4. Rapat

94 75 26
                                    


Ray menoleh ke arah papan, terdapat barisan tulisan yang tersusun rapi.

'Pembunuhan Rui Dianaarta'

1. Pelaku mencari suatu barang.
2. Pelaku telah menyusun rencana yang cukup detail.
3. Pelaku tidak mengetahui gangguan OCD pada korban.
4. Pelaku dikenal oleh korban.
5. Benda yang dicari berbentuk buku / kertas / kaset.
6. Sempat terjadi komunikasi lewat telpon antara korban dan pelaku
7. Pelaku mengetahui jam lembur kakak korban
8. Pembunuhan terjadi sebelum pelaku mencari benda yang ia incar.
9. Terjadi pertengkaran sebelum akhirnya korban terbunuh
10. Pelaku licik tapi ceroboh
11. Pelaku sempat mandi di kamar mandi korban.
12. Guncangan emosi pelaku setelah membunuh korban sangat parah.

"Bagaimana kesimpulan seperti ini bisa di dapatkan?" ucap Ray sambil menoleh peda Arsen

Senyum sinis dari Kean menunjukan rasa remeh pada Arsen "Cih itu hanya teori tak berdasar" ucap Kean suara mengejek

Arsen menghela nafas afasnya, menoleh pada Ray "Akan saya jelaskan tapi pertama tama, beritahu kami terkait dengan semua informasi yang telah diperoleh dari introgasi yang telah dijalankan" ucap arsen sambil memainkan spidol di tangannya.

"Oh, baiklah" ucap Ray sambil menoleh pada buku catatan yang ia bawa, Ray kemudian berjalan mendekat dan duduk di samping Theo.

"Pertama, mayat korban ditemukan pukul 12 malam oleh kakak korban yang baru saja pulang. Kedua, kekasih korban tiba sekitar pukul 1 dini hari dan keluar rumahnya menuju ke apartemen korban dari pukul 10 malam" ucap Ray dengan nada yang tenang, ia membalik halaman buku catatan tersebut.

"Ketiga, menurut pernyataan kakak korban, korban memiliki penyakit mental yaitu OCD berat, dan dari pernyataan kekasih kurban, ia tak tahu menahu mengenai OCD milik korban" Ray masih terfokus pada catatannya,
Kean bergumam

"OCD parah ya..." Kean menoleh pada papan, rahangnya menegas, sorot matanya fokua pada deretan tulisan yang ada di papan

Theo mengikuti arah pandangan Kean, lalu menoleh pada Arsen "Bagaimana kamu bisa menyimpulkan bahwa pelaku tak tahu menahu terkait OCD korban?" alis Theo mengerut, mencoba berpikir dengan seluruh logikanya

"Karna lokasi TKP, kudengar beberapa buku dalam kondisi terbalik dan pintu beberapa ruangan terbuka, benar begitu Arsen?" Kean menjawab pertanyaan Theo tanpa menoleh, sorot matanya masih memperhatikan deretan  tulisan pada papan tulis tersebut

"Ya, itu benar" Arsen menjawab dengan tenang, tangannya mengetuk ngetuk permukaan meja, arah pandangannnya tertuju pada jendela ruang rapat

"Lanjutkan Ray" ucap Theo sambil menoleh pada Ray yang memperhatikan pembicaraan mereka.

"Oh, baiklah. Pernyataan keempat dari kekasih korban, mereka baru mengenal sekitar 3 bulan, dan pernyataan kelima dari kakak korban, bahwa ia memang sering lembur belakangan ini dan biasanya mencapai jam 4 pagi" ucap Ray sambil membaca catatannya

Kean menoleh pada Ray "Hmm bagaimana menurutmu saat introgasi Ray? Apa mereka punya ciri atau gerak gerik yang mencurigakan?" sorot mata Kean memandang Ray dengan intens
Ray berpikir sejenak kemudian berkata

"Oh.. saat aku bertanya pada kekasih korban apakah ia mengetahui gangguan OCD korban ia tampak gelisah" Ray memegangi dagunya dan matanya melihat ke arah atap ruang rapat.

Arsen tersenyum, sorot matanya beralih dari jendela ke arah Kean "Yah, hal itu membuat semua kecurigaan terpusat padanya, bagaimana menurutmu Kean?" ucap Arsen lalu menoleh pada Kean

Kean tampak berpikir sejenak, sorot matanya menatap Arsen dengan serius "Yah, begitulah ... kondisi mental seseorang biasnaya akan terganggu setelah membunuh, apalagi kalau melihat dari kondisi TKP yang telah ku baca dari file laporan, pelaku terlihat berhati hati kecuali pada beberapa hal, jika pelaku baru tau kalau korban menghidap OCD berat pelaku pasti sangat terkejut dan panik" Kean menumpukan dagu pada tangannya.

Renjana Tiada TaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang