Part 10 - Dinner (II)

208 22 8
                                    

Allie's POV

Mobil Diego berhenti di depan sebuah restoran yang dari luar saja sudah terlihat sangat wow. Layaknya seorang gentleman, Diego membukakan pintu mobil kemudian menawarkan tangannya menyambutku turun dari mobilnya. Akupun menyambut tangannya dan turun perlahan sambil membawa tas kecilku.

Diego meninggalkan kunci mobilnya kepada salah satu petugas restoran ini dan merangkul pinggangku, sebenarnya aku tidak merasa nyaman dengan perlakuannya yang seperti ini... terlebih statusku saat ini masih pacar orang lain karena kami belum memutuskan untuk berpisah. Entahlah tapi harapanku sudah pupus... Alex sama sekali tidak menelponku sejak kejadian itu. Aku rasa aku memang keterlaluan kemarin... aku akui aku salah tetapi haruskah dia mengabaikanku sampai sekarang?

"Ada apa?" tanya Diego saat mendapati diriku termenung saat seorang pelayan sudah mempersilahkan kami duduk di meja dengan 2 kursi membuatku cepat tersadar dari lamunanku. Aku hanya terdiam tidak menjawab pertanyaan Diego yang sepertinya dia juga mengerti bahwa itu masalah pribadiku.

Aku membolak-balikkan halaman demi halaman. Banyak sekali makanan yang tersedia di sini. Kebanyakan sih makanan Spanyol negara asalnya Diego, aku sempat menajamkan mata dan mengkerutkan dahi ketika melihat harga yang jelas tertera di setiap lembaran. Hanya satu makanan saja setara dengan gaji 1 bulan karyawan biasa? Diego yakin ingin menraktirku di sini? Aku berjalan pelan berusaha menghindari sang pelayan dan menutup bisikanku di telinganya dengan tanganku tentu saja.

"Kamu yakin mau makan di sini Diego? Kamu bawa aku makan ke pinggir jalan aku juga nggak masalah." tanyaku pelan, sangat pelan sekali sambil mengkerutkan dahi sekali lagi. Namun Diego hanya tersenyum kecil menatapku.

"Aku yakin kok Taylor Callie, silahkan duduk dan pesanlah makanan yang kamu inginkan." balasnya.

"1 porsi Paella dan sebotol anggur untuk kami berdua, nona." ucap Diego yang langsung dicatat oleh pelayan yang menunggu pesanan kami.

"Nyonya mau makan apa?" Nyonya? Tuh pelayan kirain aku udah jadi istri orang? Enak aja!

"Umm..." aku menghela napas dan menutup buku itu. "Samakan saja pesananku dengan miliknya." jawabku sambil tersenyum.

"Baik, silahkan tunggu 10 menit."

Aku berulang kali memeriksa ponsel menunggu panggilan dari Alex walaupun hanya satu kalipun kurasa dapat mengubah segalanya tentang kemarin. Segala kejadian buruk yang membuatku sangat terpukul saat ini.

"Diego, aku permisi sebentar mau ke toilet." ucapku yang dibalas dengan anggukan beserta senyuman manisnya.

Aku berjalan sambil melirik kesana kemari dan akhirnya sampai juga di depan toilet. Sebenarnya aku tidak ingin buang air kecil atau sejenisnya, aku hanya ingin pergi dari dirinya untuk sebentar dan mungkin merapikan make upku sedikit. Aku menatap jendela dan mengangguk memastikan bahwa semua sudah sempurna.
Saat aku berjalan keluar dari toilet tidak lama terdengarlah suara pria yang sangat familiar di sini. Refleks aku langsung menoleh ke arah tersebut, dan benar... benar-benar dia. Pria selama ini yang sangat kurindukan sedang berbicara dengan beberapa bapak-bapak dan 2 orang wanita. Satunya seperti orang ras India dan satu lagi wanita kemarin, wanita yang membuat semua pertengkaran ini terjadi.

Yang kukesali saat ini adalah sepertinya Alex sama sekali tidak merasakan apapun seperti apa yang aku alami. Malah saat ini wajahnya terlihat seperti biasa-biasa saja, masih bisa senyam-senyum dengan lebar menunjukkan deretan giginya yang putih dan rapih walaupun dia keliatan agak risih bagiku karena aku mengenalnya lebih dari orang lain entahlah risih kenapa. Banyak bapak-bapak yang sepertinya berpengaruh penting terhadap perusahaan Alex saat ini.
Alex akhrinya menyadari keberadaanku sebelum aku sempat bergerak dari tempat ini, tatapannya berhenti di wanita depannya saat ini tanpa berkedip sekalipun. Tampak wajah tidak percayanya saat ini, kemudian dia berbicara sebentar dengan para bapak-bapak yang ada di sana... sepertinya sih minta izin.

Alexpun berjalan menghampiriku yang sejak tadi tidak berhenti menatapnya, kami berdua hanya terdiam dengan tatapan sorot kerinduan hingga akhirnya dia berdeham sedikit kencang. Memecahkan lamunan kami.

"Mmm.. ba... bagaimana kabarmu, Allie?" tanyanya sedikit menunduk tampak ragu-ragu. Aku hanya membalasnya dengan anggukan tanpa menatapnya sama sekali.

"Bisa kita bicara di tempat lain? Sepertinya di sini kurang..." belum selesai ia bicara aku sudah mengangguk dan mengikutinya berjalan ke bagian outdoor restoran ini. Tampak seperti taman elit tempat makanan orang kelas atas karena air mancur dan patung-patung cupid beserta dengan dewa-dewi lainnya juga terdapat di sini.

"Maafkan aku." jawabnya, suaranya saat ini terdengar lirih. Sangat lembut, sangat tipikal Alex yang kukenal dulu saat masa remaja. Tapi aku tidak bisa membalasnya, ia berpaling menatapku kemudian memegang kedua bahuku dengan tangannya yang besar seolah pas dan memang tercipta sesuai dengan ukuran tubuhku. Akupun mendongak menatap matanya.

"Maafkan aku, aku akan menjelaskan semuanya Allie." melainkan lirih, saat ini suaranya terdengar sangat parau. Penuh dengan emosi penyesalan... membuat mataku langsung mulai basah.

"Tidak ini salahku Alex. Aku terlalu egois." balasku. "Aku bukanlah wanita yang baik. Aku tidak memikirkan bagaimana perasaanmu saat itu, aku hanya berpikir mengenai hal yang negatif. Saat itu pikiranku tidak jernih, jadi maafkan aku." sebulir air berwarna bening pun terlepas dari mataku, menghancurkan dandananku dan mengalir jatuh dari daguku.

Tanpa aba-aba Alexpun langsung memelukku erat, sangat erat. Akupun membalas pelukannya, setelah sekian lama akupun kembali menghirup aroma tubuhnya yang bercampur dengan parfum miliknya. Tak lama setelah itu Alex meregangkan pelukan diantara kami.

"Maaf, aku sedang ada makan malam bersama direksi-direksi di kantor. Tenang saja semuanya pria tua dan hanya ada 2 wanita yang sudah bertunangan. Aku tidak bisa mengantarmu pulang saat ini, sebaiknya kamu pergi ke toilet dulu. Perbaiki dandananmu." ucap Alex seraya mengelus puncak kepalaku pelan dan mencium keningku.

"Baiklah aku juga harus makan dengan seseorang." Alex langsung mengkerutkan dahi dan aku tahu apa yang dia maksud. "Pria... tapi aku tidak punya perasaan apapun kepadanya. Aku hanya menganggapnya sebagai teman baik. Selamat bersenang-senang Alex." sebelum pergi ia menggenggam erat tanganku dan pergi kembali ke meja makannya meninggalkanku yang masih melihat punggungnya yang terbalut kemeja putih bertambah jauh.

Aku pun kembali berjalan ke toilet, memperbaiki dandananku yang sudah amat berantakan hanya karena sebutir air mata namun sepertinya hard work is paid off walau itu sepertinya tidak masuk hard work. Aku duduk di depan Diego yang mejanya sudah disediakan 2 porsi makanan Spanyol kesukaannya.

"Maaf Diego, tadi sempat bertemu dengan Alex... aku harus menyelesaikan sesuatu dengannya." jawabku yang langsung dibalas dengan senyuman beserta anggukan pelan seolah mengatakan tidak apa-apa.

"Tapi... Alex siapa?"

"Oh, kalian belum kenalan? Dia bos kamu haha. Aku kan bekerja sebagai sekretarisnya jadi tadi ada hal yang harus aku selesaikan bersamanya, jadi agak lama." Diego membalas dengan anggukan pelan berkali-kali kemudian kembali menyantap makanannya tepat setelah aku memasukkan beberapa udang ke dalam mulutku. Mmmm.... hanya kata itu yang bisa mengekspresikan betapa enaknya makanan ini.





Author's Note :

Okay, part dinner selesai sekali lagi boleh minta vote dan commentnya? Entah kenapa sekarang aku sangat berharap dengan vote dan comment. Part dinner dibagi 2 sebenarnya sih mau disatuin tapi nanti pada keburu bosan kata-kata semua jadi aku bagi 2 part. Sekali lagi mulai sekarang tiap part tidak akan banyak isinya ^^. Trims....

Multimedia, Charlie Puth dengan I Won't Tell A Soul.

First Love Flavor : Meeting Again [Discontinued]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang