2. Who?

117 91 24
                                    

--Seorang pemuda dengan fisik tinggi, rambut coklat dengan mata hazel kini diterpa syok yang sangat berat, kala mendengar kabar dari sebrang telpon.--

Pukul 04.15 pagi, seorang pemuda terbangun karena suara dering telpon yang terus berbunyi, pemuda itu mengangkat telponnya, ia masih dalam kondisi yang linglung.

"Ya?" Suara pemuda itu terdengar berat, suara khas dari pemuda yang baru bangun tidur

"Ke lokasi apartemen Senjui sekarang. Kita ada penyelidikan." ucap seseorang dari sebrang telpon.

"Ha? Se pagi ini? Hahh sabarlah." Pemuda itu mematikan teleponnya, ia berjalan ke kamar mandi untuk berkumur menggunakan obat kumur, membilas wajahnya kemudian segera keluar untuk mengambil jaket dan kunci mobilnya.

Ia keluar dari rumahnya mengemudikan sebuah mobil kesayangannya,menuju ke lokasi yang disebutkan.

Tampak pemuda itu adalah seseorang yang memiliki kemampuan finansial yang tinggi, ia berusia 20 tahun namun sudah memiliki sebuah mobil tesla, jelas itu menakjubkan.

Ketika sampai di apartemen tersebut, ia memperhatikan apartemen itu dengan teliti. Familiar, itulah rasa yang  menerpa benak pemuda itu sekarang.

Ia masuk ke gedung apartemen tersebut lalu langsung menuju ke unit apartemen yang disebutkan dalam chat dari pemimpin penyelidikan, sesampainya di sana ia di hadang polisi, sang pemuda mengambil dompetnya lalu menunjukan tanda pengenal.

Pemuda itu tertegun ketika berada di depan pintu, tampaknya ia mengingat sebuah memori, selang beberapa menit sang pemuda masuk ke dalam apartemen tersebut, ia masuk perlahan memperhatikan tiap tataletak ruang tamu, ia menuju ke meja TV, memperhatikan rak buku dengan seksama, tangannya sudah dilapisi sarung tangan penyelidikan, mengambil sebuah buku dengan tulisan yang terbalik, alis pemuda itu mengerut.

Seorang petugas polisi menyapanya, tampaknya pangkatnya adalah sebagai pemimpin, pemuda itu masih memperhatikan rak buku kaca tersebut, beberapa buku terlihat memiliki judul yang terbalik.

"Hei, Arsen? Ada apa?" Tanya petugas polisi itu sambil memandangi sang pemuda, benar nama pemuda itu adalah Arsen, Arsen Danendra.

"Apa ada petugas yang mengutak atik rak buku itu Theo? Jika tidak maka ada seseorang yang datang sebelumnya" ucap arsen sambil menunjuk rak buku yang ia maksud.

"Apa? Tapi? Hah? Bagaimana kamu tau??" terlihat sangat kebingungan dengan pernyataan Arsen.

Arsen menoleh pada Theo, sang pemimpin penyelidikan. Tanpa menjawab pertanyaan Theo, Arsen malah mengajukan pertanyaan "Siapa yang meninggal?" Arsen memperhatikan sekitarnya, pintu studio terbuka.

"Korban bernama Rui Dianaarta" Ungkap Theo, Arsen tertegun sekali lagi, nama yang sama sekali tidak ingin dia dengar dari awal masuk apartemen, Arsen berdoa terus menerus agar nama itu tidak ada dan hanya rasa khawatirnya saja.

Theo yang menyadarinyapun bertanya "Ada maslah?" Theo menatap Arsen, reaksi yang ditunjukan Arsen tadi adalah reaksi abnormal yang tak pernah Theo lihat saat melakukan penyelidikan lain bersama dengan Arsen.

Arsen tersadar dari lamunannya lalu menoleh pada Theo "Bukan sesuatu yang menghambat penyelidikan" ucap Arsen, Arsen memperhatikan lantai, ia menemukan beberapa jejak darah yang sangat tipis di lantai di depan jejak tersebut terdapat kamar mandi.

"Ah.." Arsen menoleh ke kamar mandi, mengeceknya, kamar mandinya sangat bersih seperti baru dibersihkan, tak ada sedikitpun sisa rambut di bak mandi dan saluran air.

"Sial" gumam Araen

Seorang petugas polisi mendekat ia adalah bawahan Theo "Petugas forensik sudah memeriksanya, kami juga sudah menemukan jejak darah itu, hanya saja sepertinya pelaku sangat berhati hati."

"Pasti ada petunjuk" raut wajah Arsen terlihat serius, Arsen menjeda perkataannya "Bagaiamna dengan riwayat telponnya Theo? " Arsen menatap Theo

Theo tampak berpikir terlebih dahulu, seperti mengingat sesuatu "Kami belum mengeceknya, telponnya tidak ditemukan" ucap Theo dengan pelan

"Sudah mencoba menghubungi telponnya? " tanya Arsen dengan raut wajah yang tetap terlihat serius.

"Sudah, telponnya dimatikan " ucap Theo sambil menatap Arsen

"Adakan pencarian di seluruh rumah cari ponselnya hinga ketemu, kalau tak ada, lacak" ucap Arsen dengan tegas

"Arsen, tak biasanya kamu terlihat se marah ini" ucap Theo, ia heran mengapa temannya yang biasanya tenang saat ini malah tampak tenggelam dalam amarahnya.

Arsen menghela nafas "Jangan terlalu dipikirkan, ini tak akan mengganggu penyelidikan" ucap arsen pada Theo, Theo hanya diam, ia berbarbalik dan memerintahkan 2 bawahannya, Gino dan Reve untuk melaksanakan permintaan Arsen.

Arsen menghampiri Theo "Bagaimana dengan sidik jari? Kalian sudah selesai memeriksa? Ah.. periksa seluruh rumah cari sidik jari siapapun lalu ambil sidik jari korban dan keluarganya, dan beberapa orang yang berkunjung dalam kurun waktu seminggu ini" raut wajah Arsen tampak lebih tenang, ia menggigiti sebuah besi kecil pankang di mulutnya.

"Kenapa? " Theo terlihat kebingungan dengan pernyataan Arsen.

"Rak buku berantakan, pintu pintu ruangan terbuka, jejak darah di hapus dengan baik, kamar mandi dibersihkan dengan teliti, dan telpon tidak ditemukan. Pelaku kemungkinan mencari sesuatu dalam rumah ini, ia adalah orang yang teliti tapi terburu buru, ketelitiannya bisa di lihat dari cara membersihkan darah dan kamar mandi, tapi ia terburu buru hingga menaruh buku dengan terbalik, selain itu juga, sepertinya pelaku dan korban tidak terlalu dekat tapi mereka saling mengenal, kemungkinan ada riwayat pesanan atau telpon yang menjadi bukti" jelas Arsen pada Theo

"Oh ya besok ingat untuk meminta keterangan dari saksi dan keluarga korban, ada beberapa hal yang harus kutanyakan" ucap Arsen sambil terus mengigit besi berbentuk seperti tusukan panjang yang ada di mulutnya

Theo terperangah tiada hentinya analisis Arsen membuatnya kagum, dan sikap Arsen yang tenang pada setiap kasus yang mereka tangani.

Theo masih memperhatikan arsen, Arsen mengambil permen di saku celananya dan meletakan besi yang ia gigit ke dalam kotak yang ia simpan dalam saku jaket miliknya. Arsen menyesap permen tersebut, raut wajahnya tanpak tenang.

"Theo, siapa yang menemukan mayat?" Ucap Arsen sambil menyesap permennya dan menatap Theo

"Itu dia adalah kakak korban, namanya Nico. Mereka hanya tinggal berdua dan orangtua mereka telah lama tiada, dari keterangan yang kami dapatkan tadi, kakak korban bekerja lembur di kantornya malam ini dan dia baru pulang pukul 12 malam dan.. " Theo mengakhiri ucapannya dan menunduk.

Ia kembali melanjutkan ucapannya "Kakak korban kemudian ditemukan oleh kekasih adiknya yang baru saja datang ke unit apartemen milik dua bersaudara ini"

"Baik aku paham " Ucap Arsen, Arsen kemudian berjalan ke arah balkon dan menatap bulan yang masih terlihat samar, suasana langit sudah lebih terang, jam menunjukan pukul 05. 26 pagi "Bulan purnama ya..." Ucap Arsen dengan lirih

Theo dan anak buahnya pun mulai menjalankan permintaan Arsen untuk mencari ponsel korban di seluruh rumah dan mencari sidik jari yang ada di rumah ini.

Tak dapat dipastikan kapan peristiwa pembunuhan ini terjadi, namun dilihat dari kondisi rumah yang dibersihkan sepertinya pelaku cukup lama ada di sini untuk membersihkan jejaknya, namun ia sepertinya terburu buru saat mencari sesuatu.

Ini menjadi misteri,

1. Kenapa pelaku tidak mencari barang atau sesuatu yang ia inginkan dahulu tapi, malah membersihkan jejaknya terlebih dahulu?

2. Kenapa pelaku terburu buru saat mencari benda atau sesuatu yang ia cari tersebut? Apakah pelaku tau kalau kakak korban akan segera pulang?

3. Kenpaa telpon korban tidak ditemukan?

Kalo suka jangan lupa vote ya reders <3

Renjana Tiada TaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang