Magnet :: Tarikan 3

33 10 3
                                    

~:: Author POV ::~

Gadis manis menyusup di sela keramaian makhluk yang mulai memasuki gerbang sekolah. Belum terlalu siang memang, namun juga tidak pagi. Jam- jam yang memang sangat ramai. Ia memasuki gerbang itu dengan senyum yang mengembang hingga ke sudutnya. Kejadian kemarin membuat senyum terpatri di bibir mungilnya itu. Seperti biasanya, ia selalu nerasa bahagia-atau mungkin lebih dari itu- setelah makhluk bernama Devan mengajaknya pergi, meski hanya sekedar berputar-putar di toko buku. Terlebih, kemarin makhluk yang satu itu selalu sukses membuat hatinya kehilangan kontrol. Meski ia tau, itu sangat sulit karena dia makhluk batu.

"Woi!"

"Apaan sih? Pagi-pagi dah ngagetin aja, Ka!"

Rika, sobat karib Sera. Perlu dipertanyakan mengapa dia bisa tahan berkawan dengan makhluk berjudul Sera ini. Tapi, yang jelas Rika selalu muncul di saat-saat Sera melepas topengnya. Saat dia benar-benar frustasi dengan seseorang yang cukul penting baginya, Devan.

"Ya udah deh kalo lo lagi seneng. Gue pergi dulu ya! Ati-ati awas kesambet! Jangan senyum-senyum terus! Bye!" seru Rika melambaikan tangan.

Hubungan yang aneh. Mungkin hanya segelintir orang yang menyadarinya. Rika, sahabat yang sangat baik. Selalu hadir di saat-saat Sera dirundung kesedihan. Namun, disaat Sera bahagia, ia seolah tak peduli. Mungkin ia menganggap gadis kecil ini hanya membutuhkannya di saat sedih. Lagi pula ia memang sangat sibuk dengan jabatan ketua osis yang baru dipegangnya. Tapi, bagaimana pun Sera selalu menganggapnya sebagai seorang ibu.

Tanpa sadar, kakinya sudah selesai membawanya ke kelas yang sudah cukup ramai. Penduduknya sibuk dengan ritual paginya masing-masing. Tak cukup penting untuk menarik perhatian Sera. Ia berjalan menghampiri bangku paling ujung di barosan depan. Memulai ritual pagi khasnya. Mengeluarkan handphonenya dan mulai memutar lagu kesukaannya. Tentu dengan headset putih yang sangat asyik bertengger di telinganya.

"Woi!" teriak seseorang yang baru saja tiba. Segera mengambil bangku di samping Sera

"Baru juga jam berapa, udah banyak banget kayaknya yang neriakin gue! Segitu kangennya ya sama gue" ucap Sera menghiraukan makhluk di sampingnya.

"Dih! Ngarep banget lu dikangenin cowok kayak gue?"

"Macem lo? Macem onta gurun maksudnya? Ih, ogah benget!"

"Lo ngomong ogah dimulut aja kan? Dasar! Sampul sama isi gak pernah sama!"

"Lo beli buku dimana? Gak mungkin lah sampul sama isi gak sama. Dimana-mana sampul itu selalu nge-jelasin isinya. Gak mungkin lah lo beli buku Harry Poter isinya Doraemon,"

"Penjelasan lo gak mutu! Gue gak ngerti! Brisik ah pagi-pagi"

Pertengkaran seperti biasanya berlanjut terus. Entah akan berhenti kapan, atau justru tak akan pernah berhenti. Semua orang tahu tentang hubungan aneh yang mereka jalani. Dan, seolah tak peduli dengan sekitarnya keduanya hanya terus melanjutkan pertengkaran dengan santainya. Saling mengejek atau sesekali saling pukul. Seperti biasanya. Tak ada yang berubah. Sepertinya....

Kecuali perasaan yang semakin menggila pada Sera. Perasaan paling abstrak yang pernah dirasakannya. Dimana ia masih bisa tersenyum bahagia bersama orang yang sudah jelas-jelas menyakitinya berulang kali. Bukan. Tapi, setiap detiknya. Tiap detik tanpa kepekaan yang seolah bak mata pisau yang terus menyayat hati. Perlahan, namun justru terasa lebih sakit.

"Hoy! Pacaran aja! Masih pagi mbak, mas," teriak Gita.

"Woi! Emang yang bisa teriak cuma lo doang? Dari tadi juga. Tiap yang dateng teriak! Emang gue gak bisa teriak? Pita suara gue masih mulus! Kuping gue juga masih oke! Jadi plis gak usah teriak-teriak!!!"

"Nah, lo sendiri barusan teriak-teriak?"

"Aaarg Gitoooolllll!"

"Ni anak kenapa sih?"

"Tauk,"

"Seseorang plis bunuh gueeeee!"

"Sini," ucap Gita bersiap menancapkan ujung pensilnya yang tajam ke arah lehernya. Bersiap menggores sukses nadinya. Mengabulkan permohonan Sera.

"Arrgh.. Gila lo!" jerit Sera menghindari teman tengkarnya yang satu ini.

"Lo sendiri yang minta,"

~:: Someone POV ::~

'Ck.

Gue gak suka hubungan kalian. Gue tau kalian saling suka. Cuma kalian sama-sama bodoh! Bodoh! Tapi, aku berterima kasih untuk semua itu. Untuk semua kemudahan buat gue. Kemudahan menyusun drama kisah cinta kalian yang bakal berakhir mengenaskan. Disini, gue yang punya cerita, gue yang atur semuanya, dan itu bakal berjalan sesuai dengan yang gue mau'

---------------------------------------------------------------------------------

Syalallalala
Hayo.... Siapa tuh someonenya?

Buat para readers yang baik hatinya cantik dan tamvan parasnya jangan lupa vommentsnya ya.......

Yeeeeaaayyyyy!!!!!!

MagnetTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang