XIX

33 7 0
                                    

Happy reading~
.
.
.


Semalaman Jongho tidak bisa tidur, kenapa ibunya tiba-tiba menghubunginya. Apa sebenarnya yang wanita itu inginkan? Jongho termenung dalam lamunan, ia tak menyadari San masuk ke kamarnya. San segera duduk di samping adiknya, kemudian mengelus bahunya. Jongho terperanjat saat merasakan ada tangan yang mengelus bahunya "Hyung? Kapan kau masuk?" Tanya Jongho. San tidak menjawab, ia menatap lekat wajah yang lebih muda. Tersirat banyak kekhawatiran dimata Jongho. Kini tangan San berpindah meraih puncak kepala Jongho "Mau aku temani disini?" Tawar San.

Jongho mengerjapkan matanya "Tidak perlu, Hyung. Lagi pula, aku bukan anak kecil lagi" Tolak Jongho. San menekan hidung yang lebih muda gemas yang membuat Jongho menatap San tajam. San terkekeh melihat wajah kesal adiknya itu, tak lama ia menarik tubuh yang lebih muda kedekapannya. Jongho segera membalas pelukan dari sang kakak dan menenggelamkan wajahnya di dada yang lebih tua.

"Jongho-ya, apa yang Eomma katakan padamu?" Tanya San sembari mengelus Surai hitam Jongho.

"Eomma meminta kita untuk bertemu dengannya" Ujar Jongho yang mengeratkan pelukannya.

"Kita bicarakan soal ini lagi nanti. Sekarang, kau harus tidur. Ini sudah larut, jangan mencoba untuk protes. Kau mengerti?" Kata San.

Jongho mengangguk sebagai jawaban "Berjanjilah satu hal, jangan pergi setelah aku tertidur" Pinta Jongho.

"Kau mulai clingy padaku, huh?" Goda San.

Jongho menjauhkan tubuh San darinya "Ya sudah, kalau tidak mau. Kau boleh pergi, Hyung" Decak Jongho dengan mulut poutnya.

"Oho! Ada yang marah-" Goda San.

Jongho menyilangkan kedua tangannya di dada dengan mulut poutnya yang membuat San semakin gencar ingin terus menggoda adiknya itu. San kembali mendekap Jongho kedalam pelukannya "---Tidurlah, aku janji tidak akan pergi" Sambungnya lembut.

Jongho merasakan matanya sudah tidak sanggup lagi untuk terbuka. Elusan dikepalanya, membuat Jongho semakin sulit untuk melawan rasa kantuknya. Tak lama, San merasakan tubuh adiknya yang mulai relax. San menundukkan kepalanya agar bisa melihat wajah adiknya yang tengah terlelap, ia terkekeh pelan melihat wajah Jongho saat tidur dengan mulut pout khasnya. Entah kenapa, meski Jongho sudah beranjak dewasa, namun ia tetap terlihat menggemaskan, apalagi disaat sedang tidur seperti ini. San benar-benar menyesal, kenapa tidak dari dulu ia menyayangi adiknya yang baik nan gemoy ini.

🍀🍀🍀

Esok harinya, San terbangun dengan punggung yang menyender di kepala kasur dan dengan Jongho yang masih asik terlelap dalam pelukannya. Senyum tipis terlihat dari bibir mungil San "Kenapa dia sangat menggemaskan sekali?" Gumamnya sembari mengelus pipi chubby sang adik. Jongho merasakan geli di pipinya, ia segera menjauhkan wajahnya. Lagi-lagi, San terkekeh "Hey, bangun" Ujar San sembari menepuk-nepuk pipi Jongho.

"Berisik!" Decak sang pemilik pipi chubby itu.

Jongho kira, San akan berhenti. Namun nyatanya, San semakin keras menepuk-nepuk pipinya. Jongho segera menjauhkan tangan San, namun lagi dan lagi San terus menepuk-nepuk pipinya. Akhirnya Jongho membuka matanya, kemudian memukul tangan San "Ganggu banget" Decaknya.

San hanya menggeleng pelan, lalu beranjak dari kasur "Cepat sikat gigi dan cuci muka, setelah itu turun ke dapur untuk sarapan" Titah San.

"Sejak kapan Hyung bisa masak?" Tanya Jongho dengan nada mengejek.

San mencubit hidung bangir Jongho "Sudah jangan banyak bicara. Mau ke kamar mandi sendiri atau aku seret paksa?" Ujar San. Jongho berdecak kesal, kemudian melangkahkan kakinya ke kamar mandi.

Setelah selesai mandi, Jongho bergegas pergi ke dapur. Dilihatnya sang kakak yang masih sibuk memasak sarapan untuk mereka berdua, Jongho mendekat ke arah sang kakak dan segera mengambil alih pisau dari genggaman sang kakak "Biar aku bantu, Hyung" Ujar Jongho. San tersenyum tipis sembari menatap dalam wajah sang adik yang tengah memotong bawang. Kini keduanya bagi tugas, Jongho bertugas untuk memotong bahan-bahan dan San bertugas untuk mengeksekusi bahan-bahan yang telah dipotong oleh Jongho.

"Jongho-ya..." Panggil San sembari menyodorkan sendok meminta Jongho untuk mencicipi.

Jongho mencipinya, kemudian mengecapnya pelan "Aku rasa sudah pas, Hyung" Ujar Jongho. San mengacungkan ibu jarinya, kemudian segera mematikan kompor. Jongho mengambil piring serta mangkuk, kemudian menatanya di atas meja makan. Setelah semuanya siap, kedua kakak beradik itu langsung menikmati sarapan. Ditengah-tengah sibuk sarapan, San menatap Jongho sembari tersenyum tipis. Ia segera mendekatkan lauk itu ke arahnya dan tidak membiarkan Jongho untuk nambah. Saat Jongho hendak mengambil lauknya, San segera menghalanginya dengan tangan "Tidak boleh! Aku yang masak, jadi aku yang boleh makan sepuasnya" Ujar San dengan nada berpura-pura serius.

"Tapi...tapi aku ikut bantuin" Protes Jongho.

"Tetap saja, aku yang masak" Keukuh San.

Jongho menghela nafas "Baiklah, terserah". San berusaha untuk tidak tertawa melihat wajah lesu adiknya itu "Hey, buka mulutmu" Ujar San. Jongho mengerjapkan matanya, kemudian membuka mulutnya, Jongho tersenyum saat sang kakak menyuapinya. San terkekeh sembari mengelus puncak kepala sang adik. 

Setelah selesai sarapan, keduanya segera mandi dan bersiap untuk pergi ke sekolah. San tersenyum saat melihat adiknya sudah rapih, ia merangkul Jongho dan pergi ke sekolah. Selama perjalanan ke sekolah, keduanya larut dalam keheningan. Sesekali San menoleh ke arah Jongho, rasa sayangnya kepada Jongho semakin besar setelah adiknya itu mulai menempel padanya.

🍀🍀🍀

"Adek bayi!!!" Teriak Wooyoung sembari berlari ke arah Jongho dan memeluknya erat.

Jongho berusaha menjauhan Wooyoung yang tengah memeluknya, namun Wooyoung malah semakin mengeratkan pelukannya. Melihat itu, San hanya bisa menggelengkan kepalanya sembari terkekeh pelan. Disisi lain, Yunho segera menarik tas Wooyoung agar menjauh dari Jongho. Wooyoung memukul tangan Yunho sembari menatap tajam, bukannya takut Yunho malah menjulurkan lidahnya. Hal itu membuat Wooyoung semakin kesal, "memangnya tidak boleh aku melepas rinduku pada Jongho?!" Ujarnya kesal.

"Guys, sebentar lagi bel masuk. Jangan sampai kita terlambat" Ujar San.

"Wooyoung, kau dengar itu? Sebaiknya kita bergegas" Kata Yunho sembari menarik tas Wooyoung, lalu pergi.

San menoleh ke arah Jongho "Hyung akan menunggu di lorong depan kelasmu saat jam istirahat, oke?" Ujar San yang langsung dibalas anggukan oleh sang adik. San tersenyum sembari mengusak surai hitam Jongho, kemudian menepuk pipi Jongho, sebelum ia pergi menuju ke kelasnya.

Setibanya di kelas, Jongho langsung duduk di bangkunya. Saat ia hendak mengeluarkan buku dari tasnya, tiba-tiba ia mendengar suara langkah mendekat ke arahnya. Ia segera menoleh, ia terkejut saat melihat Woo Seok mendekat ke arahnya dengan sedikit canggung. "J-jongho...-" Panggil Woo seok pelan. Jongho merasa ada yang tidak beres, bukankah seharusnya Woo Seok datang untuk memukulinya? "---Aku minta maaf" Ucap Woo Seok sembari menundukkan kepalanya.






Halooo!
Akhirnya aku bisa up lagi book ini huhuuu😭
Mohon maaf aku lama updatenya😭




Thanks for reading~
See you in next chapter~
Bye bye~

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 18 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Grown UpTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang