Prolog

787 105 54
                                    

𝒂𝒌𝒖 𝒎𝒂𝒔𝒊𝒉 𝒄𝒖𝒌𝒖𝒑 𝒎𝒆𝒎𝒊𝒍𝒊𝒌𝒊 𝒉𝒂𝒓𝒈𝒂 𝒅𝒊𝒓𝒊. 𝒖𝒏𝒕𝒖𝒌 𝒕𝒊𝒅𝒂𝒌 𝒕𝒆𝒓𝒍𝒊𝒉𝒂𝒕 𝒃𝒆𝒈𝒊𝒕𝒖 𝒎𝒆𝒏𝒈𝒊𝒏𝒈𝒊𝒏𝒌𝒂𝒏 𝒌𝒂𝒎𝒖 𝒅𝒊 𝒔𝒂𝒂𝒕 𝒌𝒂𝒎𝒖 𝒕𝒊𝒅𝒂𝒌 𝒎𝒆𝒎𝒂𝒏𝒅𝒂𝒏𝒈𝒌𝒖 𝒃𝒆𝒓𝒂𝒓𝒕𝒊. - E.

--------- ♡---------

"Kenapa harus nginap di rumahnya Tante Zahira? 'Kan Lia bisa tetap di rumah aja. Gak apa-apa sendirian juga. Soalnya, kalau harus nginap di rumah orang tuh Lia mesti jadi susah boboknya Bunda," protes gadis berusia delapan belas tahun itu.

"Bunda gak tenang kalau kamu sendirian, apalagi sekarang lagi rawan maling di daerah kita. Kalau aja Bunda bisa bawa kamu, udah Bunda bawa. Nah, masalahnya kamu 'kan mulai hari Senin ada Ujikom. Gak ada Papa yang anterin kamu. Abang juga di Ma'had. Lagian, ya, rumahnya Tante Zahira itu deket banget sama sekolah kamu. Selama seminggu itu ada dua sesi dengan jeda yang lama, kalau kamu tinggal di sana sementara. Itu lebih memudahkan. Dari rumah Tante Zahira tinggal jalan dikit ke sekolah, sambil nunggu sesi selanjutnya bisa pulang dulu sebentar," jelas Elia panjang lebar. Memang betul, sedang rawan sekali maling di perumahan mereka. Makanya saat hendak mudik begini, Elia dan Darfan bekerja sama untuk mengamankan harta benda berharga milik mereka. Termasuk si putri kesayangan yang jauh-jauh lebih berharga lagi.

Dia mengusap puncak kepala sang putri. "Hobi kamu yang selalu bakar dapur bunda itu hal paling mengkhawatirkan. Bikin Bunda gak tenang rawat Mamak Liana dan tinggalin kamu sendirian-"

"Maaf Bunda, Lia izin nyela. Tapi, masa adik diajak akunya engga?" protes Eliana lagi.

Tentu saja Eliana merasa sedikit iri dengan si adik bungsu yang diajak. Sungguh, meski usianya sudah 18 tahun. Elian sang Kakak sulung dengan terang-terangan selalu mengatakan bahwa antara Eliana satu level dengan adik laki-laki mereka yang masih anak-anak. Elia menatap sang suami yang sedari tadi menyimak. Bahkan pawangnya Eliana saja enggan menunjukkan kemampuannya dalam membujuk Eliana kali ini.

"Kita ke sana bukan mau tamasya, ya, Lia. Bunda harus berapa kali jelasin?" tegas Elia membuat Eliana cemberut. Dia tahu Eliana sedang menahan diri untuk tidak membalas ucapannya.

"Lagian kamu kenapa sih, Lia? Di rumah Tante Zahira emangnya ada apa sampai kamu se-gak mau itu?"

Nah, ini letak masalahnya. Eliana tidak mau kalau dia sampai ketemu Khalid. Ck! Ini semua gara-gara kelakuan Abangnya yang selalu membuat Eliana naik darah. Coba Elian tidak cepu dan mengatakan kalau Eliana suka pada Khalid. Dia mungkin bisa berlagak masa bodoh. Dan yang membuat Eliana makin keki dibuatnya. Khalid menolak Eliana dengan mentah-mentah disertai ejekan.

"Duh, Dek. Maaf aja, nih. Gue tau gue memang cukup ganteng. Tapi, selera gue tuh Ayesha. Tau 'kan? Itu lhoo yang cantik itu. Nah bocil kayak lo, mending jajan milkita. Fokus aja sekolah, ya. Nanti dimarahin Bunda lho, Ndud!"

Mengesalkan sekali! Walau itu kejadian tiga tahun yang lalu. Rasa sakit hati dan jengkelnya masih Eliana simpan dengan rapi. Bahkan, Eliana sangat ingat kapan Khalid bicara demikian padanya. Uniknya lagi, Eliana menulis dengan baik setiap kata yang Khalid ucapkan kepadanya di selembar kertas. Dan kertas itu dia masukkan ke dalam toples. Maka, setiap melihat toples itu, Eliana langsung ingat betapa jengkelnya dia di hari itu.

Jadilah, Eliana move on jalur sakit hati. Mulai dari hari itu, Eliana sudah tidak lagi mau menerima pemberian dalam bentuk apapun dari Khalid. Padahal, salah satu alasan Eliana suka Khalid itu, karena Khalid selalu membelikan dia jajanan. Dikit-dikit kalau mampir ke rumahnya untuk menemui Elian. Basa-basinya selalu begini. Titipan dari Ummi buat Lia sama Elian. Walau di sana ada nama Elian juga, tetap saja. Saat itu Eliana malah kegeeran.

Yang paling membuat Eliana tersinggung, Khalid memanggil Eliana 'Ndud' yang artinya gendut. Memang sih saat SMP Eliana memiliki tubuh yang berisi. Tapi, apa harus sampai segitunya?

Makanya Eliana sampai berikrar, jangan sampai dia berurusan lagi dengan cowok itu. Sayangnya, Bunda tidak akan menerima alasan ini. Toh, Eliana juga sangat malu kalau Bunda sampai tahu soal Eliana yang sempat cinta mati pada Khalid.

"Bunda udah pusing banget ini sebenarnya, Lia," kata Elia agak memelas. Inilah salah satu kelemahan Eliana. Dia paling tidak bisa jika melihat Bundanya tertekan atau sedih.

Mau tidak mau, walau berat dan seperti agak melukai harga dirinya. Setelah hampir bertahun-tahun selalu menghindari Raden Khalid Hardian, si cinta monyet. Yang malas Eliana akui sebagai cinta pertamanya. Dia harus bertemu lagi dengannya. Belum lagi kalau harus disuguhkan pemandangan tidak menyenangkan di mana Khalid sangat penuh effort untuk membahagiakan Ayesha. Tapi, tidak masalah. Nanti Eliana bisa mengatur semuanya supaya dia tidak harus bertemu dengan Khalid.

"Ya udah, Lia mau nginep di rumah Tante Zahira."

"Oke, satu minggu, ya. Deal?"

"Hah? Satu minggu?!"

"Iya, nanti tanggal 12 nya Abangnya Lia jemput. Jadi kalian bisa nyusulin ke Medan, terus Ujikom juga lima hari. Pas 'kan?"

Apanya yang pas? Eliana bahkan sekarang sudah mulai tidak tenang.

"Papa ...."

"Sayang, Lia gak usah khawatir. Papa udah ngobrol sama Om Sargan buat nitipin kamu. Di sana ada Tante Zahira juga."

"Tapi 'kan Om Sargan bukan mahram, terus anak laki-lakinya -"

"Tante Zahira bilang, dia bakal jaga kamu sebaik mungkin. Udah gak usah overthinking, ya, cantiknya Papa?" bujuk Darfan dengan suara lembut.

Eliana hanya mengangguk pasrah. Oke, selamat datang di dunia yang tidak ada tenang-tenangnya. Ck! Bagaimana kalau Eliana jadi terganggu dengan pertemuannya bersama Khalid? Apalagi ... Semenjak memasuki usia matang. Khalid tuh makin tampan- Hih! Amit-amit! Pantang bagi Eliana memuji laki-laki yang sudah membuatnya patah hati. Kini atau nanti, Eliana akan menganggap Khalid sebagai musuh sejati! Camkan itu.

"Kenapa geleng-geleng kepala, Lia?" tanya Elia membuat lamunan Eliana buyar seketika.

"Gak apa-apa, Bunda," jawab Eliana lesu.

"Sabar, ya. Cuma seminggu kok, sayang."

"Iya, Papa."

"Hahahaha kasian deh kamu, gak diajakin naik pesawat kayak aku," ledek adik bungsunya Eliana. Arian namanya.

"Diem deh kamu!"

"Udah-udah, gak usah berantem. Lia, ayo siap-siap. Malam ini kita langsung ke rumah Tante Zahira, ya."

"Malam ini?!" seru Eliana heboh.

"Iya, sayang. Jam 3 pagi soalnya Papa sama Bunda udah harus otw ke Bandara. Takut ketinggalan pesawat."

Tolong, Eliana harus bagaimana?

--------- ♡---------
gimana sama prolognya? hihi

katanya sih Khalid udah berubah, gak sebocah dulu. coba kita lihat nanti, apakah dia tahan menghadapi Eliana?

Ku Jaga Dia Yang Jadi TakdirkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang