"Benar di sini Mas?"
"Kok sepi banget ya?"
Laras segera turun dari boncengan motorku, tanpa melepas helm yang dikenakannya, istriku itu mendekati sebuah pagar besi yang sudah berkarat setinggi dada orang dewasa. Aku memakirkan sepeda motorku tak jauh dari pagar yang tertutup itu lalu mendekati Laras. Kami berdua melihat deretan kamar petak yang tertata rapi memanjang ke belakang. Semua kamar bercat seragam putih pucat dengan ornamen gambar bunga di setiap bagian pintunya. Benar kata Laras, suasananya sangat sepi padahal baru jam 11 siang. Aku mencoba kembali melongo ke dalam pagar, berharap menemukan keberadaan seseorang.
"Bener di sini kok, nih liat iklannya. Alamatnya udah bener, nomor 17C." Aku memperlihatkan layar ponselku pada Laras, menunjukkan sebuah iklan rumah kontrakan yang Aku dapat dari facebook beberapa hari lalu.
"Terus gimana ini Mas? Emang nggak ada nomor yang bisa dihubungi?" Tanya Laras.
"Bentar, Aku telepon dulu ya orangnya." Kataku sambil mencari nomor telepon pengiklan kontrakan.
"Selamat siang? Mau cari siapa Dek?"
Belum sempat Aku melakukan panggilan, tiba-tiba kami dikejutkan oleh suara seorang pria yang muncul dari arah belakang kami. Seorang pria berusia sekitar 50 tahunan, bertubuh tambun dengan perut membuncit hanya mengenakan celana pendek dan kaos singlet warna putih yang sudah memudar berjalan mendekat ke arahku.
"Permisi Pak, Kami mau lihat kamar kontrakan. Apa Bapak kenal sama yang jaga?" Ujarku.
"Oh, iya..iya. Ayo mari masuk. Kenalkan, saya Jasim, kebetulan saya yang punya tempat ini." Pria dengan rambut tipis dan cenderung botak itu memperkenalkan diri, menjabat tanganku dan Laras.
"Saya Danar, ini istri Saya Laras." Ujarku.
"Ayo masuk dulu Mas, sepeda motornya dimasukin juga sekalian."
"Baik Pak."
Pak Jasim membuka pintu pagar, mempersilahkan Laras untuk masuk terlebih dahulu. Sekilas aku bisa melihat pria itu memandangi bagian belakang tubuh istriku dengan pandangan berbeda, jenis pandangan yang sering Aku jumpai pada mata pria-pria lain saat menatap kemolekan tubuh Laras. Ah, rupanya sama saja. Dasar bandot tua, nggak bisa banget liat body bohay dikit aja.
Aku membawa masuk sepeda motorku, memarkirkannya di bagian depan sebuah kamar, tempat dimana Pak Jasim sedang membuka pintunya. Laras menyerahkan helm yang sedari tadi dia kenakan, istriku yang cantik ini tampak begitu exited karena setelah berminggu-minggu kami mencari tempat tinggal baru akhirnya hari ini bisa terlaksana juga.
Aku dan Laras sudah menikah hampir 2 tahun ini. Selama menikah kami berdua tinggal di rumah mertuaku, orang tua Laras. Benar kata orang jika dalam satu rumah akan sulit jika hidup lebih dari satu keluarga. Hal itulah yang terjadi pada rumah tanggaku dan Laras, awalnya mungkin hanya konfilk-konflik kecil, namun kelamaan konflik itu mulai merembet ke permasalahan intern rumah tanggaku. Mertuaku, khususnya Ibu Mertuaku, mulai sering ikut campur kepentingan rumah tanggaku. Bahkan tak jarang dia mulai menyinggung kemampuanku dalam hal mencukupi kebutuhan Laras.
Sejak awal pacaran Aku sudah mencium gelagat ketidaksukaan Ibu Laras terhadapku, salah satu penyebabnya adalah pekerjaanku yang hanya sebagai pekerja pabrik biasa. Apalagi waktu itu yang mendekati Laras bukan hanya Aku saja, banyak pria yang lebih mapan secara ekonomi ikut mendekati istriku ini meskipun saat itu statusnya adalah sudah menjadi pacarku. Namun begitu Laras tetap teguh pada pendiriannya dan memilihku sebagai pendamping hidupnya meskipun tentangan dari Ibu serta Ayahnya begitu besar.
Tak mau keharmonisan rumah tanggaku semakin terganggu, satu bulan yang lalu Aku memberanikan diri untuk meminjam uang di koperasi karyawan. Tujuanku adalah agar memiliki cukup dana untuk setidaknya membayar kontrakan rumah sendiri. Rencanaku ini diamini sepenuhnya oleh Laras, dia sendiripun merasa risih karena harus mendengar omelan Ibunya tentang Aku hampir setiap hari. Meskipun keputusan untuk meminjam uang tersebut memaksaku untuk bekerja lebih keras lagi tapi itu harga yang sepadan untuk menyelamatkan biduk rumah tanggaku bersama Laras yang baru seumur jagung. Maka disinilah kami berdua hari ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
ISTRIKU DAN PRIA LAIN
ChickLitWARNING! CERITA KHUSUS DEWASA! 21+! SUDAH TERSEDIA DALAM FORMAT PDF UNCENSORED 245 HALAMAN, DAN BISA KALIAN DAPATKAN DI KARYAKARSA: https://karyakarsa.com/terlukalagi