XV

59 11 2
                                    

Happy reading~
.
.
.

Wooyoung dan Jongho tengah duduk dihalte menunggu bus datang, Wooyoung tak bisa mengalihkan pandangannya pada Jongho. Remaja di hadapannya ini terus menunduk sembari meremat ujung seragamnya. Jongho pasti shock berat, tangannya tak berhenti gemetar. Wooyoung mengelus kepala belakang Jongho "Jongho-ya, nanti malam kau mau beli eksrim? Aku yang traktir" Ucap Wooyoung. Sontak Jongho langsung menoleh dengan mata berbinar dan mengangguk cepat. Wooyoung tersenyum gemas sembari mengusak surai hitam Jongho.

Mata berbinar itu kembali sayu dan kepalanya kembali menunduk "Kenapa?" Tanya Wooyoung. Jongho menggeleng pelan, Wooyung menarik Jongho untuk mendekat dan mendekapnya dari samping. 

"Hyung..." Cicit Jongho.

"Hm? Ada apa? Kau ingin mengatakan sesuatu?" Sahut Wooyoung.

"Maaf, aku merepotkanmu" Cicit Jongho.

Wooyoung menghela nafas, kemudian mengunyel-ngunyel pipi Jongho "Jika kau bilang begitu lagi, aku akan mencubit pipimu. Kau mengerti?" Ancam Wooyoung. Pout terbentuk dari bibir yang lebih muda, Wooyoung semakin gemas melihat remaja di sampingnya ini. Wooyoung smirk, kemudian dengan sengaja menangkup pipi Jongho. Jongho mengerutkan alisnya kesal, Wooyoung terkekeh melihat wajah Jongho.

"Menggemaskan sekali!" Ujar Wooyoung yang masih setia menangkup pipi yang lebih muda.

Bus akhirnya datang, Wooyoung langsung  menatap ke arah bus. Jongho memanfaatkan situasi, ia segera kabur dan bergegas naik  bus. Wooyoung tersenyum sembari menggelengkan kepalanya, ia akhirnya bangkit dari duduknya dan naik bus "Hyung!" Panggil Jongho sembari menepuk-nepuk kursi disampingnya. Wooyoung segera duduk disamping Jongho dan kembali mengusak surai hitam Jongho.

"Mau makan apa nanti malam?" Tanya Wooyoung.

"Hm...terserah Hyung saja" Jawab Jongho.

"Mau makan diluar?" Ajak Wooyoung.

"Boleh. Tapi, setelah itu jangan lupa janjimu Hyung. Kau harus mentraktirku beli eksrim" Kata Jongho.

"Iya, iya..." Ujar Wooyoung.

Tak lama, keduanya turun dari bus. Wooyoung sengaja tidak turun di halte berikutnya, karena ia ingin membawa Jongho jalan-jalan sembari menunggu waktunya makan malam. Sembari berjalan,  Wooyoung menggenggam erat tangan Jongho. Jongho nampak melirik kesana kemari, sesekali ia berseru saat melihat banyak stan makanan dan juga stan penjual aksesoris. Selama tinggal bersama San, Jongho tidak pernah jalan-jalan ke tengah kota.

"Jongho-ya..." Panggil Wooyoung.

"Hm?" Sang empu menoleh.

Wooyoung menatap lekat yang lebih muda "Tidak, lupakan saja" Ujarnya.

"Ga jelas" Dumel Jongho.

Jongho melihat seorang anak kecil perempuan berusia 3 tahun keluar sendirian dari sebuah toko, ia segera menghentikan langkahnya. Wooyoung langsung menoleh ke arah Jongho "Ada apa?" Tanya Wooyoung. Jongho segera melepaskan genggaman tangan Wooyoung dan berlari menghampiri anak kecil itu yang terjatuh.

Jongho segera meraih tubuh anak itu "Kau baik-baik saja?" Tanya Jongho. Anak kecil itu menatap Jongho kebingungan, Jongho segera memeriksa anak kecil itu. Untungnya anak itu tidak terluka. Anak itu menoleh ke arah toko "Eomma..." Panggil anak itu.

"Hanbyul-a, Eomma mencari- carimu" Ucap ibu dari anak perempuan bernama Hanbyul itu.

Jongho membeku saat mendengar suara wanita itu, suaranya sangat familiar ditelinganya. Hanbyul berlari kearah ibunya "Terimakasih sudah menjaga putri-" Ucapan wanita itu terhenti saat melihat wajah remaja yang telah menjaga putrinya. Entah Jongho atau wanita itu, keduanya terbelalak.

"Eomma?" Batin Jongho.

"Jongho?" Batin wanita itu.

Ibu Hanbyul adalah Nyonya Lim, ibunya Jongho. Seorang pria menghampiri Nyonya Lim "Yeobeo, kajja" Ajak pria itu sembari menggandeng tangan Hanbyul. Nyonya Lim mengangguk, kemudian pergi. Jongho masih terdiam, rasa sesak tiba-tiba menyeruak di dadanya. Jongho mencoba untuk mencerna apa yang baru saja ia lihat, Nyonya Lim menikah lagi dan memiliki seorang putri?

Jongho mengepalkan tangannya, Nyonya Lim berjanji akan datang membawanya dengan San untuk tinggal bersamanya. Tapi, ternyata sejak saat itu Nyonya Lim tidak kunjung datang. Dan hari ini, Jongho melihat dengan mata kepalanya sendiri. Nyonya Lim telah menikah lagi dan memiliki keluarga baru.

☘️☘️☘️

San tiba di rumah, ia mengerutkan alisnya saat melihat sebuah tas berada di atas sofa "Kau sudah pulang" Ucap seorang pria. San menoleh ke arah pria itu, ia sontak terbelalak "Abeoji?!" Batinnya. Pria itu adalah Tuan Choi, ayah kandung San dan Jongho. 

"Kau nampaknya tidak senang aku kembali" Kata Tuan Choi.

"Setelah sekian lama, Abeoji baru kembali? Apakah Abeoji baru ingat kalau Abeoji punya anak? Oleh karena itu, Abeoji kembali?" Sarkas San.

Tuan Choi tersenyum miring "Dimana anak sialan itu?-" Tanya Tuan Choi.

"Anak sialan?" San mengerutkan alisnya.

"---Choi Jongho, dimana dia?" Sambungnya.

"Aku mengusirnya" Ucap San.

Tuan Choi mengangguk "Baguslah, jadi aku bisa tinggal disini sementara dengan tenang" Ujar Tuan Choi.

San mengepalkan tangannya, lalu bergegas pergi ke kamarnya. Tuan Choi menatap kepergian San "Aku dengar, Jongho hampir menghabisi orang lain disekolah" Ungkap Tuan Choi.

Deg!

San sontak langsung menghentikan langkahnya, bagaimana Tuan Choi bisa tahu? Ia segera berbalik dan menatap Tuan Choi "Bagaimana Abeoji bisa tahu?" Tanya San.

"Aku tahu dari putraku-" Jawab Tuan Choi.

San lagi-lagi mengerutkan alisnya "---Kim Woo Seok" Sambungnya. Bagai petir menyambar hatinya, dari sekian banyak anak kenapa harus Woo Seok? Tuan Choi berjalan mendekati San "Aku tidak menyangka anak itu akan melawan, bahkan hampir menghabisi putraku. Setelah sekian lama, Woo Seok merundungnya. Akhirnya sisi monsternya muncul" Ujarnya.

"Apa?!" Bentak San tak terima.

"Aku menceritakan semua yang terjadi tentang keluarga kita pada Woo Seok. Awalnya dia benci Jongho bukan karena masalah kehancuran keluarga kita, melainkan dia benci dengan sosok Jongho yang sangat lemah dan bodoh. Namun, setelah aku menceritakan itu, Woo Seok menjadi sangat membenci Jongho. Bukankah itu bagus? Aku tidak perlu menyuruhnya untuk menyakiti anak sialan itu. Dia merundungnya atas kemauannya sendiri-" Jelas Tuan Choi.

Akhirnya San mengerti. Semuanya masuk akal sekarang, apa alasan Woo Seok selalu merundung Jongho.

"---Woo Seok bilang, kau memukulnya" Sambungnya.

San tidak menyangka, Woo Seok ternyata benar-benar pengecut. San tertawa setelah mendengar ucapan Tuan Choi "Anak cupu ternyata" Sarkas San. Tuan Choi menatap San tajam, tidak terima dengan ucapan San terhadap Woo Seok. San mendekatkan mulutnya ke telinga Tuan Choi "Akan kubuat semuanya berbalik. Akan kupastikan Woo Seok tidak akan hidup dengan tenang, jika dia berani mengganggu Jongho lagi. Camkan itu" Bisiknya, lalu pergi ke kamarnya.

"CHOI SAN!" Teriak Tuan Choi.

San tersenyum dan menghiraukan Tuan Choi yang berteriak memanggilnya.














Hai hai!
Aku kembali hihii😁
Gimana nih puasanya? Udah ada bolong kah puasanya?
Semoga kita semua mendapatkan berkah yang luar biasa di ramadhan tahun ini🤲








Thanks for reading~
See you in next chapter~
Bye bye~

Grown UpTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang