-1- Eliana si Kesayangan

554 82 58
                                    

𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑚𝑒𝑛𝑐𝑖𝑛𝑡𝑎𝑖, 𝑠𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑑𝑖𝑟𝑖 𝑖𝑡𝑢 ℎ𝑎𝑙 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑝𝑒𝑛𝑡𝑖𝑛𝑔. 𝑠𝑒𝑏𝑎𝑏 𝑎𝑘𝑢 𝑡𝑖𝑑𝑎𝑘 𝑚𝑎𝑢 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑎𝑖 𝑙𝑢𝑝𝑎 𝑑𝑖𝑟𝑖 𝑎𝑡𝑎𝑢 𝑏𝑎ℎ𝑘𝑎𝑛 𝑘𝑒ℎ𝑖𝑙𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑑𝑖𝑟𝑖𝑘𝑢 𝑠𝑒𝑛𝑑𝑖𝑟𝑖. - E.

---------♡---------

"Inget, ya. Di rumahnya Tante Zahira jangan jadi anak yang gak punya inisiatif. Setiap habis pakai peralatan makan, langsung cuci. Jangan jorok, bantuin Tante Zahira," nasihat Elia untuk yang ketiga kalinya. Bukan apa-apa. Menurut Elia, untuk seorang gadis, Eliana itu terlalu jorok dan pemalas. "Denger Bunda nggak?"

"Iya, Bunda. Lia denger," sahut Eliana pelan. Dari suasananya sih terasa seperti orang tua anak balita yang mengantarkan anaknya ke taman kanak-kanak alias TK. Lihat bagaimana Elia memperlakukan putri semata wayangnya yang bau minyak telon itu. Sebagaimana ibu pada umumnya yang entah kenapa hobi menyapu wajah anak mereka dengan telapak tangan, di mulai dari puncak kepala, telinga hingga pipi berisi anak mereka. Elia juga melakukan hal yang sama pada Eliana.

"Jangan nakal, lho, ya! Salim dulu sini sama, Bunda." Darfan yang menyaksikan itu hanya mampu melipat bibirnya. Menahan tawa yang hendak pecah akibat kelakuan Elia. Dia tuh kenapa sih? Putri mereka itu sudah berusia delapan belas tahun, bukan lagi anak balita. Perlakuan Elia pada Eliana sungguh konsisten. Beda cerita kepada anak lelakinya yang kelewat tegas. "Nanti dijemputnya sama, Abang, ya," sambung Elia setelah mengecup kening putrinya.

"Iya, Bunda. Oke."

"Kalau ada apa-apa, Lia cerita sama Papa, ya?" Darfan itu kerap kali jadi konselor gadungan untuk putri semata wayangnya. Tak lupa, dia membekali diri sang putri untuk bisa membedakan mana laki-laki yang red flag dan green flag. Darfan itu begitu posesif, walau terlihat seperti santai-santai saja. Dia benar-benar memantau putrinya. Karena tidak mau jika sang putri bertemu laki-laki yang kelakuannya mirip Darfan sewaktu belum hijrah.

Selesai berpamitan. Darfan langsung mengantarkan sang putri yang ternyata sudah disambut hangat oleh sepasang suami istri yang sudah banyak membantunya- Sargan dan Zahira.

Kedua pasangan yang tak lagi muda itu tentu saja amat antusias dengan kehadiran Eliana, gadis bertubuh mungil dengan wajah yang manis. Tingginya yang hanya 150 cm, dengan bentuk wajah bulat, membuat Eliana terlihat seperti masih anak-anak. Zahira girang bukan main saat dititipi Eliana. Terlebih, sedari Eliana kecil Zahira itu teramat suka dengannya.

Sewaktu kecil dulu, terutama sebelum baligh. Zahira selalu meminjam Eliana untuk mengisi ruang sepi ketika anak-anaknya mulai memasuki usia remaja dan sibuk dengan urusan mereka. Kadang-kadang, Eliana juga kerap dipaksa mengunjungi Zahira ketika wanita paruh baya itu sendirian.

Meskipun ada cucu dari Kayla, tapi tetap saja. Mereka tidak bisa sering-sering mengunjungi Zahira selaku neneknya. Karena Kayla juga Aysar sangat disiplin soal mengatur waktu anak-anak mereka. Nah, kalau ada Eliana. Zahira serasa punya teman masak juga curhat. Walau Eliana itu cukup ceroboh dan lebih sering merecokinya. Tapi, kepribadiannya yang menyenangkan. Membuat Zahira terhibur.

"Titip, yaaa, Mba Zahira," kata Darfan. Dia memberikan kode pada sang istri untuk turun dan menyapa Sargan juga Zahira. Mendapat isyarat dari sang suami, Elia yang tengah mengenakan niqabnya bergegas untuk keluar dari mobil dan bersalaman dengan Zahira.

"Iya, Fan. Insyaallah saya jaga Lia dengan baik," balas Zahira singkat. Elia langsung mengucapkan salam dan berpelukan sebentar dengan Zahira.

"Kalau nakal, cubit aja, Kak Zah," timpal Elia sedikit bercanda.

Ku Jaga Dia Yang Jadi TakdirkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang