2. Nilai

157 18 2
                                    




---------~☆~---------

Ulangan IPS telah selesai, kini anak di kelas sedang saling berbincang membahas tentang pekerjaan yang mereka kerjakan baru saja.

"Gue takut deh nilai gue dibawah kkm lagi."

"Lo pikir gue engga, masalahnya tu soal diluar pikiran gue banget."

"Kalo lo belajar juga bisa kali."

Mungkin begitulah percakapan murid di dalam kelas sekarang. Sedangkan ke tiga anak kini duduk melingkar bercanda seperti tidak ada masalah sebelumnya.

"Heh, masa tadi gue nemu soal typo dong. Haha." canda Juna yang dibalas kekehan kedua sang temanya, "Gue yakin, pasti gue dapet seratus." sombong Riki yang hanya berniat bercanda.

"Yaelah Ki, jangan terlalu berharap. Noh sepuh nya didepan lo." timpal Juna, memang sedikit pedas, "Gausah ngeledek gitu kali Jun." jawab Sean sambil memainkan kukunya, "Mau ngeledek atau engga juga lo juara satu, ya ga Jun?" Riki terkekeh kecil merangkul Juna.

"Udah ah, dari pada debat nilai mending ke kantin." Juna hendak pergi namun dibalas Sean, "Tunggu bel dulu Jun, ntar kalo ketahuan kaka osis bisa masalah." balas Sean kecil.

"Kurang dua menit." Riki berdiri meninggalkan mereka berdua, sedangkan mereka berdua kini mengikuti Riki dari belakang.

Sampai di kanting Sean langsung mendudukan dirinya di bangku dekat Riki, sedangkan Juna sendiri.

"Gue pengen makan apa ya? nasi ayam kali ya?" ucap Sean pada diri sendiri. "Tumben beli?" remeh Riki sambil beranjak untuk memesan.

Mungkin ini hari keberuntungan gue, ga di susahin Sean.

Riki kembali membawa makanan yang mereka beli, "Tenang ntar gue bayarin." ucap Riki disela ia menaruh makanan di meja, "Aku bawa uang kok, tadi nyelip di kotak obat." ucap Sean tersenyum sembari memakan perlahan makanannya.

Tak lama bel istirahat berbunyi, para murid berhamburan untuk datang ke kantin. Susana kantin kini sudah tidak sepi, namun ramai.

Di sela-sela perbincangan ketiga anak lucu ini datang tiga anak laki laki, yang memiliki tanda di baju menandakan mereka kelas sebelas.

"Eh, udah sehat aja lo. Gimana, enak rasanya kita bully? Makanya jangan cupu, kek bencong lo." ucap salah satu dari mereka, sungguh Riki dan Juna terkejut. Juna tidak mengenal siapa ketiga orang tersebut.

"Kenapa? Muka kalian kek ketemu badut aja. Kenalin gue yang buat temen bencong lo tadi pagi hampir mati." ucap dia lagi sambil mengulurkan tangan nya pada Riki, siapa lagi kalau bukan Haikal.

Riki yang mendengar kata bencong rasanya ingin meninju mulut kakak kelasnya itu sampai koma. Sedangkan kini, Juna menggenggam erat tangan Sean yang gemetar.

"Gausah takut, gue ga apa-apain bencong lo lagi." telinga Riki memanas, ia sangat benci dengan orang yang mengejek teman kesayangannya ini.

Tangannya mengepal kuat, namun sebelum Riki meninju Haikal, teman Haikal lebih dulu membanting tubuh Riki ke lantai Kantin.

"Shh..." ringis Riki, dadanya sedikit sesak karna menghatam kerasnya lantai tersebut.

TRAITOR? || SunWonKi [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang