Zinnia kembali membuat kamarnya berantakan setelah di beresi oleh Wina barusan, Wina adalah salah satu pekerja di rumah yang tugasnya adalah beres-beres sekaligus memasak, jadwalnya hanya pagi sampai sore, tidak menginap.
"Mbak Wina, liat dasi Zinnia enggak? Kemarin kan masih ada, kok sekarang udah enggak ada?" Teriaknya dari dalam kamar. Membuat Wina yang tengah mencicipi masakannya sedikit tersedak.
Wina buru-buru mematikan kompor kemudian berjalan setengah berlari menaiki anak tangga.
"Kemarin ada kok, mbak... Udah saya lipat dan taruh di dalam lemari, di rak paling atas bareng sama topi," paparnya seraya mengelap tangannya yang sedikit berkeringat.
Zinnia memfokuskan pandangannya pada rak lemari paling atas, kemudian mendengus kesal, "enggak ada, udah Zinnia cari bolak-balik tetep enggak ada," keluhnya.
"Kok bisa sih?" Tanya Wina bingung.
"Ya mana Zinnia tau, kan mbak yang selalu rapihin seragam punya aku," ujar Zinnia seraya memajukan bibir.
"Ya sudah, Mbak Zinnia sarapan dulu, biar saya yang carikan," ujar Wina berusaha menenangkan.
Beberapa menit berselang, Wina akhirnya turun ke lantai bawah, disana sudah adalah Bachtiar, Madya, dan Zinnia.
Zinnia buru-buru menelan makanannya, kemudian beranjak menyusul Wina yang sedari tadi hanya menundukkan kepala takdzim.
Zinnia mencium aroma-aroma tidak enak pada perasaannya. Seolah akan terjadi sesuatu saat berada di sekolah nanti.
"Mbak? Gimana?" Tanyanya sembari memiringkan kepala.
"Enggak ketemu, padahal kemarin sudah saya siapkan, lengkap semuanya, Mbak," paparnya.
Zinnia tambah cemberut. Apakah ini adalah keteledorannya sendiri, atau apakah Wina yang lupa? Sebenarnya ini salah siapa?
***
Sepanjang perjalanan menuju kelas, Zinnia hanya menunduk lesu sembari menggendong tas-nya pada posisi depan. Dia menendang segala sesuatu yang menghalangi jalannya, padahal di depan tidak ada apa-apa, hanya angin lewat saja.
Dengan rambut setengah diikat, rok panjang selutut, tak lupa seragam putih yang dilapisi rompi berwarna biru dongker, semua yang dipadukan sudah sangat cocok, selain dasi yang kini dengan nyamannya bertengger apik pada kerah baju Zinnia. Mengapa? Karena dasi yang ia pakai malah bewarna hitam, ia memutuskan untuk memakai dasi milik kakeknya saat dulu masih bekerja di kantor. Hal itu dilakukannya guna menghindari hukuman dari guru yang bertugas mendisiplinkan siswa-siswi pada saat upacara nanti.
"Kenapa mukanya kusut gitu? Telat bangun lagi?" Tanya Yaffa seraya merapikan dasi.
"Tau tuh, masih pagi muka udah kaya cucian basah aja," timpal Gretha.
"Berisik kalian," Zinnia mendengus kesal seraya menyenggol sebelah bahu milik Yaffa dan Gretha. Keduanya hanya menautkan alis secara bersamaan, seolah bertanya ada apa dengan Zinnia hari ini?
Zinnia meletakkan tas-nya dengan asal, kemudian menghentakkan kakinya sedikit keras, seolah meminta untuk diperhatikan.
"Nih, liat..!" Katanya sembari menunjukkan dasi yang kini tengah dipakainya.
Yaffa dan Gretha sontak membelalakkan mata tak percaya, bisa-bisanya hari yang penuh sakral ini Zinnia malah memakai dasi berwarna hitam?
"Kok bisa si? Hilang lagi? Udah yang ke berapa kalinya ini?" Ujar Yaffa jengah melihat tampang Zinnia yang seolah tak takut dengan hukuman apapun nantinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jantung Hati
Novela JuvenilKekasih... Kamu adalah manusia penuh warna yang slalu mengisi kegelap-gulitaanku. Mengajakku berbicara dan melukis tawa kala aku belum pernah merasakannya. Melawan keputusasaan di tengah ambang kematian. Senyum yang merekah diujung bibirmu, adalah s...