Happy reading.
•••••
Kini seluruh siswa dan siswi diminta berkumpul di aula, karena ada suatu hal yang hendak disampaikan. Karena ini bukan hari senin, maka dari itu seluruhnya berkumpul di aula.
Terlihat dua gadis dengan ogah-ogahan memasuki aula yang sudah hampir penuh.
"Ada apa biasanya kalau di suruh kumpul gini?" tanya Jessie.
Valen mengedarkan pandangan mencari seseorang, "NAH ITU!"
Jessie terkejut mendengar pekikan tiba-tiba temannya itu. Penasaran dengan yang di tunjuk Valen, Jessie mengikuti arah tangan Valen.
Di sana, terlihat wanita paruh baya yang tampak masih sangat cantik tengah berbincang dengan kepala sekolah seraya tersenyum.
"Dia pemilik sekolah Je, biasanya ada hal yang membanggakan jika beliau sudah datang kemari."
Jessie tak memperdulikan penjelasan temannya itu, ia masih fokus menatap wanita di depan sana. Terlihat jelas kebencian di sorot mata Jessie.
Tes ... tes ....
Suara kepala sekolah mulai terdengar, Jessie segera mengalihkan pandangan karena wanita itu tak sengaja bersitatap dengannya.
"Baik, terima kasih untuk kalian yang sudah hadir. Hari ini, nama sekolah kita kembali melambung tinggi." Kepala sekolah dengan peci hitam di kepalanya tersenyum bangga. "Beberapa perwakilan dari sekolah kita kembali mencetak prestasi, tolong beri tepuk tangan."
Gemuruh tepuk tangan menggema di setiap sudut aula. Para murid berbisik-bisik seraya menatap terang-terangan pada jajaran lelaki di depan sana. Tepatnya anggota Asteria.
"Beberapa hari kemarin, diadakan lomba tingkat Nasional hingga Internasional. Untuk lomba tingkat Nasional Kimia, Matematika dan Bahasa, perwakilan kita menjadi pemenang juara pertama."
Kepala sekolah menatap deretan nama yang tertulis dalam kertas yang ia pegang, ia kembali mendekatkan mulutnya pada mickrofon.
"Lalu lomba tingkat Internasional yaitu Karate, dan mendapatkan juara pertama. Beri tepuk tangan kepada teman-teman kalian yang berhasil mengharumkan nama sekolah kita."
Di sana, sudah terjejer rapi di depan seluruh murid. Empat pemuda yang sangat amat tampan.
Jake, Jay, Ethan dan Sastra. Pemuda berprestasi kebanggaan orang tua dan guru-guru.
Mereka memang tak hanya bermain kata lewat penampilan, namun pemahaman mereka tidak dapat diabaikan.
Suara tepukan tangan menggelegar, di tambah wanita cantik pemilik yayasan menaiki pondium.
Wanita paruh baya yang masih terlihat bugar dan cantik meskipun wajahnya di penuhi keriput. Senyuman manisnya begitu terlihat ramah.
"Sebelumnya selamat siang. Saya meminta maaf telah meminta kalian berkumpul saat ini, karena penghargaan ini tidak dapat kita lewatkan begitu saja. Saya selaku pemilik yayasan, amat bangga kepada mereka, dan saya harap kalian dapat mencotoh mereka."
Selagi Pemilik Yayasan yang di kenala Nyonya besar Malvezeus itu berbicara. Seorang siswi berjalan ke belakang meninggalkan aula yang terasa panas.
Tanpa ada yang menyadari, sepasang mata menatap kepergiannya.
▪︎▪︎▪︎▪︎
Setelah satu jam setengah berada di Aula, seluruh siswa di beri free class guna beristirahat.
Namun di lain tempat ....
"KAMU TIDAK PUNYA SOPAN SANTUN?! ADA ORANG BERBICARA JANGAN MAIN PERGI AJA!"
Teriakan wanita terdengar di dalam ruangan yang hanya terisi dua perempuan itu.
Senyum sinis tercetak jelas di wajah lawan bicaranya, "Apa yang anda bicarakan hanya omong kosong, ngapain harus di dengarkan?"
Plak
"Saya tidak menyesal sudah mengusir kamu dan Papa cacat mu itu!"
Dengan memegang pipinya gadis itu menatap nyalang wanita di hadapannya.
"Nyonya Malvezeus, ah apa marga itu masih cocok untuk anda yang telah membuang suami anda sendiri? Bahkan tanpa pria yang anda sebut cacat itu, anda tidak akan ada di sini, berdiri dengan akuh seperti sekarang."
Plakk
Tamparan kembali di layangkan, jauh lebih keras dari tamparan pertama yang dia dapatkan.
Sedangkan di ambang pintu, Jake. Putra kedua nyonya Malvezeus atau Jesslyn Malvezeus menatap perlakuan ibunya yang tengah memaki-maki seorang gadis.
"Kamu harus di hukum Jessie!"
Ya, gadis yang bersama Ibu dari Jake itu adalah Jessie Chryseis Malvezeus. Gadis yang di usir oleh Ibunya karena suatu hal.
Setelah mengatakan itu, beberapa orang berpakaian hitam memasuki ruangan menerobos Jake yang berdiri di depan pintu.
Orang-orang itu menyeret paksa Jessie pergi dari sana. Namun sebelum melewati pintu keluar, di sana sudah berjejer rapi ketujuh pemuda.
"Lepasin adik saya."
Kalimat mutlak dari tuan muda Malvezeus tidak dapat di bantah, bahkan jika Ibunya yang berbicara sekalipun tidak Jake hiraukan.
Jay maju meraih Jessie yang terdiam dengan wajah terkejut.
Mereka menyingkir di saat Jake dan Jay mendekat. Hanya Jay yang mendekat ke arah Jessie, sedangkan Jake terus berjalan hingga sampai di hadapan sang Ibu.
••••Maaf kalau kalian bingung, nanti akan ada penjelasan nya kok. Sama maaf kalo rada ga nyambung yaa😭🙏🏻
Cerita ini hanya karangan semata, tidak ada sangkut paut dengan kehidupan nyata visual!
KAMU SEDANG MEMBACA
Fall in Between
Fiksi RemajaJessie yang membenci seisi hidupnya, berusaha untuk menciptakan realita baru agar terlihat baik-baik saja. Dimana ketika dia kembali, mempertemukan dengan mereka. Membuat dirinya semakin membenci hidupnya, ketika sadar bahwa dia jatuh diantaranya...