XIII

52 10 0
                                    

Happy reading~

.
.
.

Esok harinya...

Wooyoung berjalan ke dapur, ia terkejut saat melihat Jongho sudah memakai baju seragamnya. Yang lebih muda tengah memasak sarapan untuk Wooyoung "Kau curang, kau bangun lebih pagi dariku" Kata Wooyoung sembari menepuk bahu Jongho. Yang lebih muda tak sengaja menjatuhkan pisau, karena terkejut.

"Ish! Hyung!" Rengek Jongho sembari meraih pisau yang tergeletak dilantai.

"Maafkan aku-" Ujar Wooyoung sembari mengusak surai hitam yang lebih muda.

Wooyoung melihat ke arah wajan "---Woah! Aku tidak menyangka kau bisa masak" Sambungnya, yang termuda hanya tersenyum tipis.

Wooyoung membantu Jongho memindahkan makanannya ke atas meja makan. Menu sarapan yang Jongho buat adalah Gyeran bbang dan Jeon, serta tak lupa Jongho juga menyediakan buah pisang untuk hidangan penutup. Wooyoung segera duduk dan mulai sarapan, ditengah-tengah kesibukannya mengunyah makanan, atensi Wooyoung teralihkan pada Jongho yang berdiri melihatnya makan.

"Jongho-ya, kenapa kau berdiri? Sini, duduk dan sarapan" Kata Wooyoung dengan mulut setengah penuh.

Jongho mengerjapkan matanya, ia baru sadar kalau sekarang ia tinggal bersama Wooyoung. Kebiasaannya saat tinggal bersama San sangat melekat pada dirinya. Dengan ragu, Jongho akhirnya duduk. Karena tak kunjung mengisi piringnya, Wooyoung segera memindahkan beberapa potongan Gyeran bbang dan Jeon ke piring Jongho "Cepat makan. Kalau tidak, aku akan membuatmu memohon padaku untuk berhenti mencubit pipimu" Titah Wooyoung dibarengi dengan ancaman. Setelah mendapat ancaman dari Wooyoung, Jongho segera memakan Gyeran bbang dan Jeon buatannya.

"Apa San tidak pernah memintamu untuk sarapan?" Tanya Wooyoung.

Jongho yang hendak melakukan suapan, sontak langsung berhenti. Wooyoung menatap Jongho yang mematung, ia mendorong tangan yang lebih muda agar potongan Jeon itu masuk ke dalam mulutnya.

☘️☘️☘️

Di depan gerbang sekolah sudah ada Yunho yang menunggu dua kaum adam itu datang. Yunho melambaikan tangannya saat Wooyoung dan Jongho datang "Good morning!" Sapa Yunho sembari mencubit hidung Jongho. Jongho meringis sembari mengelus hidung bangirnya, sedangkan Yunho terkekeh puas melihat wajah kesal Jongho. Ketiganya berjalan masuk ke area sekolah, Wooyoung dan Yunho mengantar Jongho sampai ke depan kelasnya. Jongho sudah menolaknya, tapi kedua kakelnya itu bersikeras untuk mengantar yang lebih muda ke depan kelasnya.

"Nanti aku dan Yunho akan menunggumu di kantin, oke?" Ujar Wooyoung, dibalas anggukan oleh yang lebih muda.

Sebelum pergi, keduanya bergantian mengusak surai hitam Jongho. Jongho masuk ke dalam kelas, baru saja ia masuk, tiba-tiba Beomin menghampirinya dan memeluknya "Jongho-ya, aku sangat merindukanmu!" Ujarnya. Beomin segera melepaskan pelukannya, Jongho tersenyum tipis. Beomin segera meraih tangan Jongho, lalu menariknya ke bangku sang empu.

"Mulai sekarang, kau duduk bersamaku" Kata Beomin.

Jongho tersenyum, lalu menaruh tasnya di bangku samping Beomin "Terimakasih" Ujar Jongho.

Yunho dan Wooyoung sudah berada dikantin, menunggu anak menggemaskan seperti anak beruang itu datang.

"Yunho-ya, sepertinya San memperlakukan Jongho dengan buruk-" Kata Wooyoung.

Yunho mengernyitkan alisnya "---Aku terkejut, dia bangun lebih dulu daripada aku. Dia memasak sarapan untukku, dan kau tahu apa yang dia lakukan setelah itu? Dia hanya berdiri sambil menatapku saat aku sedang sarapan" Sambungnya.

Yunho memiringkan kepalanya "Maksudmu, San memperlakukan Jongho layaknya seorang pembantu?" Tanya Yunho.

"Kurang lebih seperti itu" Jawab Wooyoung sembari mengetukkan jarinya ke meja.

Yunho menghidupkan layar ponselnya dan melihat jam "Kenapa dia belum datang juga?" Gumam Yunho.

Wooyoung melihat Beomin dari arah pintu sembari berlari, Beomin menghampirinya dan Yunho "H-hyung. Hah..hah...jongho..." Ujarnya tersengal-sengal.

"Jongho? Apa terjadi sesuatu padanya?!" Tanya Wooyung sembari bangkit dari duduknya.

Wooyoung dan Yunho bergegas pergi mengikuti Beomin.

Bugh!

Bugh!

Bugh!

Jongho mendapat pukulan ucapan selamat datang dari siswa bernama Kim Woo Seok, Woo Seok adalah siswa yang saat itu menumpahkan sup pada Jongho. Woo Seok tersenyum puas melihat Jongho yang terduduk lemas bersandar di dinding "Menyenangkan sekali bisa melihatmu lagi. Aku sangat merindukanmu, Choi Jongho" Kata Woo Seok sembari menunjukkan smirknya.

Woo Seok menginjak dan menendang Jongho, Jongho melindungi wajahnya dengan tangannya. Melihat itu, membuat Woo Seok semakin gencar menendang Jongho "Berandal yatim piatu!" Teriak Woo Seok. Tatapan Jongho berubah menjadi tajam, Jongho menahan kaki Woo Seok yang hendak menendangnya. Woo Seok membelalakan matanya, ia tak menyangka kalau Jongho akan balik melawan.

Jongho menarik kaki Woo Seok, membuat Woo Seok terjatuh. Jongho segera bangun dan meraih kerah seragam Woo Seok, kemudian memukul wajahnya "Orang tuaku bercerai, bukan berarti aku yatim piatu, SIALAN!" Ujarnya sembari memukul Woo Seok. Woo Seok mencekik leher Jongho, membuat Jongho sedikit kesulitan bernafas. Jongho membalasnya, ia juga turut mencekik leher Woo Seok. Semua amarahnya kini ia lampiaskan pada cengkeraman lengannya, cengkeraman Woo Seok mulai melemas. Woo Seok mulai tidak bisa bernafas, entah apa yang merasuki Jongho, ia malah semakin mengeratkan cengkeramannya.

"CHOI JONGHO!" Teriak Yunho sembari berusaha menarik Jongho menjauh dari Woo Seok.

Cengkeraman Jongho semakin kuat, Woo Seok sudah tidak bisa melakukan apa-apa, namun Woo Seok masih dalam keadaan sadar.

"CHOI JONGHO, KENDALIKAN DIRIMU!" Teriak Yunho.

Melihat Woo Seok yang perlahan tak sadarkan diri, membuat Yunho mau tidak mau mengeluarkan seluruh tenaganya dan akhirnya Yunho mendorong Jongho hingga tersungkur. Yunho menepuk-nepuk pipi Woo Seok "Kim Woo Seok, bangun" Ucapnya. Namun, Woo Seok tak kunjung bangun.

Tatapan penuh amarah Jongho kini berubah menjadi tatapan terkejut dan ketakutan. Yunho menoleh ke arah Jongho yang tengah mematung, Yunho kini mengalihkan pandangannya pada Beomin "Beomin-a, tolong bawa Woo Seok ke UKS" Titah Yunho. Woo Seok naik ke punggung Beomin, dibantu oleh Wooyoung. Setelah selesai membenahi posisi Woo Seok di punggung Beomin, akhirnya Beomin bergegas pergi.

Jongho menatap kedua tangannya sendiri sembari menggelengkan kepalanya, ia masih tak percaya apa yang telah ia lakukan barusan. Kedua tangannya gemetar, tatapan matanya menyiratkan ketakutan, dan matanya yang memerah. Wooyoung segera memeluk Jongho "Tenangkan dirimu, tidak apa-apa. Kau tidak sengaja melakukannya. Aku tahu, kau tidak berniat untuk menyakitinya" Kata Wooyoung sembari mengeratkan dekapannya.

Jongho tidak akan sampai lepas kendali jika Woo Seok tidak mengatakan sesuatu yang sensitif bagi Jongho, Yunho berniat untuk menanyakan itu pada Woo Seok. Tanpa mereka sadari, sejak tadi San melihat dari kejauhan. Ia melihat semua peristiwa itu dari awal Woo Seok membawa Jongho ke kelas kosong itu. San menghela nafas kasar, lalu memilih untuk pergi dari sana. Wooyung melepaskan dekapannya, kemudian mengusap air mata Jongho.

"H-hyung, Wo-woo Seok tidak mati kan?" Tanya Jongho gemetar.

"Dia hanya pingsan, dia akan baik-baik saja" Jawab Wooyoung.

Jongho semakin gelisah, tubuhnya gemetar hebat. Ia takut kalau ia akan dianggap monster oleh yang lain, jika mereka tahu apa yang telah Jongho lakukan pada Woo Seok. Yunho berlutut mensejajarkan tubuhnya dengan Jongho "Jongho-ya, tenangkan dirimu" Kata Yunho sembari mengelus bahu Jongho.

Jongho menggelengkan kepalanya "Aku sungguh tidak bermaksud untuk menyakitinya" Kata Jongho gelisah. Jongho mencengkeram erat leher belakangnya sembari terus menggelengkan kepalanya.












Hai hai!
I'm back!!!😁
Gimana puasanya gaiss? Apakah lancar?
Hope u like it💕






Thanks for reading~
See you in next chapter~
Bye bye~

Grown UpTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang