Part 9 - Dinner (I)

262 20 18
                                    

Halo lagi, maafkanlah author ini soalnya udah mogok update. Aku takut ngecewain readers karena ceritanya udah mulai ga jelas jadi kemarin aku kepikiran buat stop, tapi sekarang aku mau coba lanjut kalau masih banyak yang baca bakal aku lanjutin lagi deh.  No edit maklum ajalah ya kalau ada kesalahan nama karakter atau typo.

Jangan lupa baca sambil buka lagu di multimedia ya.

Author's POV

Suasana kamar Allie saat ini sangatlah rapi, setelah pertengkaran dahsyatnya dengan Alex dia tidak melakukan aktivitas apapun layaknya seorang manusia. Bahkan ia sekarang sedang mogok makan, sudah beberapa kali pintunya diketuk oleh Aint ataupun aunt Miriam tapi tetap saja tidak ada jawaban. Sebenarnya dia juga ingin memaafkan Alex tapi suasana hatinya sedang buruk saat ini, Aint dan keluarga lainnya saat ini juga mengerti akan kondisi Allie saat ini. Allie butuh waktu untuk menenangkan pikirannya.

Setelah Alex yang akhirnya memutuskan untuk melangkahkan kakinya keluar dari rumah uncle Douglass, Allie hanya menangis tanpa henti di kamarnya. Bahkan saat ini terasa seperti semua air matanya sudah habis ditumpahkan olehnya. Walaupun saat Allie mengusir Alex dari tempat tinggalnya tentu saja ada segenap hatinya yang menginginkan Alex untuk tetap di sini, mendengarkan segala pelampiasan amarahnya kemudian menenangkannya. Sekarang Allie tidak bisa melakukan apapun kecuali menyesal semua perbuatannya.

'Baru juga diperkenalkan ke paman dan tante Allie, dan sekarang kamu sudah mengangkat bendera perangmu ke Alex. Apa yang akan paman dan tante katakan nanti? Sudahlah aku tidak peduli lagi sebaiknya saat ini aku membersihkan diri, makan dan melakukan aktivitas layaknya seorang manusia.' batin Allie sambil mengangguk pelan kemudian berjalan menuju kamar mandinya.

Tidak membutuhkan waktu yang lama, saat ini Allie sudah beranjak dari kamarnya dengan pakaian casual. Tidak seperti biasanya yang akan mengenakan baju formal orang kantoran karena ia merasa hari ini kalaupun dia tidak masuk Alex tentu saja akan merasa hal itu wajar walaupun Allie sebelumnya sudah menelpon ke teman kantornya dan memberitahukan kepada Alex kalau dia izin untuk satu hari saja.

"Akhirya putri ngambek keluar dari kamarnya." sahut Aint dari belakang Allie yang langsung dihadiahi tatapan membunuh Allie. Aint yang tidak merasa ancam mengangkat kedua alisnya. "Apa?"

"Jangan ganggu Allie. Kemari nak... duduk dan makanlah, hari ini tante masak makanan kesukaan kamu walaupun ini pertama kalinya tante mencoba makanan khas Indonesia." beberapa mangkuk soto ayam tersedia di meja makan namun beberapa sudah disantap oleh orang lain. Entahlah, walaupun itu makanan kesukaan Allie saat ini ia tidak nafsu sama sekali.

"Tidak ada penolakan Allie, makan sedikit saja tante sudah senang." lanjut tante Miriam. Allie hanya mendesah malas pelan kemudian mendorong salah satu kursi ke belakang dan duduk di atasnya. Allie mulai mencicipi kuahnya... lumayan, kata itu saat ini menguasai pikiran Allie karena memang masakan tante Miriam jarang sekali tidak enak. Bisa dikatakan tante Miriam memang terlahir untuk menjadi chef.

Tak lama setelah itu, ponsel Allie pun berdering dengan lagu hits baru kesukaannya yang dibawakan oleh artis baru, Charlie Puth dengan Some Type of Love. Allie melirik ponsel untuk melihat siapa yang akan menelponnya pagi seperti ini karena jarang sekali ia mendapatkan panggilan di pagi hari jika dia tidak bekerja sebagai sekretaris Alex. Diego... nama Diego tercetak di kaca ponsel Allie.

"Halo?"

"Hai, Allie."

"Ada apa?"

"Aku dengar hari ini kamu cuti sehari dari perusahaan. Ummm, sebenarnya hari ini aku juga bebas. Tentang makan malam kemarin apakah kamu mau mel... melakukannya hari ini?" balas Diego sedikit gugup. Allie berpikir sejenak sambil menatap soto ayam yang kuahnya tinggal setengah.

"Baiklah, jam berapa?"

"Mmm... sebentar ya! Jangan matikan sambungannya." balas Diego sedikit terburu-buru dan meninggalkan sambungan sebentar untuk mengecek lebih pasti waktunya. "Jam 7 malam... kamu bisa?"

"Baiklah jam 7 malam di mana?" jawab Allie tersenyum kecil sambil menyisir rambut lurus kecoklatannya dengan jarinya karena tidak seperti biasanya Diego bertingkah seperti ini.

"Nanti aku saja yang jemput. Rumahmu dimana?"

"Eh? Oh, baiklah nanti aku akan mengirim pesan singkat alamat tempat tinggalku saat ini." jawab Allie yang dibalas dengan anggukan Diego. Diego kemudian memukul kepalanya pelan karena mana mungkin saat ini Allie akan tahu jika dia mengangguk. "IYaa...." kemudian Allie menutup sambungan teleponnya.

"Siapa?" tanya Aint dengan tampang coolnya tanpa ekspresi apapun.

"Kepo!" jawab Allie cepat membuat keduanya paman dan tante tertawa sedikit kencang.

"Geez..." balas Aint kemudian beranjak dari kursinya dan naik ke lantai atas.

"Kenapa?" tanya Allie bingung yang hanya dibalas dengan jempol paman Douglass.

"Seorang Taylor Aintsworth Thompson, tidak pernah diperlakukan begitu oleh seorang wanita. Kamu yang pertama Allie, biasanya wanita seumuran dia sudah jatuh terpesona dengan tampang coolnya itu." jelas tante Miriam masih tertawa pelan. Allie hanya membuka setengah mulutnya mengerti akan apa yang dikatakan tante Miriam. 

"Jadi siapa yang tadi menelponmu Allie? Sepertinya seorang pria, Alex?" tanya tante Miriam yang memecahkan keheningan sejenak setelah Aint mengangkat kakinya dari meja makan. Allie pun mengelap bibirnya dengan selembar tisu.

"Teman kerja tante... umm sebenarnya bukan teman kerja sih lebih tepatnya teman yang membantuku saat interview." tante Miriam mengangguk kemudian kembali menyuapi sesendok penuh soto ke dalam mulutnya.

"Dhia yelphon najaak kkammu makan?" tanya tante masih dengan mulut terisi penuh sempat membuat Allie tertawa melihat tingkahnya.

"Kalau mau ngomong ditelan dulu makanannya. Kamu ini... sudah berumur masih saja tetap imut-imut tingkahnya." akhirnya paman Douglasspun bersuara setelah selesai menikmati soto yang saat ini menyesap kopi miliknya sambil mencubit hidung tante pelan.

"Jadi iri nih." ledek Allie membuat tante dan pamannya tertawa. Serius, Allie iri saat ini walaupun yang dia lakukan dengan Alex lebih dari apa yang dilakukan oleh kedua orang tersayangnya. Mereka tampak lebih natural dan sepertinya berisi banyak sekali kasih sayang hanya dengan tindakan kecil.

Allie POV

Jam sudah menunjukkan pukul 6 saat ini, tentu saja aku sudah bersiap-siap dengan undangan makan malam bersama Diego. Katanya sih memang tidak ada maksud lain selain mentraktir karena sudah membantunya selama interview tapi tetap saja aku merasa ada maksud lain dibalik ini, kan tidak mungkin diajak ke restoran ternama ini. Akupun menarik kalung pemberian mama yang terletak di atas meja rias untuk menambahkan penampilanku malam ini yang mengenakan gaun berwarna gelap sepanjang lutut yang memperlihatkan jelas bahuku yang mulus tanpa bekas luka apapun dengan sepasang heels setinggi 9 cm berwarna hitam agar menyesuaikan dengan baju yang kukenakan. Make up? Hanya sebatas make up biasa dengan lipstik berwarna merah pekat. Aku tidak ingin tampil berlebihan nanti malah dikirain akunya tertarik dengannya.

"Allie, di luar ada yang memanggilmu." suara tante menggema sampai ke ruanganku sentak membuatku langsung mengambil tas kecilku yang berisi tidak banyak dan berjalan cepat ke depan rumah.

"Wow, you... you look so... beautiful." puji Diego membuat pipiku sedikit merona, dulu saat masa sekolah aku tidak pernah mendengar pujian seperti ini sekalipun karena memang aku tidak memperdulikan penampilanku sama sekali, yang hanya aku pikirkan hanya sekolah, belajar, pulang, belajar, tidur, sekolah, belajar lagi.

"Ayo masuk." ucap Diego sembari membuka pintu mobil depan miliknya.



Author's Note :

Oke, boleh dong diminta vote dan commentnya makasih banyak deh untuk semua reader yang sudah meninggalkan jejak. Terima kasih sekali lagi ^^. Kalo pendek emang iya, sekarang aku berusaha mengurangi jumlah kata setiap chapter biar ga kebanyakan nanti malah pada bosan liat kata-kata ga habis-habis.

First Love Flavor : Meeting Again [Discontinued]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang