16 memulai dari awal?

7 5 0
                                    

Pagi yang sangat cerah. Hari ini Dinda sudah siap untuk mengatakan semuanya, sudah lama ia ingin mengatakan semuanya, namun waktu tidak mendukungnya untuk berbicara.

Sudah waktu nya ia bicarakan semuanya, karna cepat atau lambat dia juga bakal tau semua nya.

Hari ini Dinda berangkat ke sekolah tidak dengan Alan ataupun Zidan, tapi dengan membawa motor.

Sudah dipersiapkan semuanya, Dinda harus bisa menerima semua konsekuensi yang sudah dibuat nya, apapun hasil akhirnya.

"Semoga keputusan gw kali ini sudah benar, dan semoga hasilnya gak ngecewain gw deh." Ujarnya sendiri.

Tiba-tiba suara klakson motor terdengar.

Tinn...

"Kalo bawa motor jangan ngelamun Din!" Ujar seseorang, sedikit berteriak karna bersautan dengan deru motor yang ramai.
"Gw gak ngelamun!" Balasnya juga ikut berteriak.
"Lo tumben bawa motor Din, biasanya bareng cowok lo." Ujarnya tiba-tiba penasaran.
"Gapapa, lagi pengen bawa motor aja. Yaudah gw duluan ya." Tanpa menunggu jawaban dari Zidan, Dinda langsung melajukan motornya agar menjauh dari nya.

"Huhff, gila banget tiba-tiba nongol, untung gw gak punya penyakit jantung, jadi seenggak nya gw aman." Ujarnya sendiri.

Sesampai nya di parkiran sekolah, Dinda langsung membuka room chat nya dengan Anis.

Aniss

Nis lo udah di kelas belum?

Belum Din, gw masih di jalan bentar lagi sampe ko. (VN)

Beberapa menit kemudian, Anis sampai di parkiran. Bersamaan dengan Dinda yang ingin ke kelas lebih dulu.

"Din, tungguin gw bentar!" Panggil Anis agak sedikit berteriak agar terdengar oleh Dinda.

Dinda nengok ke belakang, ternyata Anis yang memanggil nya. Menghentikan langkah nya dan menunggu Anis kemari.

"Eh Din kata nya mau ada murid baru ya?"
"Kayanya sih gitu. Denger-denger juga cewek ya murid baru nya itu."
"Iya cewek," ujarnya sambil melanjutkan langkah nya.
"Abis ini ke kantin yu, laper gw belum sempet sarapan tadi," ujar Dinda.
"Yu, tapi lo aja yang beli ya gw bawa bekel soalnya."

~~~

Siang hari yang mendung, hingga beberapa menit kemudian hujan turun begitu deras, sehingga guru tidak bisa masuk ke kelas.

Banyak siswa yang berseru senang karna tidak ada pelajaran, sebagian dari mereka memilih untuk tidur. Anis dan Dinda pun sama hal nya, mereka memilih untuk tidur dan meng istirahatkan pikiran mereka, karna pelajaran sebelumnya adalah matematika.

Meja yang sudah rapih, Dinda dan Anis bersiap untuk tidur sebentar namun digagal kan nya Dinda untuk tidur akibat kedatangan seseorang.

Tok tok tok

Ketukan pintu terdengar jelas di pendengaran nya Dinda.

"Siapa si elah ganggu orang mau tidur aja!" Kesal Dinda. Melirik ke arah pintu, ternyata ada seorang Zidan yang tengah menunggu nya disana.

Terlihat semuanya sedang sibuk sendiri, dan yang hanya dilihat oleh Zidan adalah Dinda. Yang dilihat hanya melihat di sekitar nya, ternyata tidak ada Alan di kelas.

"Sini dulu Din." Ujarnya pelan sambil melambaikan tangannya.

Untuk memastikan nya lagi jika tidak ada yang memanggil nya, Dinda melihat di sekitar nya lagi dan benar saja diri nya yang dipanggil oleh nya.

Tidak ada balasan oleh Dinda, Zidan memutuskan untuk berjalan masuk ke arah Dinda dan menarik lengan nya pelan.

"Ada apa? Tumben lo manggil gw?"
"Ada yang mau gw omongin sama lo Din." Bingung, apa yang ingin disampaikan oleh nya.

Manusia kulkas ini tiba-tiba saja mengajak nya bertemu, bahkan mau ada yang dibicarakan.

Tepat di taman belakang sekolah, Zidan berhenti melangkah dan mengharuskan Dinda juga ikut berhenti.

"Tunggu sini bentar." Tanpa menunggu jawaban dari Dinda, Zidan langsung pergi, meninggalkan nya sendiri dengan berbagai pertanyaan dikepala nya.

Beberapa menit kemudian, Zidan kembali dengan tangan dibelakang nya.

"Din, gw mau bilang makasih sama lo karna udah mau sabar nunggu kita lulus, gw tau sebelumnya lo sama temen kelas lo itu sempet pacaran, bahkan sampai sekarang kalian masih pacaran. Tapi selama itu gw udah gak bisa diem lagi sama semua ini, tapi gw juga gak bisa egois karna kemauan gw sendiri." Ujarnya sambil memegang tangan Dinda, dan sebelah tangannya masih dibelakang.
"Maksud lo gimana sih Zin? Coba lo ngomong nya langsung ke inti nya aja deh."
"Lo pernah bilang kan sebelum lo pacaran sama cowok lo yang sekarang ini? Lo mau nunggu gw sampe lulus dan itu kalo gw sampe suka sama lo."
"Iya terus maksud lo-"
"Iya Din, gw mulai suka sama lo." Potong nya sambil mengeluarkan sesuatu dari belakang tubuh nya.

Masih cukup syok dan tidak menyangka, manusia kulkas ini bisa luluh juga. Terdiam cukup lama hingga Zidan memanggil nya.

"Din apa boleh kita memulai semua nya dari awal, gw mau nunggu sampai lulus nanti, gw bakal tunggu juga lo sama cowok lo putus walaupun belum tau kapan nya." Ujarnya sambil memberikan sebuah cincin dengan motif polos, hanya berhiaskan permata kecil ditengah nya.

Haii semuanya, makasih yang sudah mau menunggu cerita TTC update.
Jadi mau gimana nih sama Alan dan Dinda?
Yuk ikutin terus kisah nya sampai akhir ya...
Jangan lupa vote, comment and share.

See you

Teman Tapi Cinta (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang