2. Janet Bercerita

26 4 0
                                    

"Lo pulang karena susah aja kak!." Hardik Dhory, remaja kelas 1 SMP itu merupakan satu-satunya saudara Janet.

Janitra Dhory, saudara laki-laki yang terpaut 14 tahun dari Janet. Berita kehamilan kedua Mama muncul saat Janet masih duduk di kelas 3 SMP. Awalnya Janet tidak terima, pasalnya ia sudah terlanjur senang menjadi anak tunggal. Melihat perut Mama yang kian membesar, Janet merasa cemburu dan ia kabur selama dua minggu ke rumah neneknya.

Rumah nenek hanya berjarak 5 rumah dari rumah mereka. Nenek saat itu sedang menggoreng kemplang terkejut melihat Janet membawa koper barbie-nya. Mama dan Papa membujuk Janet agar pulang ke rumah. Janet memberi syarat, ia akan pulang jika Papa membelikan iPhone 5. Padahal, ia sendiri sudah punya smartphone Nokia Lumia 920.

"Sudah-sudah, biarin Kakakmu istirahat dulu." Ujar Papa .

"Ga bisa Pa! Kak Janet harus ditegasin. Dia bukan anak seumuran Dhory lagi, Kak Janet aja ga pernah peduli sama kita! Kenapa dia pulang? Kemarin dia juga ngebentak Mama di telepon, Kak Janet gabisa seenaknya aja Pa!."
Sembur Dhory yang sudah muak dengan kelakuan kakaknya itu.

Papa menghela nafas, ia bingung harus memihak siapa. Tidak ada yang salah apa yang dikatakan Dhory. Tapi di sisi lain juga ada Janet yang harus istirahat.


***


Janet memasuki kamarnya, tidak ada yang berubah. Semuanya masih tersusun sama seperti terakhir ia meninggalkan rumah ini.

Diam. 

Janet duduk di ujung ranjangnya tak tega merusak kerapian yang sudah disusun oleh mama selama ia merantau. Terbesit rasa menyesal sekaligus kecewa di hatinya.

Apa ni karmaku karena menjawab mama kemarin? 

Ditatapnya langit-langit kamar, semua bayangan masa lalu besama Mama, Papa, dan Dhory yang menyenangkan. Janet merindukan semua kenangan itu, dimana ia hanya sibuk dengan kesenangannya sendiri tanpa memikirkan orang lain.

Klik

Pintu kamar Janet terbuka dan munculah Dhory "Kak, Kalo sudah istirahat dipanggil Mama Ke tengah."

Dhory meninggalkan kamar Janet tanpa menutup pintu kembali. 

Huft, kebiasaan saudara laki-laki.


***

Janet menuruti apa yang disampaikan oleh adiknya tadi. Di ruang tengah sudah ada Papa yang sedang menonton tv dan Mama di sampingnya. Sedangkan Dhory yang entah udah kemana tak terlihat batang hidungnya.

Melihat Janet yang sudah menghampiri, mereka langsung menghentikan kegiatan nonton tv dan hanya fokus kepada Janet.

"Papa liat kayanya kakak bakal lama di sini." Papa memulai pembicaraan dan mulai diangguki oleh Mama.

Nada bicara Papa terdengar santai, namun dingin sehingga janet hanya mampu menelan ludahnya sendiri. Banyak sekali yang ingin disampaikan oleh Janet. Namun, Tenggorokannya terasa tercekat dan Janet hanya bisa menceloskan setetes air mata.

Melihat itu Mama Langsung membuka suara "Kamu kenapa nak? Ada masalah? Boleh Mama dan Papa dengar ceritamu?."

Janet masih tertunduk seperti sedang menghitung seluruh kotak ubin. Hingga akhirnya kalimat pertama yang Janet ucapkan adalah "Maafin kakak, Ma, Pa."

"Kakak minta maaf, bener kata Dhory." Maaf lagi yang keluar diiringi dengan isakan tangis yang kecil.

Perlahan Janet menceritakan semuanya meskipun diikuti tangis yang juga dikeluarkan oleh Mama. Dan terakhir yang Janet katakan adalah "Ma, Pa, sekali lagi kakak minta maaf buat beberapa bulan ke depan kakak bakal jadi beban kalian untuk sementara waktu."

Papa bergeser merengkuh tubuh mungil putrinya "Engga ada istilah kamu beban Papa nak, kamu anak Papa..."

"Bener kata Papa nak,  sekarang bukanlah akhir buat kamu." 

"Tuhan memberi kamu jeda untuk apa yang ingin kamu capai, gunain waktu sekarang sebagai waktu istirahat, Mama dan Papa engga akan masalahi itu kok." Lanjut Mama sembari mengelus pucuk rambut Janet.



-tbc

Walk You Home (re-publish)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang