Saat ini Ivy dan Elios tengah menikmati waktu bersamanya di taman belakang Kediaman Egbert. Keduanya duduk di atas hamparan rerumputan hijau yang beralaskan kain sambil memandangi bunga-bunga yang mengelilingi taman tersebut.
Sesekali Ivy memakan buah strawberry yang ada di pangkuannya. Sementara, Elios meminum segelas jus apel kesukaannya.
"Vi..." panggil Elios tanpa mengalihkan pandangannya dari bunga-bunga cantik di depannya.
Ivy pun mengalihkan atensinya menatap sang kakak.
"Kenapa?" tanyanya dengan pipi menggembung dipenuhi oleh strawberry di dalam mulutnya.
Elios tersenyum gemas melihat tingkah adiknya. Ia pun memutar badannya menjadi menghadap Ivy dengan kedua kaki disilangkan.
"Jangan makan terlalu banyak. Kau bisa saja tersedak," peringat Elios. Dengan patuh, Ivy pun mengangguk.
"Jadi, ada apa, Kak? Apa yang ingin Kak El tanyakan?" tanya Ivy penasaran. Ia tahu bahwa kakaknya masih memiliki berbagai pertanyaan untuknya atas amnesia yang ia alami.
Elios terdiam cukup lama sebelum akhirnya memutuskan untuk bertanya,
"Bagaimana kau bisa tahu tentangku dan Ayah padahal kau mengalami amnesia?"
Gadis itu sedikit tersentak mendengar pertanyaan Elios. Apakah tidak masalah kalau aku jujur? Tidak-tidak. Aku akan jujur tentang apapun, kecuali tentang novel yang pernah kubaca.
"Bella yang memberitahuku. Aku bertanya padanya tentang siapa aku. Ia pun menjelaskan secara rinci tentang identitasku, dimana aku, dan siapa keluargaku," jawab Ivy apa adanya.
Elios termenung menatap rumit adik perempuannya.
"Lalu, bagaimana perasaanmu saat pertama kali terbangun? Apa yang kau lakukan dan apa yang terpikirkan olehmu saat kau tak bisa mengingat apapun saat itu? Tolong ceritakan semuanya padaku," pinta Elios dengan tatapan sedih yang berusaha ia tutupi.
Jujur saja, Ivy tak siap menceritakannya. Tapi entah kenapa, ia merasa bahwa Elios adalah seseorang yang bisa ia andalkan.
"Apakah Kak El sungguh ingin mendengarkan ceritaku?" tanya Ivy memastikan. Dengan mantap, Elios menganggukkan kepalanya.
Melihat reaksi Elios yang begitu yakin, Ivy memilih mengalihkan pandangannya ke arah hamparan bunga dan mulai bercerita.
"Saat aku terbangun malam itu, tidak ada siapapun di kamar yang luas nan mewah itu. Hanya aku sendiri. Waktu itu begitu sunyi, semuanya terasa asing, tidak ada ingatan apapun di kepalaku, dan aku hanya dilingkupi perasaan takut sekaligus cemas."
"Aku tidak tahu sedang di mana, aku tidak tahu siapa diriku, aku tidak mengenal seorangpun di tempat ini, dan aku tidak ingat barang sedikitpun apa yang sebenarnya telah terjadi padaku," lebih tepatnya apa yang telah terjadi pada Ivy asli.
KAMU SEDANG MEMBACA
I Just Do Everything I Want
Fantasy"Buset dah! Kalo jadi female lead kaya si Giselle gini enak juga nasibnya mulus terus kaya jalan tol. Dari orok udah dapet bekal kekuatan. Gedenya langsung ketemu jodoh cuman gegara gak sengaja tabrakan. Putra mahkota pula. Second male lead nya juga...