Rin maafkan aku

159 14 2
                                    

Sanzu terbangun dari pingsannya dia masih tidak bisa mencerna apa yang baru saja terjadi. Tapi yang jelas samar-samar dia melihat seseorang yang tidak asing sedang menatapnya dengan sinis.

"Sadar juga kau, hampir saja ku kubur! Karena ku pikir sudah jadi mayat." Ucap Ran dengan sinis.

Merasa nyawanya belum terkumpul semuanya Sanzu memicingkan matanya, berharap ini hanya halusinasi saja.

"Sayang itu kau."

Dengan cepat Sanzu berdiri tapi tunggu ada sesuatu yang menahannya.

"Ran apa maksud semua ini?"

Ran tidak menjawab dia hanya tersenyum tipis, lalu menyalakan sebuah televisi. Yang menonton kan tiga sahabat Sanzu yang sedang disekap.

"Kita anggap ini hanya permulaan."

Tak bisa membaca keadaan Sanzu belum bisa mencerna situasi.

"Ran sayang apa yang kau maksud dengan permulaan."

Ran enggan menjawab dia hanya tersenyum tipis lalu menyayat pipi Sanzu hingga turun ke leher dan berakhir ke dada.

"Hakkss.... Aakkhh."

Shock bukan main sanzu tidak menyangka pisau yang di bawa Ran benar-benar tajam.

"Sekarang kau faham situasinya."

Darah mulai mengalir dengan deras, seakan tidak punya rasa berasa Ran hanya menatapnya dengan cemberut.

Sedang Sanzu kini mulai menangis kesakitan, untuk sekian kalinya baru kali ini dia merasakan luka hingga berdarah. Selama hidupnya Sanzu belum pernah terluka sampai berdarah, dan kini dia merasakannya.

Rasanya benar-benar sakit, perih tak tertahan.

"Hiks hiks hiks Ran perih Ran hiks."

Ran terus manyun dan mengejek, tak lama dia membawa kapas lalu mulai membersihkan luka itu.

"Kau pikir luka ini menyakitkan, kau tau apa yang menyakitkan."

Suara Ran berubah, Suara yang awalnya lembut kini menjadi baroto.

"Aku mohon hentikan."

"Apa kau sadar sedang bicara dengan siapa?"

"Hiks aku mohon hentikan!"

Brug...

Tanpa sadar Ran membogem Sanzu, Ran sangat marah enak aja dia bilang hentikan. Apa dulu dia pernah berfikir untuk berhenti merundung adiknya? Bahkan sampai adiknya wafat Sanzu tidak ada rasa penyesalan sama sekali, dan sekarang dia minta hentikan maaf tapi itu berlaku.

Yang Ran Inginkan Sanzu hidup dalam kematian, ya Ran berharap walau Sanzu masih hidup tapi jiwanya sudah mati.

"Apa kau dulu berhenti saat membully ku, atau berfikir untuk menghentikannya, jangan munafik."

"Aaahhhkkk....." Pecik Sanzu.

Ran dengan agresif menusuk pisau di lengan kanan Sanzu, memang tidak dalam tapi dia gila. Siapapun pasti akan berteriak kesakitan saat seseorang dengan gila maju mundur pisau di lengannya.

"Hiks aku mohon hentikan."

Karena terlalu panik Sanzu tiba-tiba pingsan, Ran di buat kesal. Dia merasa kecewa Ran terlalu berekspresi tinggi dia pikir Sanzu akan melawan ataupun bertahan cukup lama, bukan beberapa detik sudah pingsan.

Lagi pula seharusnya seorang pembully itu kuat kan, ini apa pembully di bully kok pingsan? Dasar lemah.

Tapi Ran sadar percuma menyiksa orang yang tidak sadarkan diri. Dengan berat hati dia mulai mengobati Sanzu.

Who Are YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang