Chapter One : Reality?

159 23 2
                                    


When she wake,

Cara tersederhana untuk sekarang adalah bertahan hidup dan bangun dari mimpi buruk ini secepatnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Cara tersederhana untuk sekarang adalah bertahan hidup dan bangun dari mimpi buruk ini secepatnya

Aku Yeom (nama), Seharusnya hari pertamaku di sekolah menengah seoul akan baik-baik saja, setidaknya aku tidak akan mengalami hal-hal buruk seperti di panti.

Daejong dan Cheolsu mengantarku, bahkan semua baik-baik saja sampai aku melihat protagonis dari novel yang kubaca akhir pekan lalu, duduk di pojok kelas dengan wajah suram.

Sial, aku tidak mengerti kenapa karakter novel bisa keluar dari buku? Apakah kenyataan sebenarnya saling tumpang tidih?

"Tempatmu disebelah Kim Dokja" suara guru itu memecah lamunanku.

mata kami bertemu, Kim dokja menatap kearahku dengan tatapan kosong, seperti ikan mati.

Aku berjalan kearahnya, di ikuti tatapan siswa lainnya yang seolah mengawasi gerak-gerikku.

Kelas dimulai, Aku bahkan tak perlu repot untuk memperhatikan pelajaran, aku terlalu sibuk memikirkan apa yang sebenarnya terjadi.

"Kamu benar-benar Kim Dokja?" Aku berbisik padanya. pemuda itu menegang saat aku berbisik kearahnya, seolah ia begitu sensitf.

Aku lalu menatapnya dengan benar, tubuhnya terdapat beberapa lebam, dan seragamnya kotor. Jika dilihat dari novel yang kubaca, Kim dokja mengalami hari-hari berat di sekolah.

Aku menelan ludahku, ini sulit.

Aku selalu ingin berinteraksi denganya tetapi aku ragu jika aku harus masuk didalam alur novel itu. Bagaimana aku hidup nanti nya? Hidupku saja sudah seperti neraka!

"Ya" jawaban datar itu membuatku menoleh.

Manik tanpa binar itu melihatku, seolah penasaran.

"Apa kita pernah bertemu?" Begitulah akhir percakapan antara aku dan Protagonis dari Omniscien't reader's Viewpoint.

Sebab bel berbunyi, dan dengan cepat tanpa membuang waktu Kim dokja berdiri dan meninggalkan kelas.

Itu adalah hari pertama ku yang terburuk.

Setelah ku yakin bahwa aku benar-benar masuk kedalam novel yang ku baca karena muncul di beranda media sosial ku, aku yakin sekali.

Sebab latar tempat dan waktunya serta karakter selain protagonis dan detail kecil, semuanya berjalan di depan mataku seolah film yang sedang di putar.

Aku harus merasa lega, sebab semua ini masih jauh dari alur novel yang sebenarnya.

Dokja masih remaja dan alur cerita di mulai saat ia dewasa, maka sebelum itu aku harus mencari cara untuk keluar dari kenyataan ini.

Aku berjalan di trotoar, hampir senja.
Daejong sedang ada kelas lukisan bersama teman-temannya dan Cheolsu sedang belajar untuk persiapan masuk universitas. Jadi aku berjalan pulang sendiri.

"Are? Aku dimana?" Namun sepertinya tidak berjalan mulu sebab aku melamun, aku tersesat entah kemana.

Aku menoleh segala arah untuk mencari jalan pulang, lalu menemukan punggung yang ku kenal berjalan membelakangi ku dengan beberapa senior di kanan kirinya.

Aku mengerut, apakah itu perundungan yang di tulis di novel.

Sungguh aku tak pernah tidak merasa simpatik dan marah atas semua duka yang di beri untuk protagonis.

Mereka hampir hilang di belokan, aku berlari untuk mengejar mereka. Setidaknya, jika memang aku di kirim kesini, setidaknya biarlah aku menjadi kawannya.

Mungkin dengan cara itu aku bisa keluar dari kenyataan novel ini kan?

Adegan selanjutnya sangat klise, senior yang merundung Kim dokja terkejut dengan kedatangan ku. Kami berdebat cukup lama hingga amarahku tak terkendali.

Sedang Protagonis kesayangan itu menatapku bingung dengan apa yang kulakukan.

Meski begitu tak ada yang berani macam-macam denganku hanya karena nama kedua kakakku.

"Kamu baik-baik saja?" Aku berjongkok di hadapannya.

Para senior sudah pergi dengan kesal karena aku memgacam akan mengadukan mereka ke Cheolsu.

"Kenapa menolong ku?" Suara itu terdengar datar, tanpa ekspresi yang jelas, dia meminta penjelasan.

"Aku tersesat" aku menjawab seadanya.

Penampilan kacau Kim dokja. Protagonis kesayangan ku.

Aku tidak mau mengakuinya, tapi hatiku terasa sakit melihat keadaan ini.

"Aku tidak tau jalan pulang" air mataku mengalir begitu saja, aku tak tega melihatnya seperti ini.

Biarlah aku disini, aku tidak akan meninggalkan mu.

~~~

A/n : Sebuah permulaan, apakah akan ada yang meminta chapter selanjutnya?

Saviour (Kim Dokja)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang