~:: Devan POV ::~
Hitam rambutnya mengurai lembut angin sore ini. Kuikuti tiap gelombang di rambutnya. Menari mengitari kecantikan pemiliknya sendiri. Ia duduk di bangku itu. Bangku yang selalu mengingatkanku akan sejuta kenangan yang lalu. Tempat semuanya dimulai. Semua senang dan sedih yang menggelayut ini. Keduanya membentuk jerat yang mengerat pada jantungku.
Aku hanya berani menatapnya dari jauh. Seolah kaki pun tak sanggup menapak, kuputuskan duduk di atas rerumputan. Masih terus memandanginya. Dari jauh. Huft.
Ia yang duduk di bangku taman mulai mengeluarkan sesuatu dari tasnya. Novel. Dasar! Kebiasaannya masih belum berubah. Dimana pun atau kapan pun dia berada seolah selalu ditemani novel.
'Novel itu, bikin kamu bisa tenggelam di dunia khayal yang menyenangkan' itulah yang selalu ia katakan tiap aku menanyakannya.
Dan ketika aku balas bertanya,
'Memang apa enaknya berada di dunia khayal? Kita ini kan hidupnya di dunia yang sesungguhnya!'
maka ia akan membalas,
'Kalau kau masih bisa bahagia dengan seekor semut, kenapa kamu masih berharap yang lain? Dengan membaca novel kamu bisa menjadi bintang. Tetap bersinar meski dunia di bawahnya hampir hancur dirundung kesedihan'
Lalu, aku akan tersenyum mendengar semua jawabannya. Meski ada yang selalu mengganjal hingga kini. Namun rasanya tak perlu kuucapkan.
Setengah jam kira-kira. Aku terus memandangnya. Dari kejauhan. Setengah jam itu pula ia asyik dengan novelnya. Tanpa peduli ada aku di sini. Apa? Huh, apa aku masih berharap bisa duduk di sampingnya? Ah, tidak! Tak akan!
Aku bangkit dari rerumputan. Ia pun bangkit menggendong tasnya. Aku kembali duduk seperti semula. Menatapnya yang pergi. Rasanya aku pernah merasakan ini! Aku bangkit, berjalan ke arah yang lain. Keluar dari taman yang atmosfernya telah terkontaminasi kesedihan. Apa? Lebay!
Berjalan perlahan. Menyusuri deret rumah penduduk. Menuju tempatku sendiri. Huh! Aku harus mandi! Semoga saja semua ini akan luntur bersama derasnya air yang mengguyurku nanti.
***
Malam mulai larut. Aku masih belum beranjak dari dunia ini, menuju dunia mimpi tentunya. Ada yang menghalangiku. Menghalangiku untuk tidur tepat pada waktunya. Dasar! Apa hidupku tak akan jauh-jauh dari kesedihan karena wanita?! Arghhh!!! Aku sudah muaakkk dengan semua ini!
Seekor burung-eumm, aku tak tahu namanya- mengetuk kaca jendelaku dengan paruh kecilnya. Aku bangkit, membuka sedikit jendela itu. Membiarkan tubuh kecilnya masuk melalui celah yang kubuat. Ia bertengger di atas kap lampu tidurku. Mungkin dia berharap akan tidur bersamaku. Tentu! Kalau aku ingin dihajar mama.
"Hey burung kecil!-maaf aku memanggilnya seperti itu karena tak tahu jenis apa burung kecil yang satu ini-Kau bisa membantuku?"
"Sial!" Bukannya menjawab, ia malah mematuk-matuki apa pun yang ada dalam jangkauan paruh kecilnya.
"Aku mengutukmu burung kecil! Kutukan seorang ibu adalah yang paling mengerikan! Kau harus patuh pada ibumu!"
"Eh? Apa? Memangnya aku ini ibu-ibu yang kerjanya gosip itu?Ah! Maaf aku khilaf! Tapi, hahahahha! aku bahagia bisa seperti ini! Setidaknya pikiran menjenuhkan itu bisa hilang sejenak,"
Ah, aku butuh tidur. Jadi, aku harus membawanya keluar sekarang. E-eh, tunggu! Bagaimana caranya?!!
"Okey, Devan. Kamu hanya perlu menangkapnya" bisikku.
Sial! Baru saja aku ingin mengatupkan kedua tanganku untuk memerangkapnya, ia sudah terbang ke sisi tempat tidurku. Oh My God! Jangan kesana! Kalau kau mengeluarkan kotoranmu disana, aku bukan hanya akan mengutukmu! Tapi, juga akan membuatmu menjadi santapan sarapanku besok! E-eh apa?? Jadi aku akan sarapan dengan makanan yang kukutuk sendiri? Ah! Batal! Batal! Aku akan memberikanmu pada kucingku saja! E-e-eh, bagaimana kalau dia mati karena makan hewan kutukan? Ah, Batal! Batal lagi! Argghhhh! Terserah akan kuapakan kau nanti! Yang penting akan kubunuh kau dulu! Tapi........, BAGAIMANAAAA?! Menangkapnya saja susah begini!
Ah! Aku tahu!
Ku ambil tempat pensilku. Ku tumpahkan isinya. lalu, kudekati burung kutukan itu. Dan.....! Arghhh! Sial! Sedikit lagi!
Ku putuskan untuk mengejar burung sialan itu.
Bruk!
Arghhh! Kau pembawa sial! Setumpuk buku jatuh dari meja di samping tempat tidurku. Membuat kamarku terlihat terlalu berantakan.
Dengan dendam kesumat yang sudah kalut aku melemparnya dengan segala yang aku pegang. Berharap ia akan keluar dengan sendirinya. Ku buka jendela lebih lebar. Memberi jalan agar ia leluasa keluar nantinya. Tapi,
Aaaaaaa!
Empat ekor burung sejenis dengannya masuk. Aku yakin mereka teman si burung kecil, karena tubuh mereka juga kecil seperti burung kecil. Ah! Tak penting mereka iu temenan atau saudaraan, atau kakek buyutan, atau emak bapak, atau pacar sekali pun. Eh, apa burung juga punya pacar? Huwaaaa! Baper!
"Evan!!! Kanapa sih gradak gruduk? Orang udah pada tidur say-" mama membuka pintu. Dan...
"EVAAAAN! KAMAR SAMA KAPAL PECAH LEBIH PARAH KAMAR! WALAUPUN KAMU ITU ANAK COWOK TAPI KAMAR JANGAN SE-BERANTAKAN INI!! KAMU INI! MEMANGNYA KALAU BERANTAKAN KAYAK GINI ENAK TIDURNYA?ENAK ORANG NGELIATNYA? LAGIAN, MALEM-MALEM BUKANNYA TIDUR ANTENG ANYEM! INI MALAH NGE-BERANTAKIN KAMAR! UDAH CEPET BERESIN!" Ha! ini faktor utama kalau nanti aku kena radang telinga atau sejenisnya.
"I-itu ma.Tadi ada burung yang masuk. Evan mau tangkep eh, malah-,"
"SIAPA SURUH BUKA JENDELA MALEM-MALEM! KAN JADINYA PADA MASUK! ITU SALAH KAMU SENDIRI!!! JANGAN NYARI KAMBING HITAM! CEPET BERESIIIIIN!!!"
"I-i-iya ma,"
Brak
Untung saja engsel pintu itu cukup kuat. Kalau tidak, pasti sudah copot dari tempatnya. Dasar! Gara-gara burung kecil sialan! E-eh, mana? Kabur? Arrrrrggghhhh! Jangan bilang dia kabur waktu gue dimarahin tadi. Sumpah! Gue dendem kesumaaaat! Pake ekstra banget.
-----------------------------------------------------------------------------------------
Lohalohalohalo....
Yeay....
Author seneng deh! Kenapa? Gak tau! Gak waras? Gak juga. Cuma seneng aja...
Hhehehehhe abaikan yang barusan. Oh ya, author mau minta maaf kalau sepanjang baca cerita ini feelnya gak pernah dapet. Author tau kok cerita ini abal-abal banget. Votenya aja cuma segitu-gitu aja. Tapi, ya sudahlah yang penting author seneng.
Eh, gimana sama Devan POV-nya? Sorry kalau gak sesuai dugaan. Emang sih, image Devan jadi ancur banget di chapter ini. HahahahaYa sudah, bye bye bye
See you in next chapter....

KAMU SEDANG MEMBACA
Magnet
Teen FictionIni hanyalah kisah kecil tentang dua magnet yang terpaksa saling menjauh, mencoba tetap menjadi sepasang magnet. Namun bersamaan dengan itu, keduanya berubah menjadi magnet yang sesungguhnya -------------------------------------------- Mohon untuk t...