Pak, jangan dulu makan!
Anakmu belum kebagian
Apalagi IbuDompetnya makin hari makin menipis
Energinya pasti kurang kalau lambungnya kosong
Tolong jangan lagi didorong!
Itu tidak buatnya maju,
Tapi kau bikin ia mundur tersungkur-sungkurKami tak butuh bapak hebat
Kami tak perlu bapak kuat
Kami butuh bapak hikmatPak, buka telinga!
Anakmu ingin bersuara
Apalagi IbuLama ia tak dipeluk
Sukarnya makin terpupuk
Kian tambah miskin
Kian hidup kami tak terjamin
Tapi tolong jangan hanya jual cincin!Kami pun butuh waktumu
Redakan semua dengan kasihmu
Kita pulih karena nuranimuPak, buka mata!
Di mana kita berada
Apalagi IbuDi usianya yang tak lagi muda
Di samping juga menyambi bekerja
Demi meringankan bebanmu
Tapi jangan lupakan tanggung jawabmuKami ingin dilihat
Bukan hanya sebelah mata
Tapi oleh kedua-duanya
Dengan penuh budi jiwa
Tolong janganlah durjana!Pak, tahan tanganmu!
Anakmu bukan nyamuk
Jangan dipukul!
Apalagi pipi IbuKasihilah dia
Jangan sampai dikasihani orang luar
Nanti saat kau tersadar
Takutnya kau juga yang menyesalAnakmu ingin rumah yang utuh
Ibu sebagai sumber adidaya
Dan, Bapak sebagai inspektur
Maka hidup kita pasti akan mujur
MakmurPak, pasang badan!
Anakmu ingin berlindung
Apalagi IbuBanyak yang iri pada kita
Jangan sampai kami terluka
Kerahkan apa saja
Kami percaya engkau bisaKarena kau Bapak kita
Pejuang keluarga
Sang pejuang surgaPak, tegakkan kakimu!
Anakmu tangguh karena patriotismemu
Apalagi bagi IbuBarangkali kau menjadi raja
Karena Ibu sudah ratu
Saat bersatu kita ini sebuah peradaban
Jadi bangunlah benteng agar jadi tameng
Perkuat lini dan saling bersinergiSupaya ketika
Ada pecundang ingin mimpi kita hancur
Merusak segala tatanan kita yang terukur
Lalu menempuh jalur tempur
Semoga kita takkan lebur!JUANG!
JUANG!
JUANG!Kita dong pejuang
Kita akan selalu menang
KAMU SEDANG MEMBACA
BLUR-I
PoesiaBeragam kata yang tidak sanggup bersuara, tapi terbaca oleh semesta.