chap 2

18 3 0
                                    

Keesokan harinya, ada informasi yang mengejutkan yang membuat mereka semua cemas. Mereka di tugaskan untuk pemotretan diri di tempat yang sangat tidak layak tetapi memiliki pemandangan yang indah.

Mereka yang ditugaskan memotret diri mereka untuk mempromosikan suatu barang bermerek. Mulai dari gaun, tas, dan lain-lain.

Tetapi kali ini temanya berbau antik, jadi mereka harus pergi ke tempat tersebut. Salah satu tempat antik yang indah adalah di desa di dekat daerah Fukushima Daiichi, daerah yang berisi radiasi yang sangat tinggi.

Mereka sangat khawatir jika itu membahayakan nyawa mereka, tetapi mereka dipaksa dan diancam. Awalnya mereka tetap tidak mau walau diancam atau dipaksa, karena itu akan membahayakan nyawa mereka.

Pada akhirnya mereka mau karena mereka telah ditipu oleh salah satu asisten jika desa itu tidak bermasalah, dan tingkat radiasi disana tidak tinggi.

"Kenapa ya kita harus diginiin? Gue takut banget kalo ada kejadian apa pun itu." Nao mengeluh dan merasa khawatir.

*Semua terdiam, tanpa respon dengan keluhan Nao*

Nao mengambil handphone untuk mencari fakta tentang desa yang tidak bernama itu, ternyata tidak ada informasi atapun fakta apapun tentang desa berbahaya itu.

Keesokan harinya, di sore hari mereka pergi menuju desa tersebut. Nao menangis di perjalanan karena merasa gelisah. Sebenarnya Miku juga merasa sangat khawatir kepada nyawanya sendiri, tetapi Miku tidak menangis.

"Santai aja kali Nao, aman kok ini semua!" ucap polos Hina.

Setelah Nao mendengar itu, dia merasa kesal dan Nao langsung mengusap air matanya.

"Aman?! Gila lu! Ini daerah ber-radiasi, banyakin belajar mangkanya!" Nao kesal kepada Hina karena Hina langsung percaya dengan salah satu asisten yang bekerja di tempat barang bermerek itu, yang tidak tahu apa-apa tentang desa tersebut.

Hina hanya diam karena jika ia merespon Nao akan semakin kesal dan akan menjadi masalah besar.

*Mereka pun menaiki mobil bersama-sama dan pergi menuju ke desa tersebut*

--------------------------

Mereka sudah sampai di tujuan, yaitu desa tanpa nama yang berbahaya. Sopir yang mengantar, merasa khawatir kepada nyawa mereka. Sampai-sampai waktu mereka ingin turun dari mobil, sang sopir memberi satu pisau lipat yang tajam kepada Miku.

"Hah? Kenapa kasih pisau pak tiba-tiba?" tanya Miku dengan terheran-heran.

"Gapapa, buat jaga-jaga" jawab sang sopir.

"Gausah pak, makasih" ucap Miku dengan bingung.

"Ambil." ucap sang sopir dengan nada yang datar dan serius.

*Miku mengambil pisau itu sambil melihat wajah sang sopir yang tampak cemas*

"B-baik pak, makasih banyak pak."

Akhirnya mereka semua memasuki desa itu dan Akari merasa kagum kepada keindahan desa itu, tetapi dia juga merasa khawatir akan nyawanya dan nyawa teman-temannya.

Nao merasa bingung mengapa gerbang desa tanpa nama ini terbuka lebar padahal ada peringatan kalau desa ini tidak boleh di huni siapapun dan tidak layak untuk menjadi tempat wisata.

*Mereka langsung melakukan pemotretan*

Setelah mereka melakukan sesi pemotretan yang melelahkan mereka beristirahat sebentar. Nao berkeliling di daerah situ dan menemukan hewan yang sangat aneh. Hewan itu mirip katak tetapi mempunyai sayap burung. Nao berpikir itu adalah mutasi yang disebabkan oleh radiasi yang sangat tinggi. Nao langsung memanggil Miku untuk memotret hewan aneh itu.

MutationTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang