1. Awal

150 93 28
                                    

I Perpisa

Seorang bocah kelas 3 SMA yang jenius yang menekuni bidang penyelidikan kriminal sebagai seorang detektif yang handal.

Rui Dianaarta seorang gadis kelas 2 SMA biasa yang merupakan kekasih hati pemuda detektif itu sampai pada hari ini ...

Hamparan bunga yang indah, terdapat dua insan yang saling menatap lekat.
Angin berhembus menerpa rambut sang gadis ...

" ... Hahaha jangan bercanda," ucap sang gadis pada pemuda tersebut

"Rui Dianaarta, saya tidak bercanda. Saya mencintaimu Rui, tapi tidak untuk terus bersamamu, asmara akan merusak kesimpulan penyelidikan," ucap sang lelaki pada gadis itu

Mereka seharusnya resmi bersama selama 2 tahun pada hari ini, menjalin kasih. Namun pada hari ini pula, hari dimana mereka resmi menginjak hubungan 2 tahun namun, sang pemuda meminta putus. Sungguh hancur hati gadis tersebut.

"Apa, apaan itu ? Aku tidak pernah mengganggumu dalam penyelesaian kasus!" ucap sang gadis dengan sedikit berteriak.

"Rui, saya merasa tanggung jawab atas dirimu. Ketika kasus datang dan saya sibuk saya tak bisa mengabarimu, sehingga hati saya menjadi gelisah dan kesimpulan saya hancur," jelas sang pemuda kepada sang gadis.

Airmata sang gadis bernama Rui tersebut menetes, dan sang pemuda hanya bisa memalingkan wajahnya.

"Saya akan ke Eropa, ada kasus yang harus saya tangani di sana, entah kapan saya akan kembali. Rui, saya harap kamu menemukan pengganti saya yang jauh lebih baik. Kakakmu sudah menunggumu, pergilah." Arsen menoleh pada pemuda lain yang juga berada di dekat tempat mereka berada sekarang.

Pemuda dengan nama Arsen  itu sangatlah mencintai Rui lebih dari apapaun dan siapapun. Namun karena hal tersebutlah yang membuatnya tak bisa untuk bersama Rui sebagai kekasihnya. Pemuda tersebut tau maslahnya ada pada ada dirinya sendiri bukan Rui namun tetap saja, dalam kondisinya ia tak bisa terus menjalin kasih dengan Rui atau bahkan dengan orang lain juga.

II Maut Merenggut Nyawa

Pada malam bulan purnama Nico Rearta baru saja pulang usai kerja lemburnya sekitar pukul 12 malam.

"Rui kakak pulang," ucap Nico dengan sedikit berteriak.

Nico terkekeh "Dia bilang akan menunggu tapi dilihat dari situasi apartemen sepertinya dia sudah tidur, baiklah mari kita lihat ke kamarnya," ucap Nico pada dirinya sendiri, sambil mengingat - ingat tadi pagi ketika Nico menyampaikan kalau dirinya akan lembur.

Nico menaruh tas kerjanya di sofa kemudian duduk sejenak, Nico menoleh ke arah rak kaca dan ternyata buku dalam rak tersebut berantakan, namun Nico tak menghiraukannya, karena Rui memang suka membaca buku buku di rak kaca tersebut ketika dia bosan membaca buku novelnya ataupun buku pelajarannya, hal yang aneh hanya ... kenapa buku buku itu berantakan? Rui menghisap OCD berat.

Apartemen Nico terdiri atas 2 kamar tidur, 1 kamar studio, 1 ruang tamu , 1 dapur yang cukup luas yang disatukan dengan ruang makan, satu kamar mandi, dan terdapat pula 1 balkon.

Nico beranjak dari duduknya, kemudian berjalan ke kamar adiknya, berniat menengok adiknya yang tidur. Sesampainya di depan pintu kamar Rui, Nico mengetuk pintunya lalu membuka pintu dan menyalakan lampu. Dilihatnya mayat adiknya yang tergeletak di lantai dengan bersimbah darah.

Mata Nico membelalak, kakinya gemetar, Nico berlari ke arah mayat adiknya dan meraup kepala sang adik ke pangkuannya "Rui ... Rui bangun Rui , ini tidak mungkin, Rui jangan bercanda," uacap Nico sambil memeluk tubuh yang bersimbah darah tersebut, tak ada jawaban dari tubuh yang kini ia peluk, Nico tak mampu menahan tangisnya lagi. Tubuh adiknya terasa dingin dalam pelukannya.

Renjana Tiada TaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang