02.

852 33 0
                                    











Satu bulan kemudian, tepatnya 15 September, pukul 17.05

Hari sudah menunjukkan pukul 5 sore lebih 5 menit. Langit sudah mulai menggelap dengan matahari yang siap tenggelam digantikan oleh bulan yang menerangi malam hari yang akan datang.

Hyuck memandangi wajah Mark yang menatapnya cemas. Entah kenapa Hyuck bingung dengan perlakuan Mark selama ini padanya, terlihat sangat melindunginya dari apapun dan siapapun yang hendak mendekati dan didekatinya.

Hyuck merasa terkekang oleh sikap Mark yang seperti itu.

"Mas, Mas gak mau ngomong tentang alasan Mas ngelakuin itu kenapa?" Tanya Hyuck. Mark menunduk merasa bersalah.

Namun ia tak bisa terus menunduk dan tak menjelaskan apa-apa. Bisa saja Hyuck takkan mau bertemu dan berbicara dengannya lagi.

"Hyuck, gue.."

"Apa? Mas kenapa?" Ujar Hyuck tak sabaran. Mark mengangkat kepalanya dan menatap mata Hyuck yang berharap pada jawabannya. Mark menghela nafasnya pelan.

"Gue gak suka lo deket sama dia.. Entah alasan apa, Hyuck. Tapi gue rasa, gue mungkin mulai suka sama lo.

Bahkan sejak pertama kali kita ketemu" Hyuck terdiam mendengar penuturan Mark yang lebih tepatnya seperti pernyataan cinta padanya. Namun Hyuck tetap menjaga ekspresinya.

"Tapi Mas gak punya hak, soal itu.. Harusnya Mas bisa nahan diri Mas buat gak tiba-tiba meledak kayak gitu depan temen Hyuck, Mas.." Mark mengangguk pelan. Hyuck pun mengelus kepala Mark dengan penuh kasih sayang.

"Mas, maaf ya.. Hyuck juga kayaknya gak cocok sama siapa-siapa disini selain sama Mas.

Kedepannya Hyuck gak bakal lagi iyain ajakan temen-temen Hyuck ya? Hyuck mau sama Mas aja" Mark bingung, mengapa Hyuck-nya berkata seperti itu.

Bukan kah tadi Hyuck berkata bahwa dirinya tak punya hak untuk melarang dan membatasi pertemanan Hyuck dengan lingkungannya? Tetapi mengapa sekarang justru kebalikannya?

"Maksud kamu?" Tanya Mark dengan memperhalus kata ganti 'lo' jadi 'kamu'. Hyuck pun tersenyum lebar.

"Hyuck juga suka sama Mas dari awal kita ketemu, Mas. Hyuck masak pagi-pagi, bangunin Mas sampe gak sengaja nyelinap masuk kamar cuma buat Mas biar nyobain masakan Hyuck.." Ujar jujur si manis. Mark tersenyum teduh mendengar penuturan tersebut.

Tak lama ia pun menyambar bibir Hyuck dan melumatnya perlahan.

Beberapa menit kemudian, tautan itu pun terlepas.

"Mas.." Hyuck mengalungkan tangannya dileher Mark dan menatap Mark dengan tatapan sayunya.

Mark menatap mata bulat itu dalam dengan perasaannya yang sama-sama dalamnya dengan rasa cintanya pada Hyuck.

"Maaf, Mas lancang" Ujar Mark pelan dengan ekspresi merasa bersalah. Hyuck menggelengkan kepalanya.

"Enggak, Mas enggak lancang. Hyuck tau, Mas emang udah lama ngincar bibir Hyuck buat dicium. Ya kan?" Hyuck tertawa puas melihat pipi Mark yang memerah menahan malu.

"Kamu tau apa, hm? Dasar. Mana ada" Mark berusaha mencari alasan lain. Hyuck mengecilkan volume suara tawanya untuk melihat Mark yang salah tingkah.

Dengan sengaja, Hyuck pun mengecup bibir Mark untuk memancingnya lagi.

"Kamu nakal yaa" Mark menggelitik leher serta perut Hyuck hingga si manis tertawa keras karena kegelian. Mark pun tertawa puas melihat Hyuck terlihat senang dan bahagia bersamanya.


Rumah tanpa TanggaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang