Chapter Three : Worried

114 25 1
                                    

Semuanya berjalan baik-baik saja

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Semuanya berjalan baik-baik saja.

Terlalu baik hingga membuat (nama) cemas.

Sudah Bertahun-tahun sejak ia bertemu dengan Kim dokja, maka artinya sudah hampir sepuluh tahun (nama) terjebak dalam realita novel Omniscien't reader's Viewpoint.

(Nama) merasa resah, dia mengigit kukunya.

Jika di hitung, maka alur novel itu akan di mulai tak lama lagi.

"Apa aku bisa tetap hidup?" Dia bergumam, wajahnya pucat.

Langit malam terlihat lebih gelap, angin berhembus dingin seolah merasakan hal yang sama seperti (nama).

Ah, sudah seminggu ia menetap di Busan.
Dirumah keluarganya, bersama kakak tertuanya.

Hatinya kembali merasa cemas saat memikirkan nasib kakak-kakaknya saat kiamat terjadi.

"Apa mereka akan bertahan?" Dia berucap cemas.

Meski keluarganya agak tak biasa tapi tetap saja mereka manusia dan tokoh sampingan yang bahkan tak seharusnya ada di alur novel itu.

Dia mengerutkan alisnya, kepalanya terasa pusing sekarang.

Drrttttt.....ddrrttttt....

Netra nya teralihkan pada ponselnya yang bergetar, memunculkan notifikasi dari nama seorang yang cukup dekat padanya.

"Hallo" suara nya terdengar halus, membuat (nama) terdiam sebentar.

Hatinya merasa kecil begitu ia mendengar suara Dokja.

Bagaimana ia bisa memikirkan cara untuk melarikan diri sementara Kim Dokja sendiri harus berjuang menahan sakit hanya untuk menyelamatkan teman-teman-temannya?

"Hai, Dokja ada apa?" Akhirnya sang puan menjawab.

Air matanya luruh, karena kecemasan dan rasa malu menghantam nya begitu saja.

"Kamu sedang apa? Eh tunggu... kenapa kamu seperti sedang menangis" suara kim dokja terdengar cemas.

(Nama) yakin sekali pemuda itu sedang lembur lagi di kantornya, karena itu dia menelpon (nama) untuk menemaninya.

"Aku sedang flu" (nama) berbohong.

Dia mencoba menghentikan air matanya.

Hatinya terasa lebih ringan setelah mendengar suara si protagonis.

"Duh kamu ini masih ceroboh ya, apa kamu keluar malam tanpa jaket lagi?" Suara Dokja terdengar datar, ada suara keyboard juga di setiap detik telpon.

'Dia benar-benar menelepon agar tidak kesepian? ' Pikir (nama)

"Jangan menceramahiku seperti Cheolsu, btw apa kamu sedang lembur?" Ada suara terkekeh dari sebrang telpon.

Saviour (Kim Dokja)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang