chap 5

8 1 0
                                    

"Gapapa ya sayang?" ucap Nao.

"GAPAPA APANYA?!" Miku tetap menangis dan ia memukul Nao.

Nao tetap sabar dan bersikap dewasa karena marah itu bukan solusi masalah, marah itu adalah pembesar masalah baginya.

*Nao menahan tangan Miku yang memukul-mukulinya*

"Gimana? Masih kesel? Kalo iya, kita omongin baik-baik, bukan marah-marah ataupun mukul-mukul sayang. Aku tau kok kamu merasa kehilangan." ucap Nao sambil mencium kening Miku.

Nao mengajak Miku untuk bangkit, perlahan-lahan Miku menerimanya dan mereka berdua akhirnya balik ke tempat Benjiro. Saat sudah sampai ke tempat Benjiro mereka sangat ketakutan, karena sang penyihir itu di depan pintu sambil menyeret tubuh Hina dengan keadaan sudah tidak berdaya.

*Nao menarik tangan Miku dan bersembunyi di semak-semak*

"Sayang, jangan buat suara keras sedikitpun!" Nao berbisik.

*Hina... maafin gue, gue gagal...* ucap Miku di dalam hati sambil mengeluarkan air mata.

"Kamado Benjiro, BUKA PINTUNYA!! AGHHH!!" marah sang penyihir.

*DUK! DUK! DUK!*

"Saya hanya ingin memberitahu, bahwa perempuan cantik ini akan saya jadikan budak!" ucap sang penyihir sambil mengangkat tubuh Hina dan menunjukannya ke jendela.

Semua sangat terkejut dan sangat miris melihat Hina. Mulut dan hidungnya bersimbah darah, perutnya telah robek karena ditusuk berkali-kali oleh sang penyihir.

Miku melihat Hina keadaannya sudah sangat kritis itu langsung menangis dan menutup mulutnya agar tidak mengeluarkan suara sedikitpun. Begitu juga yang ada didalam rumah, mereka semua menahan diri untuk tidak menangis.

Sang penyihir itu pergi dari rumah itu, dan pergi ke arah Nao dan Miku mengumpat. Nao dan Miku mulai panik dan menegang.

"Semak-semak?" ucap sang penyihir sambil berjalan mendekat.

*Setelah itu, sang penyihir melemparkan jasad Hina ke semak-semak*

"Saya taruh di semak-semak dulu, nanti saya ambil lagi deh." ucap penyihir itu.

*Sang penyihir melemparkan jasad Hina ke semak-semak*

"Hina? Masih hidup lu?" tanya Miku dengan panik dan sedih.

"M-masih, t-tapi gua udah gak kuat Mik! Ma-maafin gua, k-kalo gua ada salah sama lu! D-dan gu-gua minta maaf ke Benjiro dan se-semua temen-temen..." jawab Hina sambil terengah-engah dan mengeluarkan banyak darah dari mulutnya.

"Hina..." ucap Miku sambil terisak-isak.

"M-maaf Miku, udah ngeyel tadi. Gua punya gangguan mental Mik... semua ucapan gua yang tadi, gua tarik lagi... gua gak ada bermaksud melecehkan Benjiro. Gua cuman bercanda, ka-karena gua pengen bercandain k-kalo dia gak ada rambut sedikitpun... itupun g-gua pengen buat temen-temen gua ketawa, nyatanya gua malah di ta-tampar. Gua ki-kira mereka udah paham sama bercandaan gua. Gua bercanda memang mengarah ke 18+, tapi gak ada maksud bu-buat ngelecehin!" ucap Hina masih mengeluarkan darah dari mulutnya.

"Hina, gua paham kok. Kalo lu udah bener-bener gak kuat, tutup mata lu dan doa didalam hati minta kedamaian sama dewa, dewi..." ujar Nao sambil membelai pipi Hina.

"Hina... Hinaa..." Miku masih tidak mengikhlaskan.

"M-makasih Miku, Nao. Gua harus pergi" kalimat terakhir Hina kemudian setelah 1 menit, Hina sudah tak sadarkan diri dan akhirnya nadi Hina sudah berhenti alias sudah tidak bernyawa lagi.

Miku dan Nao menangis secara perlahan agar penyihir tidak mengetahui adanya mereka di dalam semak-semak. Padahal didalam mereka sudah sangat sakit hati dan merasa sangat frustasi.

Miku mengeluarkan kameranya dan memfoto jasad temannya, setelah itu Miku mengangkat tubuh Hina memeluknya karena itu adalah pelukan pertama dan terakhir mereka.

"Hina, bahagia ya di alam sana..." ucap Nao sambil terisak-isak.

"Hina, maafin gua, gua gagal selamatin lu. Bahagia di alam sana..." ucap Miku.

"Ayok kabur, keburu dateng penyihirnya!" ajak Nao.

*Nao menarik tangan Miku dan berlari ke rumah kecil Benjiro*

*Tok! Tok! Tok!*

"Ini gua sama Miku, boleh buka?" ucap Nao.

*Benjiro membuka pintu dan mereka berdua masuk*

"Syukurlah kalian selamat, itu mereka semua nangis gara-gara liat Hina yang kondisinya bener-bener naas" ucap Benjiro.

"Gua liatnya di jarak deket, soalnya tadi dia lempar mayat Hina ke semak-semak dan kebetulan kita lagi ada di semak-semak itu buat ngumpet. Gua udah foto mayatnya. Rasanya sedih banget liat temen yang udah gak bernyawa lagi." ujar Miku.

"Maaf kalo aku tanya begini, apa dia punya gangguan mental?" tanya Benjiro.

"Iya... dia punya Borderline Personality Disorder! Dia pernah bilang ke aku begitu, abis dia check ke psikologi" tiba-tiba Tomita menjawab.

"Ya, aku udah paham sebenarnya kalau dia punya BPD..." ucap Benjiro.

"Nah, kalo lu ngerti kenapa lu begitu?" Miku kesal.

"Awalnya aku udah peringatin dia, setelah aku sadar dia punya BPD, aku langsung mundur dan gak usik dia lagi, karena orang yang punya BPD gabakal bisa di kasih tau sampai dia tenang" ujar Benjiro.

"Halah, bisa tahan badan dia kan? Lu ilmuwan tapi minus otaknya dalam hal beginian. Oh... apa lu takut dipukul sama dia? Ha?! Cowo kok cupu? Katanya gender cowok dikenal sebagai yang terkuat di bumi, mana? Hina gak ada bermaksud buat lecehin elu Benji... GAK ADA!! DIA CUMAN BERCANDAIN SOAL LU KAGAK ADA RAMBUT, KARENA DIA PENGEN HIBUR SEMUA TEMENNYA ADA DISITU!! Biasa dia bercanda 18+ gak ada niatan ngelecehin... gak ada kan dia bilang 'kontolnya gede kayaknya' GAK ADA KAN??!! KONOKA CUMA NGELEBIH-LEBIHIN TAU GAK??!!" ucap Miku sambil mengancam Benjiro menggunakan tangan kosong.

"MAKSUD LO APA BRENGSEK??!!" Matsuda terbawa emosi.

"LAH??! EMANG BENER KOK! SEMUA SALAH ELU!" Miku marah.

"ANJING LO!! SOK TAU!!" teriak Matsuda sambil mengancam untuk memukul Miku dengan tangan kosong.

"APA??! MAU MUKUL?? GUA TAU DARI HINANYA LANGSUNG!" teriak Miku.

"MANA ADA DIA UDAH MATI GOBLOK-" teriak Matsuda dan ia sudah mengayunkan pukulan untuk Miku.

*Dengan segera Nao melindungi Miku dari pukulan Matsuda,sehingga Nao terpukul oleh Matsuda*

"CUKUUPP!!" teriak Nao.

Benjiro tidak merespon ataupun ikut campur dengan perkelahian mereka. Benjiro menutup pintu utama, tanpa perkataan sedikitpun ia balik ke ruang bawah tanah dan Benjiro mengkunci ruang bawah tanahnya.

Miku jatuh ke lantai dan menangis, dengan perasaan yang tidak ikhlas atas kepergian temannya. Nao mengelus punggung Miku dan mencium kening Miku. Sedangkan Benjiro yang sedang di ruang bawah tanah, Benjiro menangis diam-diam disitu. Karena Hina adalah salah satu idola yang ia sukai, dari awal mereka debut.

Benjiro memukul-mukul dinding yang ada disitu, dia merasa bersalah juga karena telat menyelamatkan nyawa Hina, dia memikirkan semua ini terjadi karena kebodohannya dan kelalaiannya sendiri.

------------------------------------------------------------

TRIMSS❗️<33
(kalau mau part selanjutnya janlup di votee yaa guys biar aku makin semangattt!! love you alll >< kalau mungkin ada kesalahan kayak typo, komen ajaa biar aku benerinn!)

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 13 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

MutationTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang