-Vienpadsmit-

221 31 0
                                    

Serenity menatap langit malam yang terlihat terang karena pintu neraka yang terbuka. Cahaya ganjil itu menerangi wajahnya, menciptakan bayangan-bayangan aneh di wajahnya yang tegang. Beberapa kerajaan sudah hancur karena serangan monster, dan kekhawatiran merayap dalam benak Serenity. Dia merenungkan apa yang harus dilakukannya sekarang. Menikmati hidup di tengah kehancuran dunia ini tidak memberinya kebahagiaan.

Para monster dari neraka belum mencapai kerajaan Dragonic, membuat Serenity sedikit lega.  Ia pun tidak khawatir karena monster itu tidak akan berada di sekitarnya. Berniat untuk keliling dunia, ia justru di hadapkan situasi yang sangat brutal dari para Dewa.

"Nona, Negara Ascen di mana tempat Ayah anda berada sedang mengalami kesulitan melawan monster neraka, apa Anda akan membiarkannya?" tanya Fiore dengan suara khawatir.

Serenity memandang Fiore dengan ekspresi serius. Pikirannya berkecamuk, terombang-ambing antara tetap diam menikmati hodup dan keinginannya untuk melindungi orang-orang yang dicintainya.

"Ahh, aku akan segera pergi menemuinya. Tidak perlu berteleportasi, aku ingin menikmati perjalanan menuju Ascen," jawab Serenity dengan mantap. Suaranya penuh dengan keputusan yang tegas, meskipun dalam hatinya masih ada kekhawatiran yang tidak terucapkan.

Zetric muncul di belakang Serenity, mendekapnya erat. "Ada apa?" tanya Serenity, suaranya lembut dan sedikit teredam oleh kehangatan pelukan Zetric. Kini, Serenity tidak lagi memberontak setiap kali Zetric memeluknya.

"Kau akan pergi, bukan?" tanya Zetric, suaranya penuh kekhawatiran.

"Aku harus menemui Ayahku, Zetric," jawab Serenity dengan mantap. Zetric menghela napasnya kasar, menelan rasa cemas yang tumbuh di dadanya.

Zetric mengetahui betapa besar pengaruh Ayah Serenity dalam hidupnya. Dia mengenal betul kehidupan Serenity di dunia lain, bagaimana kehilangan sosok ayah telah membekas begitu dalam. Zetric merasakan kesedihan Serenity, memahami betapa beratnya proses penyembuhan atas kepergian sosok ayah yang dicintainya.

Waktu tampaknya berhenti bagi Serenity setelah kepergian ayahnya. Dalam dua minggu pertama, tangisannya tak berhenti mengalir. Bahkan setahun berikutnya, kesedihan itu masih membekas, memenuhi hari-harinya dengan duka yang dalam. Meskipun lima tahun telah berlalu dan waktu hidupnya kembali berjalan, rasa kehilangan atas kepergian ayahnya tak pernah hilang dari ingatannya.

"Aku akan menemanimu," kata Zetric tegas, ekspresinya penuh dengan keputusan yang tak tergoyahkan. Dia tidak ingin berpisah dengan Serenity dalam situasi seperti ini.

"Tidak, kau harus menunggu di sini," tolak Serenity, suaranya terdengar mantap meski juga terasa penuh kekhawatiran. "Aku yakin barrier yang kau berikan akan menghalangi monster neraka, tetapi aku ingin tahu apakah keberadaanmu akan membuat Kerajaan aman, atau hanya aku saja yang dapat menghalau para monster neraka itu."

Zetric mengangguk mengerti, meski ekspresinya sedikit terpukul. Serenity melepaskan pelukan Zetric dan menatap wajah tampan suaminya dengan serius.

"Kau membuatku sebagai bahan percobaan, huh?" Zetric tertawa kecil, mencoba menghadapi situasi dengan candaan.

"Zetric, aku tidak menganggapmu seperti itu. Aku hanya-"

"Ingin tahu apakah efek karunia dari Sang Pencipta akan melindungiku karena kita menikah, atau tidak. Aku harus memastikan bahwa aku dapat melindungi rakyatku bahkan tanpamu. Pasti itu yang ingin kau katakan padaku," potong Zetric, menyela dengan ekspresi paham atas pemikiran Serenity yang selalu maju jauh ke depan.

Serenity tersenyum dan memeluk Zetric, teringat akan hubungan mereka di kehidupan sebelumnya di dunia lain. Zetric, yang menjadi Diego, selalu dapat memahami pikirannya dengan mudah. Karena itu, pertengkaran mereka jarang terjadi, dan hubungan mereka selalu baik.

OTOME GAMES : Twelve Deadly HusbandsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang