15

7 5 0
                                    

Beberapa hari setelah pertemuan nya dengan Zidan, Dinda dan Alan semakin menjaga jarak karna Dinda yang merasa tidak nyaman, jika berada didekat Alan. Ya, karna Dinda hanya suka ke Zidan.

Hari ini waktu nya pelajaran olahraga, jam dimana Dinda menyukai nya, namun seperti nya saat ini Dinda tidak menyukainya karna ia sedang tidak enak badan.

"Din, lo istirahat dulu aja di UKS gih dari pada nanti lo kenapa-kenapa loh." Ujar Anis.
"Gw gapapa ko Nis, nanti aja gw ke UKS nya kalo ngerasa pusing."
"Yaudah, kalo ada apa-apa bilang ke gw ya."

Guru olahraga sudah tiba dilapangan, semua murid yang tadi nya berpencar pun kini mulai merapat ke sang guru, mulai di absen satu persatu semua murid. Saat sang guru sedang absen semua murid, tiba-tiba saja.

Brugh
"Din!!" Jerit Anis, tiba-tiba saja Dinda pingsan.

Alan berlari menuju Dinda, dia panik dan langsung menggendong Dinda menuju UKS. Disisi lain ada seseorang yang tengah memperhatikan kejadian tersebut.

"Beberapa hari ini ko Dinda sering sakit ya, bahkan sekarang dia pingsan." Ujarnya pelan.

Beberapa menit kemudian, Dinda tersadarkan dari pingsan nya.

"Aishh ...." ujar nya, sambil memegang perut nya yang terasa keram.
"Belum sarapan ya pagi nya?" Sambil menyodorkan roti.
"Iya belum,"
"Lain kali kalo mau olahraga sarapan dulu, kalo lagi datang bulan gak usah ikut olahraga dulu biar gk sakit perut lo nya." Jelas Zidan.

Zidan adalah anak PMR, seharus nya hari ini bukan jadwal nya dia piket, tapi tiba-tiba dia mau datang ke UKS dan merawat yang sakit, padahal biasanya tidak mau.

~~~

Alan yang sedang mengikuti olahraga tidak bisa fokus, karna pikiran nya yang terpecah akibat memikirkan Dinda yang sedang berada di UKS.

Selesai olahraga semua murid berpencar untuk berganti pakaian dan ber istirahat. Setelah berganti Alan langsung menuju UKS untuk melihat Dinda. Namun nihil, Dinda tidak ada di UKS, tidak tau siapa yang membawa nya pergi tapi ruangan itu sudah kosong dan rapih.

Alan berjalan sambil melihat sekitar, siapa tau dia bisa menemukan Dinda. Namun ternyata, saat Alan tiba di depan pintu kelas, Dinda sudah ada didalam bersama seorang pria yang membantu nya.

"Apa Dinda tadi kesini sama dia ya?"
"Ah, mungkin hanya anak PMR yang jaga aja yang memang mau mengantar nya ke kelas." Putus nya, tidak mau ambil pusing.

Pria tersebut melewati Alan sambil tersenyum. Setelah melihat nya dengan jelas, ternyata pria tersebut adalah Zidan, pria yang disukai oleh Dinda sekaligus anak kelas sebelah.

"Pantes aja dia mau nganterin cewek gw ke kelas." Ujar nya agak kesal.

Dinda yang masih terlihat sedikit pucat pun beralih ke tas nya, berniat untuk berganti pakaian.

"Perlu gw temenin gak Din?" Tanya Anis.
"Gak usah Nis, lo disini aja gw sebentar doang ko abis ganti gw langsung ke kelas lagi ko." Ujarnya sambil berjalan keluar kelas.

Alan tersenyum ke arah Dinda.

"Lo udah mendingan?"
"Udah Lan, ini gw mau ganti dulu." Sambil menunjukan tote bag yang dipegangnya.

Dinda melanjutkan jalan nya yang sempat tertunda.

~ 3 bulan kemudian, tepat nya di tanggal 17 Desember 2022.

"Lo nanti jadi ke perpustakaan gak Din?" Tanya Anis.
"Jadi Nis, nanti habis piket gw ke perpustakaan nya." Ujarnya sambil membereskan sebagian kelas nya. Karna ini piket harian, jadi ada beberapa teman nya yang membantu nya.
"Udah ada yang nungguin tuh Din di depan." Ujar Anis yang melihat keberadaan Alan.

Setelah piket selesai, Dinda menghampiri Alan.

"Yuk, mampir ke suatu tempat dulu, ada yang mau gw omongin sama lo." Ujarnya sambil berjalan.

Dinda dan Alan sudah sampai di tempat yang di tentukan oleh Dinda sebelumnya.

"Pemandangan nya bagus ya." Sambil melihat ke langit.
"Apalagi kalo suasana hati nya senang, pasti lebih bagus." Lanjut nya.
"Kamu lagi kenapa emang nya?" Alan sambil melirik ke arah Dinda.
"Ngga, lupain aja."
"Oh ya pas di kelas tadi mau ngomong apaan?" Tanya Alan tiba-tiba penasaran.
"Hmm ... itu gw kayaknya ...."

Tiba-tiba saja suara petir menggelegar, saling bersautan di langit sore ini. Sebelum nya langit sangat cerah, sama seperti suasana hati nya Alan, namun tiba-tiba saja suara petir begitu mengglegar, hingga suara Dinda pun tidak bisa terdengar jelas.

"Ngomong apaan Din, gk jelas suaranya soalnya ada suara petir tiba-tiba!" Ujarnya sedikit berteriak, karna suara petir tersebut masih terdengar.
"Kayak nya mau hujan, langsung pulang aja yu Lan."

Akhirnya mereka memutuskan untuk pulang, karna langit juga sudah mulai gelap.

Haloo semua nya, terima kasih sudah mau menunggu cerita TTC update, maaf karna harus di unpub lagi sebelumnya, karna beberapa hal yang mengharuskan cerita ini di unpub dulu.
Jangan lupa buat vote, coment, and share ya guys.

See you

Teman Tapi Cinta (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang