Arsen baru saja tiba di kantor polisi pukul 8.30 pagi, ketika jam menunjukan pukul 6 pagi tadi ia meminta izin untuk pulang dan mandi terlebih dahulu, kini Arsen telah sampai di kantor polisi.
Arsen masuk ke ruang yang dilengkapi kaca yang menampilkan ruang interogasi, ia melihat Nico dan seorang pemuda lain.
"Ah.. kekasih Rui ya" sorot mata Arsen terlihat redup memancarkan kesedihan
"Apa ada maslah Arsen?" tanya Theo ketika menyadari sorot mata teman penyidiknya itu.
"Bukan masalah" Arsen duduk di kursi yang disediakan sambil memperhatikan Nico dan Kevin di ruang interogasi bersama dengan seorang petugas polisi bernama Ray.
Theo memberikan sebuah alat komunikasi yang disertai mic, Arsen menoleh pada Theo sambil mengambil alat komunikasi yang diberikan.
"Kau tak mau bertemu keluarga korban kan? Silakan gunakan ini, Ray akan bisa mendengarkan mu begitupun sebaliknya, dan tanyakan informasi apa saja yang kamu perlukan" ucap Theo sambil memandang Arsen.
Arsen kembali menatap ke arah kaca yang menampilkan ruang interogasi tersebut, dan fokus mendengarkan melalui alat komunikasi yang diberikan oleh Theo.
Ray mulai bertanya pada kedua pemuda itu "Kapan mayat korban ditemukan"
Nico menunduk "Pukul 12 malam,saya baru pulang kerja dari lembur" tangan Nico gemetar matanya tak mampu bersitatap dengan siapapun.
Ray menoleh pada Kevin "Kapan anda datang?" tanya Ray dengan nada yang datar sambil menatap kedua pupil mata Kevin.
"Saya datang sekitar pukul 1 dini hari, saya berangkat pukul 10 malam dari rumah" ucap Kevin dengan tenang sambil membalas tatapan mata Ray.
Raut sajah Ray tanpak kebingungan, terdengar instruksi dari Arsen "Tanyakan apa yang dia lakukan sebelum sampai dan mengapa bisa terlambat" Arsen mengintruksikan hal tersebut, raut wajah Arsen terlihat sangat serius.
"Saya pergi ke toko emas golden glory di daerah trinomisan,dan setelahnya terjadi macet di jalan glivne" Kevin masih menjawab dengan tenang dan Arsen memperhatikan setiap gerak gerik tubuh Kevin dengan seksama.
Arsen mengigit bibirnya seperti menahan sesuatu "Jalan itu ... kita akan cek nanti, tanyakan padanya kenapa selarut itu ia masih saja pergi ke apartemen korban"
"Kenapa anda masih saja pergi ke apartemen korban meski sudah se larut itu? Saya rasa itu tidak sopan untuk bertamu pada pukul 1 dini hari dan.. bahkan pukul 10 malam saja sudah aneh" Ray bertanya dengan raut wajah penuh curiga menatap Kevin dengan tatapan menyelidik.
Kevin terdiam dia hanya menunduk, Arsen yang memperhatikanmu dari balik kaca tersebut sepertinya sudah mengunci kecurigaan pada Kevin. Arsen kembali mengintruksikan pada Ray untuk bertanya "Tanyakan pada kakak korban, apakah korban masih menghidap OCD? "
Ray terdiam beberapa saat hingga akhirnya ia bertanya sesuai instruksi Arsen "Apakah korban menghidap OCD? Ataukah sudah sembuh setelah menjalani terapi?" dalam Ray, ia merasa sangat kebingungan, OCD? Apa kaitannya dengan kasus ini dan bagaimana Arsen tau.
Nico mengangguk sebelum menjawab " Gangguan OCD dari Rui sangat parah"
Arsen tampak puas, ia kembali mengintruksikan Ray untuk kembali bertanya "Sejak kapan Kevin dan korban berkencan, dan apa Kevin mengetahui soal gangguan OCD yang dialami oleh Rui"
Ray mendengarkan dengan seksama lalu menatap pupil mata Kevin dan bertanya dengan nada tenang "Tuan kevin, sejak kapan menjalani hubungan kasih dengan korban? Apakah tuan tau soal ganggun OCD pada korban?"
"Kami baru saja dekat dari 3 bulan lalu, saya langsung memintanya menjadi kekasih saya karna tak mau berlama lama dan dia menyetujuinya, dan.. saya tak pernah tau soal ganggun OCD pada Rui" mata Kevin tak lagi bisa bersitatap dengan Ray, jari jemari Kevin digerakkan tak karuan memperlihatkan rasa gugup.
Arsen tersnyum "Hanya itu point penting yang perlu ku ketahui, selain itu silakan tanyakan seperti biasa dan catat" itulah instruksi Arsen pada Ray, Arsen melepaskan alat komunikasi tersebut lalu menoleh pada Theo.
Arsen berucap dengan nada tenang "Ayo ke ruang rapat, Kean pasti sudah di sana" Arsen berdiri dan berjalan menuju sebuah ruangan bersama Theo, mereka masuk ke ruangan tersebut.
Tampak ruangan yang cukup luas yang dilengkapi dengan meja yang berukuran sedang disertai 6 kursi, seorang pemuda duduk di salah satu kursi, pemuda itu menoleh pada Arsen dan Theo yang baru saja masuk.
"Ah.. pemimpin dan Arsen, apa interogasi sudah usai?" Pemuda itu menatap Theo dan Arsen secara berganti Theo dan Arsen berjalan mendekat, Theo duduk di kursi dan Arsen menarik papan tulis mendekat lalu mengambil spidol.
"Belum, belum selesai" ucap Arsen sambil menarik papan tulis itu.
Arsen menuliskan ' Pembunuhan Rui Dianaarta' di bawah judulnya dituliskan beberapa point
1. Pelaku mencari suatu barang.
2. Pelaku telah menyusun rencana yang cukup detail.
3. Pelaku tidak mengetahui gangguan OCD pada korban.
4. Pelaku dikenal oleh korban.
5. Benda yang dicari berbentuk buku / kertas / kaset.
6. Sempat terjadi komunikasi lewat telpon antara korban dan pelaku
7. Pelaku mengetahui jam lembur kakak korban
8. Pembunuhan terjadi sebelum pelaku mencari benda yang ia incar.
9. Terjadi pertengkaran sebelum akhirnya korban terbunuh
10. Pelaku licik tapi ceroboh
11. Pelaku sempat mandi di kamar mandi korban.
12. Guncangan emosi pelaku setelah membunuh korban sangat parah."Semua detail ini adalah beberapa kesimpulan yang kudapatkan, tingkat keakuratan kesimpulan ini disesuaikan dengan urutan penulisan" ucap Arsen sembari melihat ke arah point point di papan yang telah ia tulis.
"Apa apaan kau Arsen, bagaimana kau menyimpulkan begitu cepat, dimana buktinya!" Ucap Kean sambil menggebrak meja dan menatap tajam ke arah Arsen. Ini bukan tanpa alasan, mengambil kesimpulan sebelum ada bukti adalah hal tabu dalam penyelidikan.
Arsen terdiam beberapa saat hingga akhirnya menjawab "Hal ini bisa dijelaskan dengan bukti bukti dari saat kita melakukan interogasi, nanti kita lanjutkan. Sementara hanya ini yang bisa kutulis, dan kita akan melakukan interogasi perseorangan, saya yang akan langsung mengintrogasi kakak dan kekasih korban" ucap Arsen sambil menutup spidol yang ia gunakan menulis tadinya.
Kean terdiam "Wow? Kamu? Menemui keluarga korban yang kasusnya kamu selidiki? Ini aneh" Kean menatap Arsen dengan tatapan penuh selidik.
"Jangan berpikir terlalu kompleks hanya saja, beberapa gerakan mereka saat menerima pertanyaan yang akan ku ajukan perlu untuk diselidiki secara runtun" Arsen duduk di kusi dan memainkan spidol di tangannya.
Theo tampak berpikir serius "Arsen, apa kau mengenal korban? Kau menanyakan soal OCD pada kakak korban dan kalimat yang kau gunakan untuk menanyakan hal tersebut terdengar sangat aneh" Theo menatap Arsen, ia berhati hati dalam pertanyaannya agar Arsen tak marah.
Arsen terdiam beberapa saat sambil menunduk "Ah ... ya, kenalan lama ... " jawab Arsen atas pertanyaan Theo, Arsen menoleh pada jendela ruang rapat.
Kean tersenyum puas "Hola ... apa guncangan emosi akan mempengaruhi detektif hebat kita yang baru saja kembali dari misi di eropa" Kean berkata dengan nada ejekan.
Arsen menatap Kean dengan tatapan tajam, lalu Arsen berdiri "Tak ada emosi apapun yang akan menggangguku Kean" jawab Arsen dengan nada penuh penekanan sambil menatap tajam pada Kean.
Theo tertegun menyaksikan interaksi antara dua rekan detektif dalam tim penyelidikan ini dan ia pun berusaha meredam emosi dari kedua rekannya itu "Hei kalian ini kalau di satukan selalu seperti ini, ck diam dan malulah bersikap seperti ini saat kalian dalam tugas menyelidiki kasus korban!" Kalimat Theo terdengar penuh tekanan.
Kean dan Arsen menunduk, bagaimanpun sikap yang mereka tunjukan tadi adalah sikap yang tak pantas di tunjukan apalagi ketika menyelidiki sebuah kasus, terutama kasus pembunuhan, sikap mereka bagai penghinaan bagi korban.
Hawa ruang rapat terasa canggung, tepat pada saat itu pula pintu terbuka, tampak Ray memegang buku catatannya, raut wajah Ray tampak bingung.
"Hei ada apa dengan aura ini? Bukankah biasanya aku akan di sambut dengan aura memuakan yang dipenuhi teori? Kenapa kalian canggung begini hah" ucap Ray dengan nada yang kebingungan.
Ray masuk dan meletakan catatannya di atas meja lalu duduk di kursi yang di sediakan. Kean kembali duduk dan Arsen duduk di depan mereka bertiga.
Kalo suka jangan lupa vote ya reders <3

KAMU SEDANG MEMBACA
Renjana Tiada Tara
Misterio / SuspensoPada malam bulan purnama seorang gadis ditemukan terkapar di dalam kamarnya dalam keadaan tak bernyawa. Sosok yang pertama menemukannya adalah sang kakak yang baru saja pulang setelah bekerja dan akan menengok adiknya di kamarnya serta kekasih sang...