-2- Yang Tidak Terduga

601 68 204
                                    

𝒃𝒂𝒉𝒌𝒂𝒏 𝒔𝒆𝒌𝒆𝒓𝒂𝒔 𝒂𝒑𝒂𝒑𝒖𝒏 𝒂𝒌𝒖 𝒎𝒆𝒏𝒄𝒐𝒃𝒂 𝒂𝒈𝒂𝒓 𝒕𝒊𝒅𝒂𝒌 𝒃𝒆𝒓𝒕𝒆𝒎𝒖 𝒅𝒆𝒏𝒈𝒂𝒏𝒎𝒖, 𝒚𝒂𝒏𝒈 𝒕𝒆𝒓𝒋𝒂𝒅𝒊 𝒋𝒖𝒔𝒕𝒓𝒖 𝒔𝒆𝒃𝒂𝒍𝒊𝒌𝒏𝒚𝒂. 𝒌𝒊𝒕𝒂 𝒎𝒂𝒍𝒂𝒉 𝒋𝒂𝒅𝒊 𝒔𝒆𝒓𝒊𝒏𝒈 𝒃𝒆𝒓𝒕𝒆𝒎𝒖. - E.

--------- ♡---------

"Lia, ini harga cup cases roti-nya tuh sepuluh ribu per seratus pcs. Kelompok kita itu 'kan ada lima orang. Harga cup cases-nya dua puluh ribu. Soalnya aku pilih motif paling bagus. Jadi, tiap orang bayarnya empat ribu." Eliana masih setia mendengarkan penjelasan temannya. Sembari membaca buku jurnalnya yang berisikan to do list ujian selama lima hari ini. "Lia?"

"Iya aku denger kok, kamu mau aku bayar lewat e-money atau cash out aja?" tanya Eliana.

Dia tersenyum puas karena ujian yang tersisa hanya tinggal satu hari lagi saja. Maka secara otomatis, masa dia menginap di sini pun akan segera berakhir. Dia bisa bertemu Bunda juga Papa. Menghabiskan waktu dengan sesuka hatinya tanpa harus merasa geraknya terbatasi. Sejujurnya, menginap di rumah Tante Zahira itu nyaman kok. Nyaman sekali. Alasan pertama, di rumah ini hanya ada Tante Zahira dan suaminya. Sargan selama Eliana menginap di sini tidak pernah pergi ke lantai dua. Dia benar-benar membatasi dirinya untuk tidak membuat Eliana merasa terganggu.

Selama empat hari di sini, Eliana merasa tenang karena tidak ada tanda-tanda bahwa seseorang yang sangat Eliana hindari tidak pulang. Dia hanya tidak ingin bertemu dengan Khalid. Faktor utamanya, karena sedang dalam tahap supaya bisa seratus persen move on. Lalu, faktor lainnya dia enggan untuk melihat wajah Khalid yang pasti akan melekat di ingatannya.

Alasan kedua betah di sini, karena seperti yang Bunda sampaikan bahwa hal ini akan sangat memudahkan Eliana selama masa UJIKOM. Jarak rumah Tante Zahira yang amat dekat dengan sekolah membuat Eliana bisa bolak-balik pulang. Otomatis bisa shalat di rumah Tante Zahira dengan khusyuk. Tanpa merasa diburu-buru siapapun. Sembari menanti sesi sore, Eliana bisa tidur siang juga.

Alasan ketiga, masakan Tante Zahira sangat lezat. Otomatis, selama sarapan, makan siang, dan makan malam. Kebutuhan nutrisinya tercukupi dengan sangat baik. Terbayang sih kalau sampai tetap memilih tinggal sendirian di rumah. Bisa-bisa pencernaannya mengalami gangguan karena Eliana hanya mampu masak makanan super pedas saja.

"Lia? Denger gak sih?" Suara agak melengking itu membuat Eliana berjengkit kaget. Duh, kebiasaan Eliana itu selalu sibuk dengan pikiran dan bicara di dalam hati. Jadi, sering tidak fokus.

"Eh sorry boleh tolong ulang nggak?" kata Eliana sambil agak meringis.

"Cash aja, ih kamu nih lagi apa sih? Sibuk banget kayaknya." Terdengar suara gerutuan dari seberang sana. "Ya udah itu aja. Oh iya, makasih ya rangkuman materi agama yang semalam. Aku tutup dulu kalau gitu," tutupnya tanpa salam. Eliana hanya menghela napas. Belum sempat jawab padahal.

Ya, kehidupan pertemanan di masa SMK terasa amat sangat membosankan. Itulah kenapa Eliana tidak punya teman dekat. Interaksi dengan teman-teman selama tiga tahun ini hanya sebatas untuk kepentingan tugas saja. Selebihnya, Eliana lebih banyak menghabiskan waktu seorang diri. Jajan sendiri, ke perpustakaan sendiri. Tidak jarang banyak yang menjuluki Eliana sebagai anak paling pendiam dan introvert. Eliana jarang berbaur jika di luar kepentingan pembelajaran. Ketika teman-teman berkumpul membuat lingkaran untuk mengadakan sesi berbagi cerita yang lebih akrab disapa dengan ghibah. Terlebih anak laki-laki dan perempuan bercampur baur (ikhtilath). Eliana selalu sibuk ngemil di pojokkan sambil membaca buku dan mengenakan earphone-nya untuk mendengar suara hujan. Seringkali hampir tertidur bahkan.

Ku Jaga Dia Yang Jadi TakdirkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang