05.

974 29 1
                                    











01 Oktober, 07.45

ceklek.

"Mas, Mas kenapa? Badannya panas.. Mas demam?" Hyuck panik karena wajah Mark pucat dan badannya yang panas tetapi sang empu justru terlihat menggigil kedinginan.

Dengan segera Hyuck menyiapkan bubur dan obat untuk Mark.



Setelah berkutat didapur dengan mengejar waktu, akhirnya semangkuk bubur polos dengan air putih hangat juga obat telah Hyuck siapkan.

Ia pun membawanya menggunakan nampan menuju kamar Mark.

"Mas, makan dulu ya? Nanti minum obatnya, okay?" Mark mengangguk patah-patah. Kasihan sekali pemuda ini, seperti sudah menuju ajalnya. Tetapi tidak akan terjadi, karena ada Hyuck yang akan menemani dan merawatnya hingga sembuh.

Setelah makan dan minum obatnya selesai, saat Hyuck hendak bangkit, Mark menarik ujung pakaian Hyuck.

Pemuda manis tersebut tersenyum penuh kesabaran dan arti yang mendalam saat dengan mudahnya Mark berkata ingin,

"Mama.. Pengen nen.." Ya, baru kali ini Mark menginginkan sesuatu dengan embel-embel memanggil Hyuck dengan sebutan 'Mama' sangat aneh dan kekanakkan.

Tetapi Hyuck tetap mengiyakannya. Karena menurutnya, Mark jarang sekali menunjukkan sikap seperti ini padanya.

"Tapi kan susu aku gak keluar, sayang.." Keluh Hyuck. Mark tak peduli, yang terpenting dia ingin menyusu pada Hyuck dan dipeluk sang kekasih manisnya hingga tertidur dan beranjak pulih di keesokan paginya.

"Mau nen! Mau nen mau nen mau nen, Maa!" Rengek Mark. Hyuck dengan sabar mulai berbaring menyamping dan menyuruh Mark mendekat kepadanya.

Hyuck menyingkap pakaiannya dan terlihatlah buah dadanya yang berisi dan puting yang mencuat keluar itu dihadapan Mark.

Dengan tak sabaran Mark menyusu pada Hyuck selayaknya bayi yang kelaparan. Kedua puting susu Hyuck diambil alih oleh tangan dan mulut si bayi besar itu.

Satu disedotnya, dan yang satunya lagi dimainkan dengan cara dipilin ujung putingnya dan diremasnya hingga Hyuck mengaduh sakit.

"Awh.. Jangan diremes kayak gitu, Mas.. Sakitt" Mata Mark menatap marah Hyuck yang melarangnya. Dia terus menerus menyedot dada Hyuck dan mengacuhkan ringisan sakit dari sang 'Mama' yang menyusuinya.

Setelah setengah jam membiarkan Mark mengambil alih kedua dadanya, akhirnya bayi besar itu tertidur lelap. Hyuck dengan perlahan menutup kembali asetnya dan bangkit membawa nampan berisi mangkuk dan gelas kotor untuk segera dicucinya.

...

"Maa.. Mamaaa" Mark berteriak memanggil Hyuck. Hyuck berlari tergopoh-gopoh menghampiri kamar Mark. Melihat keadaan Mark yang tak baik-baik saja, lantas dirinya pun mendekat.

"Kenapa, bayi?" Tanya Hyuck dengan ekspresi khawatir yang dibuat-buat. Mark menunjuk kejantanannya yang berdiri tegak dari balik celana pendek yang dikenakannya.

Tahu maksud dari tegaknya si little Mark itu, Hyuck bangkit lalu membuka pakaiannya tepat didepan Mark.

"Lakuin apa yang kamu pengen, Mas Mel.." Dengan segera Mark pun melepas pakaiannya.

Suhu badannya telah normal, bahkan dirinya sudah kembali bersemangat untuk kembali menggempur Hyuck habis-habisan malam ini.

"Maa, pengen nen" Rengek Mark yang entah mengapa terdengar menggelikan. Hyuck berbaring lalu menarik kepala Mark untuk mendekat kearah dadanya.

Rumah tanpa TanggaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang