PART 4

50.5K 90 0
                                    

LARAS POV

Aku masih merasa kesal dengan Mas Danar, bagaimana tidak, sudah seringkali dia mengecewakanku untuk urusan ranjang. Tak pernah sekalipun dia bisa membuatku merasakan kepuasan. Terakhir adalah semalam, saat Aku udah on banget, baru digoyang sebentar suamiku itu sudah ejakulasi duluan. Ini bukan yang pertama kalinya, tapi sudah seringkali! 

Dan yang lebih membuatku lebih kesal lagi adalah, Mas Danar seperti merasa kehidupan ranjang kami baik-baik saja. Tanpa memberitahunya pun seharusnya dia tau kalo performanya untuk urusan sex sama sekali tak membuatku terkesan. Ejakulasi terlalu cepat, minim variasi, foreplay yang terburu-buru dan banyak hal lain yang membuatku merasa tak puas.

Kalian boleh menyebutku sebagai wanita yang haus sex, hypersex, bahkan wanita binal sekalipun! Tapi Aku memang menginginkan sesuatu yang lebih dari suamiku sendiri! Aku tak pernah menuntut hal-hal tabu seperti itu pada pria lain. Bukankah sebagai seorang istri Aku berhak mendapatkan nafkah batin yang layak? Bukankah sebagai seorang wanita Aku juga perlu dipuaskan? Apakah Aku salah menginginkan hal itu semua?

Sudah sejak jam 5 pagi tadi Aku terjaga seorang diri di atas ranjang. Mas Danar entah sejak kapan memilih untuk tidur di kursi ruang tamu. Tidurku semalam sama sekali tak nyenyak, dan celakanya sekarang Aku terbagun dan terjaga dengan perasaan kesal. Menyebalkan!

Tak mau terus menerus digerus rasa kekecewaan yang menyiksa batin, Aku memutuskan untuk segera beranjak dari tempat tidur. Pergi ke pasar sebentar semoga saja bisa mengembalikan moodku yang berantakan sejak semalam. Aku langsung melangkahkan kaki menuju kamar mandi, mencuci muka, sikat gigi dan mengganti pakaian. Aku ambil celana legging ketat dan t-shirt hitam polos tanpa lengan di dalam lemari. Tak lupa Aku juga mengambil sweter maroon favoritku untuk melengkapi penampilanku. 

Sesaat Aku melihat penampilanku di depan cermin, badanku masih sangat oke. Dengan payudara membusung karena memang berukuran cukup besar ditambah bongkahan padat pantatku yang terbalut legging ketat. Aku memutar badanku beberapa kali di depan cermin, bak seorang model yang bersiap melakukan pemotretan.

"Ah, percuma saja badanmu bagus kalo nggak pernah dipuaskan suamimu!" Teriak batinku kemudian.

Hih! Aku sebal dengan pikiranku sendiri! Maka bergegaslah Aku keluar kamar, di ruang tamu Mas Danar masih tampak terlelap tidur di atas kursi panjang. Setelah menutup pintu rumah kontrakanku, sebuah suara berat dan cenderung serak membuat perhatianku teralihkan. 

Tepat di dekat pintu pagar depan terlihat Pak Jasim sudah berdiri hanya dengan mengenakan celana pendek dan kaos kutang yang sudah bolong di beberapa tempat. Senyumnya melebar, pria pemilik kontrakanku itu menatapku agak lain, entah kenapa tiba-tiba memoriku kembali merekam suara desahannya saat menyetubuhi Linda beberapa malam lalu.

"Pagi Mbak Laras, tumben kok udah bangun?" Sapanya ramah. Aku mencoba untuk bersikap senormal mungkin. Setelah memastikan pintu kontrakanku tertutup rapat, Aku berjalan mendekati pria tua itu. Kenapa dadaku jadi berdebar nggak jelas seperti ini sih?

"Eh pagi juga Pak Jasim, iya ini mau belanja ke pasar." Jawabku. Pak Jasim membukakan pintu pagar dengan menggesernya, suara derat roda pagar yang sudah berkarat terdengar cukup nyaring.

"Oh, ternyata selain cantik, Mbak Laras juga rajin banget! Beruntung sekali kalo jadi Mas Danar ya? Heheheheh." Pujinya, dulu Aku pasti akan langsung bersikap judes saat menerima ucapan seperti itu dari pria yang tak begitu Aku kenal. Tapi entah kenapa kali ini berbeda, pujian Pak Jasim justru membuat bibirku tersungging senyum bahkan mungkin membuat pipiku bersemu merah.

"Ah Pak Jasim bisa aja. Saya pamit pergi ke pasar dulu Pak." Kataku buru-buru beranjak dari situ agar 'keabsurdanku' tak dideteksi oleh Pak Jasim.

"Iya mari. Eh tunggu sebentar Mbak Laras." Langkahku terhenti saat Aku rasakan pundakku ditahan. Aku menoleh ke belakang.

ISTRIKU DAN PRIA LAINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang