Chapter 7. Gladi Bersih

27 4 0
                                    

HEHEHEH HALOOW, MAAF YH TUGASKU SNGT NUMPUK JD LUPAA UPDATE 1 MINGGU LEBIH
SELAMAT MEMBACAA🐡🐡

∞∞


"Kunaon teu hayang jadi pembaca dasa dharma?" ucap Derlangga. Zoya sontak menoleh menatap laki-laki yang baru saja duduk pada kursi kayu bercat coklat muda⁠ーtepat di samping kanannya. Zoya sedikit menggeser tubuhnya lebih dekat dengan Lili yang sedang memakan gorengan.

Lili yang sedang melahap gorengannya, sontak mengernyitkan dahinya melihat Zoya menggerakkan tubuhnya lebih dekat dengannya.

"Hayang?"

"Mau," beritahu Derlangga. Ia lupa bahwa gadis di depannya ini tidak mengerti Bahasa Sunda. Memang payah.

"Mau apa?"

"Mau jadi cewek yang setiap harinya gue kasih bingkisan snack?"

Zoya mengalihkan pandangannya, menatap kolam ikan di depannya dengan rasa terkejut. Ia baru menyadari bahwa lelaki di sampingnya adalah orang yang memberinya bingkisan snack saat Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah. Melirik pergelangan tangan kiri lelaki itu, Zoya kembali menatapnya, merasa ada yang berbeda. Rambut yang dulunya sedikit botak kini tumbuh lebat.

"Alora," panggil Derlangga, melambaikan tangannya tepat di wajah Zoya.

"Um?"

"Kenapa nggak mau jadi pembaca Dasa Dharma?" ulang Derlangga.

Zoya berusaha menatap lelaki di sampingnya. Berusaha tidak terlena dengan tatapannya yang memabukkan. "Kenapa nggak?"

Derlangga terkekeh mendengar jawaban gadis disampingnya ini. "Lo dipilih," katanya. "Beberapa orang kalau dipilih itu, senang. Karena itu pertanda bahwa dirinya diakui mempunyai potensi tersebut," sambung Derlangga yang masih menatap gadis disampingnya ini yang dulu berusaha tidak mengeluarkan air matanya saat tidak mendapatkan snack.

"Berarti gue bukan termasuk dari beberapa orang itu." balas Zoya tanpa segan.

Derlangga terkekeh, "Lo udah yakin seratus persen banget mau nolak, nih?"

"Kenapa nggak?" jawab Zoya dengan santai.

"Gue nggak nyangka lo se-ngeselin ini kalau ngomong," balas Derlangga sambil mengangkat alisnya.

"Bukannya lo yang ngeselin, ya?" kata Zoya, menatap lelaki itu singkat dengan sedikit sinis. "Tiba-tiba ngajuin nama gue ke ketua bet untuk jadi partner pembaca dasa dharma,"

"Iya, ya," Derlangga mengangguk, merenungkan kata-katanya. "Yaudah, coba kasih alasan yang jelas dulu kenapa lo nolak, deh."

"Kepo." jawab Zoya sambil tersenyum jahil.

"Lo takut sama pandangan orang-orang, ya?" Derlangga menebak.

"Nggak," balas Zoya menatap kolam ikan di depannya.

"Oh... bagus, deh. Karena kebanyakan manusia selalu berpikir pesimis sebelum mencobanya. Padahal yang mereka takutkan belum tentu terjadi." ujar Derlangga, wajahnya datar namun perlahan berubah, menampilkan senyum kecil hingga lesung pipi pada sebelah kirinya.

AMERTATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang