Chapter Six : Separated

111 27 6
                                    

Warning!

Harap bijak karena mengandung adegan berdarah!
.
.

.
.

Saviour

Kim Dokja x Reader
.
.
.

Sempatkan vote sebelum membaca!

Enjoy~

Enjoy~

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

.
.

Ia tak menyangka bahwa ini adalah hari dimana mimpi buruknya menjadi nyata.

Semua kekhawatiran menumpuk pecah begitu saja bersamaan dengan layar biru yang muncul tepat di depan matanya.

[LAYANAN GRATIS SISTEM PLANET KE-8612 TELAH BERAKHIR]

Tak dapat di pungkiri bahwa kepanikan telah menelan (nama) secara utuh.

Sungguh, gadis itu seharian ini hanya duduk di sofa, menatap jendela sesekali sambil menunggu Dokja pulang tetapi siapa sangka hari ini tiba tanpa aba-aba seperti ini ?

(Nama) mengerang frustasi, jelas dia tak memiliki serangga untuk di bunuh dan dia terlalu takut untuk mencari kecoak yang mungkin saja ada di rak-rak penyimpanan dekat kamar mandi.

Tapi dia tidak akan melakukan itu.

Jantung berdebar tak karuan saat pemberitahuan skenario pertama di mulai beberapa menit lalu, tadinya hanya suara bising dan kebingungan lalu amarah para penghuni Apartemen.

(Nama) bisa mendengarnya sebab tembok apartemen cukup tipis.

Mungkin Dokkaebi sudah memulai aksinya dan di beberapa pintu tengah terjadi pembantaian. Itu terdengar jelas oleh (nama).

"Berdiam diri seperti ini tidak akan membantu"  dia bergumam, berusaha tidak mengeluarkan suara gadis itu mencoba mencari sesuatu untuk melindungi dirinya.

Mau tak mau dia harus bertahan hidup dan jika itu berarti harus membunuh orang, (nama) akan melakukannya.

Lagipun dia harus bertahan hidup untuk terus berada di sisi Dokja.

Teriakan kembali terdengar dari luar pintu apartemen, gadis itu sudah mengambil pisau dapur dan sebuah semprotan merica yang sebelumnya selalu ia bawa, ini pemberian Si Kakak sulung (nama).

"Aku harus menghubungi Dokja sebelum sambungan Internet terputus"  (nama) kembali bergumam.

Lampu-lampu telah padam, di luar jendela terlihat asap hitam melambung tinggi, pemandangan yang mengerikan.

Apakah ini betulan kiamat? (Nama) membatin.

Bagaimana pun, meski ia telah membaca novel itu, perasaan yang ia rasakan ini begitu nyata hingga rasanya dia benar-benar bisa mati kapan pun.

Saviour (Kim Dokja)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang