PART 6

50.4K 103 0
                                    

PAK JASIM POV

Pasca terkuaknya hubungan terlarang antara istriku dengan Bagus banyak terjadi perubahan dalam rumah tangga kami. Perasaan marah karena dihianati membuat tempramenku mudah sekali terpancing, amarahku menjadi begitu mudah meluap saat menyaksikan kesalahan-kesalahan kecil yang dilakukan oleh Maryati. Istriku itu pun hanya bisa pasrah menerima luapan emosiku karena mungkin dia merasa begitu bersalah kepadaku. Tak banyak yang bisa dilakukan oleh Maryati kecuali hanya pasrah mendengar omelan bahkan bentakanku yang sangat kasar. Tak ada lagi sikap lembut dariku yang selama ini dia terima, semuanya hilang begitu saja bak tertelan bumi.

Kamipun sudah sangat jarang melakukan hubungan badan. Jujur saja ingatanku tentang bagaimana tubuh telanjang Maryati yang sedang disetubuhi oleh Bagus masuh terpatri begitu kuat di dalam kepalaku. Memori buruk itu terus menerus meracuni otakku, Aku benar-benar tak bisa melupakannya begitu saja. Keadaan seperti ini berlangsung hampir satu bulan, hingga di suatu malam Maryati mendatangiku dengan berurai air mata.

"Maafin Aku Mas, Aku tau kesalahanku begitu besar kepadamu. Tapi Aku mohon jangan siksa Aku seperti ini. Lebih baik Kau ceraikan Aku saja, itu lebih baik ketimbang Kau paksa Aku untuk terus menerus menanggung kesalahan yang entah sampai kapan akan berakhir."

Derai air mata istriku deras membasahi pipinya, Aku bergeming meskipun jujur Aku cukup kaget dengan ucapan Maryati barusan. Aku memang sangat marah kepadanya, tapi untuk berpisah atau bahkan menceraikannya adalah sesuatu yang mustahil bisa Aku lakukan. Ya, Aku sangat mencintai istriku. Meskipun dia telah mengkhianatiku tapi cintaku pada Maryati tak akan pernah bisa pudar begitu saja, terlampau banyak hal yang telah kami lalui bersama dan berpisah bukan menjadi solusi bagi permsalahan kami.

"Jawab Aku Mas! Jangan diem aja kayak gini! Aku capek diperlakukan seperti ini Mas!"

Maryati sampai harus bersimpuh di bawah kakiku, isak tangisnya makin menjadi bahkan cenderung histeris. Tak mau tangisnya mengundang perhatian tetangga lagi seperti keributan satu bulan yang lalu, Aku  mengangangkat tubuh Maryati dan langsung memeluknya. Maryati menangis tersedu-sedu dalam pelukanku, sementara Aku masih terdiam karena tak tau barisan kata apa yang harus tersampaikan untuk meredakan tangisnya. 

"Katakan padaku apa yang Kamu inginkan agar mau memaafkan Aku? Katakan Mas!" Aku melepas pelukanku pada tubuh Maryati, Aku bisa melihat derai air mata masih mengucur membasahi pipinya. 

"Aku juga ingin merasakan tidur dengan wanita lain." Ucapku lirih. Kalimat itu meluncur begitu saja dari mulutku. Maryati tercengang pun demikian pula denganku.

"Mas yakin?" Tanya istriku beberapa saat kemudian.

"Iya, Aku yakin." 

"Baik, Aku mengijinkan Mas Jasim melakukan itu, tapi dengan satu syarat."

"Syarat? Apa itu?"

"Aku harus melihatnya langsung saat Mas Jasim melakukannya dengan wanita lain."

***

Gamang, itulah yang Aku rasakan saat sudah mendapat ijin dari Maryati untuk tidur dengan wanita lain. Bahkan sudah hampir 1 minggu berlalu setelah ucapan ijin itu terdengar dari mulut istriku, Aku tak juga kunjung melakukannya. Awalnya memang niatku hanya untuk membalas perlakuan Maryati yang bisa tidur dengan lelaki lain, tapi membayangkan Aku yang berada di posisi itu, apalagi berzina sambil disaksikan oleh Maryati, bukan sesuatu hal mudah bagiku.

Hubunganku dengan Maryati pun berangsur mulai membaik. Istriku itu malah makin perhatian terhadapku, meskipun Aku terkadang masih dingin menanggapinya tapi Maryati berusaha untuk tetap sabar mengerti suasana hatiku yang masih dirundung kekecewaan akibat perselingkuhannya dengan Bagus. Untuk urusan ranjang, Maryati juga berubah. Jauh lebih berubah dibanding sebelumnya. Maryati semakin menggebu-gebu, bahkan tak jarang Aku sampai kewalahan meladeni hasrat seksual istriku ini. Seperti yang terjadi malam ini...

ISTRIKU DAN PRIA LAINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang