Cantika berjalan sendirian di taman belakang sekolah. Meski demi keamanan, tapi ia sedang malas melihat wajah tampan Fattan yang selalu berhasil mengacaukan dunianya. Ia duduk di tempat di mana tadi Fattan merebahkan tubuhnya, di bawah sebuah pohon yang rindang.
"Bahkan bekas lo tiduran aja bikin jantung gue berdegup liar." Cantika bergumam merasakan seolah-olah Fattan ada di sana.
"Hai cantik!" sapa dua orang cowok berseragam sekolah yang berbeda dengan Cantika, mungkin itu anak sekolah sebelah.
Cantika berdiri ketakutan dan menatap dua cowok itu yang menatapnya seperti singa kelaparan. Iya kalau wajah dua cowok itu lebih tampan dari anggota the Alfa, mungkin bisa jadi obat cuci mata buat Cantika, tapi ini boro-boro ganteng, Cantika sufah ilfeel duluan dengan penampilan mereka yang lebih berantakkan dari Fattan. Bahkan Cantika meragukan kalau mereka berdua mandi setiap hari.
"Ikut kita yuk manis, kita senang-senang. Hahaha." Salah satu di antara mereka tertawa pongah dan langsung menggenggam lengan Cantika dengan kasar. Seorang lagi membekap mulut Cantika yang terus meronta minta dilepaskan.
Bugh. Bugh.
Dua orang cowok itu terjungkal setelah mendapat serangan tak terduga. Fattan, dia datang tepat pada waktunya. Cantika masih berdiri kaku. Ia ketakutan dan Fattan langsung menariknya ke belakang tubuh. Suasana sekolah sangat tidak aman saat ini dan Cantika tidak boleh berada jauh darinya. Ia sudah berjanji pada Kevin untuk menjaga adik manisnya dari bahaya apa pun selama ia tidak di sisi gadis mungil itu.
Dua cowok itu bangkit dan meludah sembarangan. Mereka meragukan kemampuan berkelahi Fattan jika melihat dari wajahnya yang putih bersih. Dua cowok itu menyerang Fattan dengan membabi buta hingga terkadang Cantika berteriak histeris, tapi Fattan tak hilang akal. Dengan segenap hati ia berjanji pada Kevin untuk menjaga Cantika, jangankan wajah yang terancam babak belur bahkan nyawa sekalipun akan ia serahkan, untuk Cantika; hatinya.
Dua cowok itu salah perkiraan, Fattan lebih cekatan dari kelihatannya. Tak satupun pukulan mereka mengenai Fattan, tapi pukulan Fattan bertubi-tubi mengenai mereka. Wajah mereka semakin hancur karena pukulan Fattan. Fattan kemudian memelintir tangan mereka berdua hingga terdengar suara retakan di sana membuat Cantika menutup rapat kedua matanya, ada rasa ngilu yang mendera hatinya. Kevin benar, Fattan lebih menyeramkan daripada retenir yang biasa menagih hutang ke rumahnya. Fattan kemudian menendang kedua cowok itu hingga mereka jatuh tersungkur dalam keadaan kesakitan dan sepertinya tangan mereka retak.
Tanpa diduga semakin banyak anak sekolah sebelah yang masuk ke sekolah mereka. Fattan langsung menggandeng tangan Cantika dan mengajaknya berlari menyusuri lorong sekolah yang juga dipadati banyak orang. Tak banyak yang bisa Cantika ucapkan. Ini pertama kali seumur hidup ia berada di tengah-tengah tawuran. Fattan dengan segala cara menembus orang-orang yang sibuk menyelamatkan diri ataupun bertaruh nyawa dan berkelahi dengan anak sekolah sebelah. Mudah bagi Fattan untuk melawan mereka, tapi keselamatan Cantika lebih penting. Entah, tapi demi Cantika ia rela jadi pecundang dan tak ikut bertaruh nyawa dengan Kevin dan yang lainnya.
Fattan dan Cantika kini terengah berdiri di depan pagar samping sekolah yang lumayan tinggi. Suasana di sekolah makin kacau dan tak ada waktu lagi sekarang selain melompat pagar samping sekolah yang tak pernah dibuka oleh penjaga entah sudah berapa abad lamanya.
"Nggak ada waktu cepetan naik!" Fattan berjongkok dan mempersilakan Cantika untuk naik ke punggungnya agar bisa melompat pagar. "Cepetan Ka, kita nggak punya banyak waktu!' Fattan menaikkan nada bicaranya yang mengembalikan kesadaran Cantika dari kemungkinan-kemungkinan buruk yang terskenario di otaknya.
Tanpa banyak kata lagi akhirnya Cantika memanjat pagar dengan kaki yang menumpu pada bahu Fattan.
"Diem disitu jangan bergerak!" Fattan memberi perintah mutlak, karena ia tahu pagar itu cukup tinggi, ia takut juga membayangkan Cantika jatuh dari sana.
Fattan menoleh dan mendapati anak-anak sekolah sebelah semakin dekat ke pagar. Segera saja Fattan naik ke atas pagar dan melompat keluar, sementara Cantika masih gemetaran di atas pagar.
"Cepet lompat!" Fattan kembali memberi instruksi, ia akan menangkap tubuh mungil itu untuk menjamin keselamatannya.
"Tap... Tapi..."
"Lo mau lompat atau mati di tangan mereka?" Fattan mulai tak sabar dan itu juga yang sukses membuat Cantika melompat dengan mata tertutup.
Hup.
Cantika menindih tubuh Fattan saat ia mendarat, karena jujur ini pertama kali seumur hidup Cantika melompat dari atas pagar setinggi itu. Mata mereka kembali saling memaku, Fattan itu malaikat, ya dia malaikat yang berkamuflase menjadi iblis tengil. Hari ini entah sudah berapa kali Fattan menyelamatkan nyawanya.
"Are you okay baby marshmallow?" Pertanyaan Fattan membuat Cantika tersadar dari aktivitasnya mengamati wajah Fattan.
"Eh iya gue nggak papa."
"Itu dia mereka di sana!"
"Sial!" Fattan mengumpat kasar saat mendengar gaduh suara yang mendekat ke arah mereka.
Tanpa basa-basi lagi Fattan bangkit dari posisinya dan menggenggam tangan Cantika begitu erat. Mereka berlari sekuat tenaga guna menghindari kebrutalan anak sekolah sebelah. Mereka melewati gang-gang kecil yang tersembunyi di balik tekanan dari musuh bebuyutan sekolah mereka. Sesekali Fattan menendangi benda-benda yang ada di gang kumuh itu, semacam tong-tong besar yang kosong, ban-ban bekas dan apapun ia lempar ke arah lawan agar memperlambat laju mereka.
Fattan kemudian menarik Cantika untuk bersembunyi di sebuah tempat yang sangat sempit. Ia tau Cantika kelelahan, karenanya Fattan mengajak Cantika bersembunyi. Tubuh mereka saling berhadapan dengan nafas yang sama-sama memburu. Jarak mereka benar-benar dekat karena tempat yang begitu sempit. Aroma maskulin khas Fattan menyeruak ke cuping hidung Cantika. Entah apa yang dirasakan Cantika, yang pasti aroma maskulin itu membuatnya lebih tenang meski di luar bahaya mengintai nyawanya.
Anak sekolah sebelah mengobrak-abrik gang tempat Fattan dan Cantika bersembunyi, tapi mereka sama sekali tak menemukan siapa pun. Pada akhirnya mereka menyerah dan pergi dari tempat itu. Fattan dan Cantika bernafas lega karena lolos dari anak-anak brutal itu.
"Pulang." Fattan mengajak Cantika pulang, namun gadis itu justru menahan pergelangan tangan Fattan membuat empunya menoleh heran.
"Thanks Tan, kalau nggak ada lo, gue nggak tau bakal kaya apa sekarang."
"Udah kewajiban gue buat jaga lo."
"Hah?"
"Lo hati gue."
"Eh tangan lo luka." Cantika tak sengaja melihat luka di lengan Fattan saat ia berusaha memalingkan wajah, karena tersipu dengan ucapan Fattan tadi
"Ah luka gini doang, geli gue. Udah ayo pulang keburu datang lagi mereka." Fattan lekas menggandeng tangan Cantika untuk pulang, ia tidak ingin berada di situasi sulit itu lagi. Sepenuhnya mengabaikan luka gores memanjang di lengannya yang perih.
KAMU SEDANG MEMBACA
Black Eagle
Mystery / ThrillerFattan tidak pernah memiliki harapan dan impian untuk masa depannya hingga ia terpana pada Cantika yang memiliki kedua hal itu dalam matanya. Cantika hanyalah gadis malang yang nyaris kehilangan beasiswa, karena reputasi buruk kakaknya di sekolah. F...