Gila! Ini benar-benar gila! Tubuhku terasa melayang beberapa saat sewaktu gelombang orgasme menghantam tubuhku secara bertubi-tubi. Entah bagaimana cara Pak Jasim bisa membuatku menjadi begitu jalang seperti ini, hanya dengan menggunakan jari serta lidahnya saja pria tua itu berhasil membuatku mendapatkan kenikmatan yang selama ini belum sekalipun Aku rasakan kala bercinta dengan Mas Danar. Puas mengerjaiku, Pak Jasim kemudian berdiri menghadap ke arahku, dari balik celana pendek yang dikenakannya Aku bisa melihat bagian selangkangannya menyembul. Penisnya mengeras sempurna.
"Bagaimana? Masih mau lanjut?" Tanya Pak Jasim seraya memberi seringai mesum. Aku melirik ke arah jam dinding, sudah menunjukkan jam 10 malam, itu artinya satu jam lagi Mas Danar akan kembali pulang jika sesuai dengan jadwal kerjanya.
"Su-sudah Pak...Mas Danar sebentar lagi pulang." Ucapku, Pak Jasim reflek ikut melihat jam dinding yang berada tepat di belakang tubuhnya. Raut wajahnya berubah menjadi kecewa seketika.
"Aduh, padahal Aku belum..." Ucap Pak Jasim lirih, pandangan matanya turun menyasar bagian selangkangannya yang menyembul. Seolah sedang memberitahuku jika kemaluannya juga menginginkan kenikmatan. Aku menggelengkan kepala, batinku kembali berperang antara rasa takut dan penasaran.
"Ayolah, sebentar saja. Suamimu belum pulang, kita masih ada waktu satu jam lagi kan?" Rajuk Pak Jasim.
"Ja-Jangan Pak, aku takut...." Aku masih mencoba memelihara rasa takutku dan menyingkirkan segala bentuk penasaran pada kokohnya batang penis Pak Jasim secara nyata.
Berbeda denganku yang dipengaruhi perasaan takut, Pak Jasim justru sebaliknya, mungkin nafsunya telah menutupi segala macam kemungkinan buruk di dalam otaknya. Hingga pada akhirnya hanya dengan satu gerakan tangan dia menarik turun celananya hingga terbukalah seluruh bagian bawah tubuhnya. Aku tersentak kaget menyaksikan batang penis pria tua itu kini hanya berjarak sekian senti dari wajahku. Harus aku akui, ukurannya jauh lebih besar jika dibanding milik Mas Danar. Apalagi di bagian batangnya bisa terlihat jelas baluran otot-otot tipis yang menyembul keluar, meninggalkan kesan kokoh dan kuat. Tak sadar Aku sampai menelan ludahku sendiri, membayangkan jika daging lonjong itu menyesaki liang senggamaku.
"Ayo, emutin aja...Nggak akan lama kok." Pak Jasim berusaha menarik kepalaku agar mendekati batang penisnya yang mengacung.
"Jangan Pak...Jangan..." Aku masih berusaha berontak tapi tangan Pak Jasim makin kuat menarik bagian kepalaku hingga membuat wajahku semakin dekat dengan ujung penisnya. Aroma pesing langsung menyeruak di hidungku. Anehnya aku sama sekali tak merasa jijik sama sekali. Sensasi kotor itu justru menggelitik birahiku.
"Ayolah, sebentar saja kok.." Pak Jasim pantang menyerah, dia terus menarik paksa kepalaku hingga pada akhirnya bibirku menyentuh ujung kepala penisnya.
"Eeemmmcchhhhh....."
Aku memejamkan mata saat ujung penis Pak Jasim menyentuh permukaan bibirku. Bau pesing makin menyeruak di indera penciumanku, Pak Jasim sepertinya tak peduli, dia justru makin menekan kepalaku dan memaksa mulutku terbuka.
"Buka mulutmu sayang..." Desisnya penuh intimidasi, Aku tak punya pilihan lain selain menuruti permintaanya.
Perlahan Aku mulai mengecup lubang kencingnya, terdengar lenguhan panjang dari bibir Pak Jasim. Penolakanku luruh seketika, insting birahiku bekerja dengan sangat cepat. Maka lidahku ikut bekerja, menjilati kepala penis pemilik kontrakanku itu. Pak Jasim melepas cengkraman tangannya pada kepalaku, seperti sudah tau jika Aku sudah jinak tanpa perlawanan.
"Oocchhhhh...Iya jilatin di situ...Eeemmcchhhhh.."
Tangan kananku diarahkan Pak Jasim untuk memegang batang penisnya, jemariku mulai mengurut pusaka pria tua itu. Tanpa perasaan malu lagi mulutku terbuka lebih lebar lagi, mengulum serta menjilati batang penisnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ISTRIKU DAN PRIA LAIN
ChickLitWARNING! CERITA KHUSUS DEWASA! 21+! SUDAH TERSEDIA DALAM FORMAT PDF UNCENSORED 245 HALAMAN, DAN BISA KALIAN DAPATKAN DI KARYAKARSA: https://karyakarsa.com/terlukalagi