemuda yang terlihat pemalu ini ternyata mengenang budi. Apalagi berani mendekatinya yang memiliki reputasi buruk, Leon jadi salut dengan keberanian Alfa. Ia jadi ingin mengujinya sekali lagi.

"Kagak, kagak gratis gue nolongin lo."

Bahu pemuda Laurtney itu nampak meluruh, dengan cepat ia merogoh saku celananya. Mengeluarkan dompet coklat yang nampak tebal. "Lo mau b-berapa?

Alfa serius. Ia tak bisa mengabaikan kebaikan seseorang yang sudah menolongnya, bahkan menyelamatkannya. Sejujurnya ia takut setengah mati berhadapan dengan Leon, legenda sekolah yang kata rumor, lebih menyeramkan karena berteman dengan penunggu pohon kersen sekolah. Namun ia tak bisa mengabaikan fakta bahwa Leon sudah membawanya ke UKS, bahkan berjaga sampai ia bangun dari pingsan.

"Hah, lo mau bayar gue pake duit?"

"Iya?"

Leon berdecih, "tolol. Duit gue di bank aja tumpah-tumpah. Bingung gue mau dibelanjain apart mana lagi kali ini. Ngasih duit ke gue ya gak ngaruh."

Benar juga sih. Selain disegani karena perangainya yang menyegankan, keluarga Leon adalah pemegang ritel terbesar kedua di kota mereka. Usaha keluarga Macau itu merambah luas pada properti dan otomotif. Tidak heran jika Leon setiap berangkat sekolah, memakai barang-barang branded yang harganya bahkan menyentuh harga puluhan juta. Alfa mengaduh pelan.

Alphabet MiliknyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang