Terlihat ketiga sahabat Sanzu sedang kebingungan mereka terus menggedor pintu tapi nihil pintu tetap terkunci. Dan sialnya mereka tidak di beri makan atau minum sejak tadi siang, padahal kondisi mereka masih sakit karena inside kebakaran.
"Siapapun tolong kami."
Tak salang lama pintu terbuka, terlihat seseorang yang tidak asing bagi mereka.
"Rindou sialan kau, berani sekali kau apa tidak takut dengan kami? Ingat kami punya video saat kau kami lucuti." Ucap salah satu dari tiga sahabat Sanzu.
Untuk Ran sendiri dia tidak ambil pusing, Ran cukup diam sambil menunjukkan video Sanzu yang mulai terluka akibat tetesan lilin.
"Kau bedebah Rindou." Kalian ini teman Sanzu satunya mulai angkat bicara.
"Akan aku buat kau ingin mati lagi, akan aku buat kau benar-benar bun..."
DOR...
Ran yang emang tidak punya kesabaran langsung menembak orang yang berani mengatakan kata mati untuk adiknya.
"Bang..." Sambil menyesap rokok Ran menatap mereka bertiga dengan angkuh, lagian siapa yang perduli dengan video itu. Ran sendiri sudah menghapus bersama sekolah itu hangus, jadi semua yang membuat adiknya menangis harus lenyap tak perduli itu aset negara.
"Aku punya tiga senjata salah satunya pistol ini."
Sambil memutar-mutar pistol Ran melirik ketiga orang yang berani membuat Rindou bunuh diri, dia bisa sih membunuh mereka langsung. Tapi mengingat kelakuan mereka ke sang adik, hingga membuat adiknya mati mengenaskan Ran ingin mereka merasakan jauh lebih sakit.
"Sebenarnya aku sudah menyiapkan dua peluru tapi sudah hilang satu, ya sudahlah."
Ran tidak ingin bertele-tele dia ingin membuat adiknya bisa tersenyum di alam sana, setidaknya itu yang Ran bisa.
"Kau pikir kami takut dengan mu culun aku tidak perduli akan aku bunuh kau."
Kali ini Ran menunjukkan video hitungan mundur sebuah bom, yang tentunya bomnya berada di salah satu ruangan.
Ran benar-benar tidak mau menjelaskan dengan detail karena dia ingin menikmati dengan lebih lama.
"Akan aku buat satu dari tiga hidup sisanya akan menyusul diriku yang sudah mati."
"Apa maksud mu sialan?"
"Ada tiga senjata pisau, banton dan juga pistol."
Sambil menyeringai Ran menatap mereka semua.
"Sudah aku bilang dari salah satu di sini hanya ada satu yang selamat."
"Kau pikir aku sudi membunuh temanku."
"Kau yakin apa mereka sepemikiran denganmu, ingat cepat tau lambat bom di rumah ini akan meledak, kau hanya perlu memilih selamat tapi saling membunuh atau mati terbakar sebagai sahabat."
Tak selang lama Ran mulai pergi, tentu perkataan Ran sukses membuat mereka bertiga mulai berekspresi.
Ya kata kata Ran mampu membuat mereka menunjukkan jati diri masing masing.
"Aku tidak ingin mati."
Seseorang langsung mengambil pistol yang di tinggal Ran, sedangkan sisanya lari berpencar.
Mereka yang belum punya senja dengan cemas mencari keberadaan senjata yang Ran maksud.
"Sialan sialan."
Sambil terus berlari dia terus menatap kiri kanan siapa tau ada senjata atau dua orang sialan yang mau membunuhnya.
"KALIAN BERDUA KELUAR AKU TIDAK INGIN MATI."
KAMU SEDANG MEMBACA
Who Are You
De TodoDipisahkan oleh keadaan dan berakhir dengan takdir, Ran tidak bisa menganggap ini hanya kecelakaan, semua tidak akan terjadi jika dia selalu bersama adiknya. hidup untuk berputar putar, hidup untuk balas dendam dan hidup untuk menjadi orang lain. it...