"Come on, Allie. Ini aku Alex...." ucap pria yang sangat kurindukan selama ini. Senyuman ia sinis namun aku tahu bahwa tatapan mata itu menunjukkan penuhnya rasa rindu."Oh, my god ! ALEX!!!" spontan aku lari dari posisiku sebelumnya dan memeluknya erat. Suara desahan sakit karena pelukan eratku terdengar keluar dari bibir tipis yang berwarna merah muda. Pakaian dia yang sebelumnya rapih dan terlipat ke dalam celananya sekarang agak berantakan karena pelukanku yang kuat.
"Ouch, Allie. You miss me that much?" Suara tertawa tidak percaya keluar perlahan dari mulutnya yang kemudian ia juga melingkarkan kedua lengannya yang berotot karena sering berolahraga di sekeliling tulang belikatku karena ia yang tingginya sangat jauh berbeda sekarang.
Aku melepaskan lenganku dan masih menatap wajahnya dengan ekspresi tidak percaya. Hal ini seperti ini jarang terjadi pada kehidupan, mungkin hanya seumur hidup sekali ataupun tidak akan pernah terjadi.
"Ini benar-benar kamu?" dan kemudian aku membuka tanganku dan meletakkannya di kedua sisi pipinya sekali lagi memastikan ini daydream atau bukan.
"Iya, ini aku Allie. Alexander Grayson, teman smpmu," Senyumnya yang terlihat senang setelah bertahun-tahun tidak melihat diriku. "Btw, bagaimana dengan interviewmu ?" tanya ia pelan yang seketika suasana kantor presiden hening.
"Aku gagal" aku menoleh ke samping berusaha menahan rasa malu dan kecewa.
"Emang kenapa? Kok gagal sih? Kamu kan pinter? Malah kamu sebenernya lebih cocok untuk menjabat presiden menggantikan aku sekarang" tanya Alex tidak percaya bahwa para juri yang tidak merekrut diriku akan melakukan ini kepada temannya yang bagi dia jauh lebih hebat dibanding dengannya.
"Sepertinya aku harus cek apa yang mereka lakukann tiap hari. Makin hari kerjaan mereka makin ga beres." sela-sela jari Alex masuk ke dalam baju kotak-kotaknya dan menggaruk bagian dada dia yang gatal. Membuatku menoleh samping karena tersipu malu, yang benar saja apa dia menganggap aku seorang pria. Dia menggaruk dadanya di depanku tanpa memikir dahulu.
"Oh, maaf...," dengan gerakan cepat ia melepaskan tangannya dari rasa nikmat yang muncul dari garukan tangannya dan wajahnya terlihat memerah sekarang "Aku jarang kedatangan tamu wanita disini, jadi yah...." jawab ia melirik kebawah dan mengangkat alis kirinya yang tebal."Woof~ Woof~" suara anjing terdengar dari pintu masuk kantor dan tak lama kemudian aku merasakan bulu-bulu halus menggelitik kakiku yang terbuka.
Anjing husky, anjing yang terkenal gagah dan cakap karena wujudnya yang begitu memikat para pecinta anjing sehingga mereka ingin memelihara sedikitnya 1 dari mereka. Anjing husky milik Alex sudah lumayan besar, bulunya berwarna putih abu-abu. Warna anjing jenis ini yang menurutku paling bagus karena langka.
"Hey, come here Felix" suara maskulin Alex terdengar sejenak di kupingku. Anjing itu berjalan mengelilingi kaki Alex dan terlihat sedang memanjakan dirinya di kedua tungkai bawah majikannya yang membuat Alex menjulang tinggi. Alex turun dengan menjongkok, anjing itu langsung menaikkan kaki depannya dan menyandarkannya ke atas lutut Alex. Alex mengelus pelan-pelan kepala anjing miliknya yang dinikmati anjing husky tersebut dengan menggerak-gerakkan ekornya, tanda ia sedang bahagia.
"Husky... pilihan yang bagus Alex" senyumku yang kemudian Alex mentapku dan tersenyum lebar yang tangannya sekarang telah berganti mengelus bagian punggung anjing kesayangannya.
"Sudah makan siang?" tanya ia andai aku jawab belum maka ia akan mengajakku makan siang.
"Belum" jawabku singkat dengan jawaban yang sudah pasti akan keluar dari mulutku, siapa yang bisa nolak makan siang dengan pria setampan dia dan apalagi dia cinta pertama aku. 'Tapi sebaiknya aku harus lebih berhati-hati kali ini biar gak menderita seperti dulu lagi.' Batinku setelah jawab belum ke Alex.

KAMU SEDANG MEMBACA
First Love Flavor : Meeting Again [Discontinued]
RomantizmTaylor Callie adalah wanita karir muda yang pernah mengalami jatuh cinta. Bagi dia cinta adalah hal yang buruk. Perasaan itu menghalangi cita-citanya yang besar, menjadi direktur atau memiliki kedudukan yang tinggi di perusahaan. Dengan kemampuan in...