HOLA, SELAMAT MEMBACA
🐡🖤∞∞
Zoya gemetar. Benar-benar gemetar. Rasanya ia ingin menangis mengingat bahwa dirinya salah mengucapkan Dasa Dharma keempat saat pembukaan apel PERSAMI. Ia sangat grogi. Meskipun partnernya bukan Derlangga melainkan Tiraーtetapi dirinya masih gemetar, malu, keringat dingin membayangkan dirinya saat tampil tadi di tengah-tengah manusia yang memperhatikannya.
Tadi, sebelum pembukaan apel PERSAMI resmi dibuka alias gladi bersih. Zoya tidak se-grogi itu, ia tidak setakut itu, tidak segemetar itu. Mengingat partner sebelumnya sewaktu gladi bersih adalah Derlangga, ia tetap tidak segemetar itu.
Mungkin pengaruh manusianya. Karena pada saat gladi bersih, Zoya tidak diperhatikan manusia-manusia yang berada di depan, belakang, dan samping.
Manda kampret.
Ya. Ini semua salah Kakaknya. Mengapa Kakaknya itu tetap kekeh memilih dirinya yang bahkan ia sendiri tidak percaya dirinya itu bisa?
“Manda gelo. Manda gelo.” Cepat-cepat Zoya melangkah. Sesekali ia menengok ke belakang guna memastikan ada orang lain atau tidak.
Sesampainya di kolam ikan favoritnya sewaktu MPLS. Zoya mendudukkan badannya di pinggiran kolam ikan. Bayang-bayang saat dirinya tampil tadi masih memenuhi kepalanya, bayang-bayang ketika dirinya salah membaca Dasa Darma ketujuh. Yang seharusnya ia menyebutkan hemat, cermat dan bersahaja, justru menjadi hebat, cermat dan bersahaja.
Bahkan saat amanat pembina apel yang dipimpin oleh Kak Dzakyーbeliau terang-terangan mengatakan “Tadi saya dengar ada satu kesalahan saat membaca Dasa Dharma, ya?” dan semua manusia yang berada di lapangan tertawa. “Nggak apa-apa. Santai aja.”
Santai aja katanya.
Zoya tidak bisa sesantai itu. Ia masih malu mengingat semua itu. Meski orang-orang mungkin akan lupa. Mungkin.
“Ngapain lo? Nanti kesambet,”
Suara lelaki yang kebetulan lewat sini mengejutkan Zoya. Zoya menatap lelaki itu sebentar kemudian menggeleng pelan.
Lelaki itu anggota bet dua, karena dibalik baju pramuka yang ia kenakan, terlihat daleman bajunya berwarna hijau.
“Disuruh ngumpul ke lapangan, ada arahan mendirikan tenda di belakang.”
“Jadi, disuruh ke lapangan atau ke belakang?” lontar Zoya saat lelaki itu mulai melangkah pergi.
Langkah lelaki itu terhenti. Ia menoleh pada Zoya. “Ke lapangan dulu untuk mengambil tongkat, tali, patok dan tendanya. Lalu ke belakang untuk mendirikan tenda,” jawabnya kemudian melanjutkan langkahnya pergi.
Zoya beranjak dari tempatnya kemudian menghela nafas pelan. “Malu nggak, ya?”
**
Saat ini Zoya bingung harus membantu apa. Orang-orang tengah sibuk mendirikan tenda bet nya masing-masing. Ia ingin membantu tetapi membantu apa? Semua manusia yang sedang mendirikan tenda sepertinya tidak butuh bantuan dirinya. Andai Evelyn ikut PERSAMI bersamanya, pasti Zoya tidak akan menjadi orang tidak berguna sendirian seperti saat ini.

KAMU SEDANG MEMBACA
AMERTA
Roman d'amourMenurut Zoya yang berucap pada 15 Juli 2019ーDerlangga itu bagaikan aksara yang ada di dalam kalbunya, hingga menjadi 'amerta' yang selalu ia kenang dalam aksara indah. Tetapi Zoya lupa dengan perkataan Bundanya, ketika ia mencintai seseorang, hanya...