√97lines : Bukan bagian kami

1.5K 212 36
                                    

Terinspirasi dari :
Rosé yang gapernah foto sama idola atau artis pria manapun walaupun ada disatu event.






Rosé termenung setelah semalaman tidak bisa tidur atau bahkan mengistirahatkan tubuhnya. Pukul 2 dini hari ia tiba di Korea setelah menyelesaikan pekerjaannya di Los Angeles yang memakan waktu hampir satu bulan. Bukan waktu yang lama untuk Rosé menyiapkan segala hal yang ia perlukan untuk nantinya ia umumkan kepada fansnya sebagai hadiah spesial, karena dia itu perfeksionis. Semua hal apapun harus dilakukan secara jelas dan hati-hati hingga terkadang dinilai terlalu lama.

Rosé tahu itu, banyak penggemar diluar sana yang mungkin sudah lelah menunggu kemana arahnya berkarya setelah ketiga teman segrubnya gencar mengumumkan bagaimana karir mereka kedepannya. Ia malah masih sibuk memilah-milah dengan hati-hati seperti mencari gabah ditumpukan beras.

Gadis itu melihat ponselnya setelah notif pesan muncul, Lalice. Lisa mengirimnya pesan spam untuk menggangunya. Ya itu cara gadis itu karena tahu Rosé tidak akan menyentuh ponselnya kalau hanya bunyi satu notif saja. Rosé menghela nafas, lalu mengetuk sudut layar ponselnya dengan gambar telepon genggam. Ia memilih menghubungi Lisa.

"Ya Chaeyoung! Ku mohon tolong aku!"

Helaan nafas Rosé terdengar lelah. "Ya Lisa, aku baru sampai rumah dini hari tadi. Tubuhku lelah, kau bisa minta tolong yang lain. Dimana managermu?"

Rosé sontak menjauhkan ponsel dengan wajah aneh mendengar rengekan Lisa dari sana. "Kumohon, aku tidak akan mengganggumu kalau ada orang lain dasar bodoh. Kak Jisoo syuting juga Kak Jennie-is kau tahu dia itu menyebalkan sampai matipun aku tidak akan minta tolong padanya! Ya ya tolong aku, please.."

Gadis itu mengepalkan tangan gemas. "Oh god Lisa, kau benar-benar teman sialan! Sekarang katakan apa maumu?"

Nada girang jelas terdengar dari sana. "Kau tahu aku meninggalkan bikiniku di apartement, bisa tolong kau antarkan kemari?"

"Kau gila? Aku ke apartementmu?"

"Kumohoooon!"

"Ya sialan! Kau harus bayar mahal untuk effortku ini Lisa!"

"Aw thank's my poo, love you."

Baru saja mau Rosé balas panggilannya sudah terputus sepihak dan notif pesan lainnya muncul. Gadis dahi lebar itu mengirimkannya alamat dimana gadis itu berada. Rosé lagi-lagi menghela nafas berat sembari malas-malasan bangkit untuk ganti baju lalu pergi membantu teman sialan nya itu. "Dasar bodoh."

Rosé berdiri kaki didepan hotel ini sambil sesekali mengecek pesan Lisa tadi. "Tempat macam apa ini?"guman gadis itu sembari melihat sekeliling, mencoba mengumpulkan keberanian lalu lanjut jalan.

Rosé segera menghampir resepsionis yang langsung disambut baik wanita itu dan mengarahkan gadis itu pada salah satu pekerja hotel yang akan mengantarkan dirinya ketempat yang ditujukan. "M-maaf anda Rosé-nim bukan?"

Rosé yang tadinya berwajah kaku tanpa senyum sontak tersenyum hangat sembari menurunkan maskernya, terlihat pekerja itu menutup mulut shock lalu spontan minta foto yang tanpa pikir panjang Rosé turuti. "Saya hanya bisa menemani anda sampai sini, anda bisa masuk sendirian. Tempat ini sudah di booking secara pribadi karena itu saya tidak boleh sembarangan masuk selain pekerja yang ditunjuk untuk masuk."

Rosé mengangguk seolah paham lantas tersenyum. "Terimakasih banyak, maaf merepotkan."

Pekerja itu mengangguk senang lalu membungkuk dan pergi meninggalkan Rosé ditempat. Gadis itu kembali ragu, dalam hati memaki Lisa dengan berbagai sumpah serapah nya. Ini club malam, sialan. Kenapa gadis itu tidak bilang dari tadi?

[NEW] DYNAMITETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang