1. Cantika

31 3 2
                                    

Klek.

Pintu ruang kepala sekolah terbuka. Gadis mungil dengan seragam sekolah rapi keluar dari sana. Menutup pintu dan berjalan dengan gontai sambil menunduk. Rambut cokelat sebahunya dibiarkan tergerai. Mata hazelnya terus memerhatikan lantai. Di telinganya terus terngiang ucapan kepala sekolah tentang beasiswanya dan juga beasiswa kakaknya di salah satu SMU swasta Jakarta.

Cantika Aprillya Renata, orang-orang mengenalnya dengan nama Cantika. Gadis keturunan Indonesia-Belanda itu tampak murung setelah tiga tahun lalu ayahnya bangkrut dan meninggal. Kini ia dan kakaknya, Kevin Nicholas bersekolah dengan beasiswa di sekolah itu. Cantika begitu rajinnya bertekat untuk mengubah nasib keluarganya. Ibunya kini hanyalah seorang penjual bakso keliling sedangkan adiknya Jasmine Tania Renata masih duduk di bangku kelas lima sekolah dasar.

Kevin benar-benar memiliki reputasi buruk di sekolah hingga pihak sekolah mengancam untuk mencabut beasiswa Cantika dan Kevin. Dengan bersusah payah, Cantika akhirnya berhasil bernegosiasi dengan kepala sekolah. Cantika dan Kevin bisa tetap bersekolah di sana asalkan Cantika bisa mengubah watak dari seorang pemalas di sekolah. Dia, Fattan Aliditia Assegaf yang sama sekali tak Cantika tahu rupanya seperti apa.

Bugh.

"Awsh, sorry, sorry gue nggak sengaja." Cantika meminta maaf saat tanpa sengaja menabrak seseorang hingga mereka terjatuh.

Cantika mendongak saat orang yang ia tabrak mengulurkan tangan ke arahnya. Cantika menyambut uluran tangan itu dan berdiri tegak di depan seorang cowok dengan penampilan acak-acakan. Baju sebelah kanan masuk ke dalam celana, sebelah kiri dibiarkan terjuntai. Tas selempang yang ia sandang sembarang. Rambut agak gondrong acak-acakan. Sepatu dengan tali yang tidak sinkron. Aih, bahkan Cantika yang seorang kidal pun bisa menalikan sepatu dengan baik, tapi cowok di depannya? Jauh dari kata baik.

"Lain kali hati-hati, manis." Cowok itu mengedipkan sebelah matanya ke arah Cantika sebelum ia pergi dan membuat Cantika bergidik dengan tingkah cowok itu.

"Kenapa lo Ka, bergidik gitu?" tanya Nadine, sahabat Cantika.

"Eh nggak, gue nggak pa-pa Nad. Eh iya Nad, lo liat Abang gue nggak?"

"Nggak Ka, seharian ini gue belum lihat abang lo. Lo lihat James?"

"Aih Nad, James kutu kupret biasanya jalan sama Abang gue udah kaya koyo mereka nempel mulu."

"Hush, kalau James koyo, ya nempelnya ke gue bukan ke Abang lo."

"Whatever, gue mau cari abang gue dulu bye Nad!"

"Gue juga mau cari pacar gue dulu. Kalau lo nemu kabarin gue Ka." Nadine beeteriak pada Cantika yang sudah menjauh dan dijawab dengan acungan jempol oleh Cantika sebagai jawaban; ya.

***

Suasana sekolah saat ini bisa dibilang sepi. Seorang cowok dengan gaya yang berantakan dari ujung kaki sampai ujung kepala berjalan dengan santainya menyusuri lorong sekolah. Ia bahkan tak perduli jika harus berurusan dengan guru BK.

"Woi Fattan! Lo ngapain ke sini?" tanya salah seorang dari gerombolan empat orang cowok.

"Gue? Ya mau sekolah lah masak mau nyangkul." Sewot cowok yang dipanggil Fattan itu.

"Mendingan lo ke toilet cuci muka dan liat pake bibir lo sekarang jam berapa?" timpal yang lain.

"Sekarang jam dua belas siang hehe." Fattan menjawab cengengesan diiringi gelengan teman-temannya.

"Fattan dari mana kamu?" tanya sebuah suara bariton yang terkesan mengintimidasi dari balik tubuhnya.

Siapa lagi kalau bukan Pak Edwin, guru BK yang sangat ganas di sekolah. Fattan menoleh dan menatap Pak Edwin dengan jenaka, tanpa rasa bersalah.

"Saya dari belakang pak." jawab Fattan membuat yang lain terbahak.

"Diam!" sentak Pak Edwin membuat mereka semua bungkam. "Kamu tahu peraturan di sekolah ini?"

"Tahu pak."

"Kenapa kamu melanggar peraturan? Sudah yang ke berapa kali ini kamu melanggar aturan? Fattan Aliditia Assegaf!" Pak Edwin mulai gemas dengan murid nakal yang satu itu.

"Nah karena itu pak. Sekolah ini punya aturan dan menurut saya peraturan itu ada untuk dilanggar bukan ditaati, karena kalau peraturan itu ada untuk ditaati untuk apa ada hukuman? Nggak guna dong pak? Kalau saya nggak buat masalah guru BK kaya bapak nggak ada kerjaan dong? Makan gaji buta dong? Saya kan sekolah di sini bayar pak, jadi ya suka-suka saya orang saya nggak minta makan sama bapak ini. Permisi pak!" ujar Fattan panjang lebar yang cukup membuat Pak Edwin melongo tidak percaya dengan pernyataan si pemalas Fattan.

Fattan dan keempat temannya kini berjalan menuju gedung belakang sekolah yang lama tak terpakai. Mereka berlima bukan siswa sembarangan. Yups, mereka adalah The Alfa, sebuah geng yang terbiasa menangani permasalahan luar sekolah jika ada sekolah lain yang ingin menyerang, mengingat pada masa sekarang sedang marak-maraknya tawuran antar pelajar. The Alfa; lima cowok tampan yang membuat setiap cewek bertekuk lutut.

Kevin Nicholas, lebih dikenal dengan nama Kevin. Dia paling tinggi diantara semuanya. Wajah tampan dengan hidung runcung setara trisula dewa Zeus dengan mata teduhnya, menggoda siapa pun yang melihatnya. Aldric Mahendra, biasa dipanggil Al. Berbadan kokoh dan bertubuh tinggi walau tak setinggi Kevin. Wajah rupawan dengan mata hazel yang menatap dengan teduh membuatnya begitu digilai banyak perempuan.

James Alfredo, biasa dipanggil James. Dia adalah pacar Nadine yang baru saja pindah sekolah. Di sekolah James yang dulu akan sangat dibenci jika menjalin cinta dengan anak murid sekolah lain, karena James begitu mencintai Nadine akhirnya ia memutuskan pindah sekolah dan bertemu dengan The Alfa. James adalah seorang keturunan Filipina-Australia dengan pancaran mata yang indah.

Marthin Farez, biasa dipanggil Marthin. Keturunan Indonesia-Arab dan sekarang hidup sebatang kara. Hanya  The Alfa yang Marthin punya setelah kedua orang tua dan kakaknya meninggal dalam kecelakaan pesawat beberapa tahun silam. Terakhir si pemalas, Fattan Aliditia Assegaf. Keturunan Indonesia-Arab yang selalu datang ke sekolah jam dua belas siang. Benci di atur dan segala macam tentang aturan. Bosan pelajaran sekolah. Hanya tertarik pada blogging, programming, dan hal-hal tentang IT.

"James gimana lo sama Nadine?" tanya Kevin.

"Gue sama Nadine? Baik kok."

"Oke kalau gitu mendingan sekarang lo ngomong deh sama Nadine soalnya nanti sore itu pertaruhan hidup dan mati kita, demi pacar lo itu James."

"Oke Thin, ntar gue ngomong ke Nadine."

"Kalian ke mana ntar? Masa gue nggak ikut?" Fattan berucap sebal.

"Hei jagoan, lo itu sengaja nggak kita ikutin setiap kita tempur. Identitas lo kita bikin undercover, musuh-musuh kita nggak tahu kalau ada lo. Mereka taunya cuma kita berempat aja. Ada masanya lo akan keluar sebagai iblis paling berbahaya buat mereka semua, tapi nggak sekarang."

"Ah oke I know, Al. Yang penting sekarang gue mau ke kantin, laper." Fattan segera berjalan menuju kantin diikuti oleh yang lain.

"Bang Kevin."

Mereka berlima berhenti dan menoleh saat mendengar suara cempreng itu. Dari kejauhan Cantika berlari ke arah Kevin dan memeluknya erat seakan sedang ketakutan. Kevin yang mengerti maksud Cantika langsung memberi kode pada yang lain agar menjauh. Anggota The Alfa yang lain pun menjauh, dalam The Alfa tidak ada kata ketua geng atau apapun yang mereka tahu, mereka itu sahabat.

Black EagleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang