Pasangan-pasangan kekasih memenuhi taman ini. Berseliweran kesana dan kemari tanpa peduli dengan mereka yang masih sendiri. Atau berdua dengan yang bukan siapa siapa. Seperti Sera!
"Ngapain sih kesini? bikin bete tau,"
Sementar itu cowok--oh, sepertinya bukan-- di sebelah Sera malah menariknya ke salah satu bangku taman yang cukup teduh. Lalu, meninggalkanku sendiri. Di tempat yang penuh pasangan-pasangan terkutuk itu. Sepanjang Devan belum kembali hatinya mengumpat segala sesuatu yang dapat diumpatnya.
Mulai dari pasangan yang saling bermesraan dengan kata-kata gombal yang membakar telinganya. Atau mereka yang asyik suap-suapan temat di depan matanya. Ingin sekali diambilnya batu dan dilemparkan satu persatu pada mereka.
'Tuhaaaan! Kapan gue dianugrahi cowok yang peka dan romantis macam mereka? Apa gue cuma bakal idup sama cowok berotak udang itu? Apa gak ada cowok hidup lainnya yang bisa dianugrahi buat gue? Oh god please....' moonnya dalam hati.
"Jangan cemberut gitu! Lu makin jelek !" ejek Devan sambil menyodorkan segelas jus jambu padanya.
"Bodo! Masih jelekan lu juga!"
"Hahahhahhaha"
"Pa 'an sih?"
"Muka lo!"
"Gak lucu! Gak usah ketawa!"
'Siapa coba yang gak bakalan bete. Di hari yang cerah dan suasana hati yang seharusnya bagus malah diajak ke sini. Tempat orang pacaran. Dia tu gak sadar apa gak peka? Dasar otak udang! Hati batu! Baka! Aho! Babo! Stupid! BODOH! sumpah gue baper akut! Tuhaaaan bantu gue keluar dari keadaan ini!' umpat Sera cuma bisa dalam hati.
"Lo ngapa?" tanya Devan lagi.
'Sumpah! Pengen banget rasanya mati disini. Ayolah! Seseorang bunuh gue!Dasar cowok emang gak pernah peka!!!!' lagi-lagi Sera hanya bisa diam dan mengumpat dalam hati. Sambil melampiaskan emosinya pada segelas jus di tangannya.
"Gak suka ya? Yaudah kita cari tempat lain aja! Sorry ya!"
Dan pasti akhirnya gini! Pasti diem-dieman! Sepanjang jalan menuju tempat yang gue sendiri gak tau, sepertinya gak ada sepatah kata pun yang keluar dari mulut dia. Dasar!
"Ra! Ra! Sera! Qisera Askendita! Woi!"
"E-eh. Ngapain teriak-teriak sih?"
"Dah sampe,"
Gue memandang sekitar. Menatap tiap inchi yang bisa ditangkap mata coklat gue. Rumput hijau penuh embun yang masih terus menyeruakkan aroma khasnya. Menari tiap hempasan angin yang melewatinya. Membungkam rapat mulut mengagumi kesegaran yang ditawarkan tiap sudutnya. Ditambak gumpalan bulu-bulu kecil yang saling meloncat kesana kemari.
Mata yang seolah tak pernah lelah menatap pemandangan ini perlahan menyelinap tanpa perintah. Memasuki lingkup pandangan seseorang yang berdiri disampingnya sambil menatap lekat. Mata itu lagi.
"Lo gak pernah bilang," cuma itu yang bisa terucap.
"Baru juga ketemu!"
"Jangan pasang muka gitu lah di depan gue! Jadi inget anjing laut di kebun binatang terbuang waktu itu, kan! Mirip banget sumpah!" ujarnya mengangkat telunjuk dan jari tengahnya sambil membentuk 'v' di depan wajahnya.
"Apa sumpah lo nyebeliiiii! Gak tau apa muka lo lebih parah? gak usah ngomongin orang deh!" seru gue memukul lengannya.
"Sakit woi! Dasar Gorila Hutan!" ejeknya.
"Dih! Tahu Jepang!"
"Apa lo bilang? Gak denger gue?" serunya sambil memasang pose siap menerkam.
"Aaaah! Tolong! Ada Gomera (monster di iklan ic** och*) yang mau makan gue!"
'Inilah! Lagi-lagi dia berhasil buat gue ketawa setelah kesel setengah mati sama wujudnya, sama hati batunya, sama otak udangnya. Dengan ini rasanya impas'
Entah sampai kapan kita bakal terus begini. Saling ejek, bertengkar, dan semua kelakuan anak kecil ini. Oh God, aku gak minta dia buat sadar atau bales perasaan ini, aku cuma mau dia tetep deket. Kita tetap bisa deket. Aku, Qisera Askendita bisa terus dekat Cuma itu.
"Ah, capek gue Ra! Duduk dulu gih!" serunya menepuk rumput hijau di sampingnya.
"Huft! Kurus gue lama-lama sama lo!"
"Udah, diem dulu napa? Gak bisa ya? Capek tauk!"
Beberapa kelinci putih menghampiri. Atau lebih tepatnya ku pancing dengan sedikit rumput yang kucabut. Mungkin itu menarik buat mereka, padahal mereka sedang berada di padang rumput yang luas dan penuh rumput hijau tentunya. Entahlah mengapa.
Kutepis pikiran tentang kelinci-kelinci itu. Membiarkan mereka menikmati helai-helai daun hijau itu. sementara mata gue kembali menatap pada makhluk di samping yang ternyata juga sedang memusatkan pandangannya pada GUE! Deg.
"Apa?"
"Gak!"
"Lo tau gak?"
"Eung...,"
"Biasanya, kalo cewek suka sama hewan berarti dia itu hangat. Kok lo enggak?"
'Sialan! Cari ribut lagi nih anak. Sumpah baru sebentar gue seneng di sini dan dia udah cari masalah lagi! Sebeeeeel! Gue ngerasa abstrak banget disini! Emangnya siapa sih yang gak hangat? Gue cuma gak bisa hangat! Salah lo lah yang gak peka! Coba kalo lo yang hangat sama gue! Pasti gue juga!' umpat gue lagi-lagi hanya dalam hati.
"Lo pasti lagi ngumpat gue!"
E-eh? Lah, napa nih anak kok bisa tau? Jangan-jangan dia bisa baca pikiran gue! Duh, mati lah! Seseorang plis bunuh gue!
-------------------------------------------------------------------------------------
Hai hai hai....
Part 2 akhirnya selesai.
Meski pun belum banyak yang ngasih vote, tapi yasudahlah yang penting aku seneng.....Lallalalalallala
Tapi, kalau suka jangan lupa vommentsnya ya.... Itu sangat bertarti buatku ^_^

KAMU SEDANG MEMBACA
Magnet
Teen FictionIni hanyalah kisah kecil tentang dua magnet yang terpaksa saling menjauh, mencoba tetap menjadi sepasang magnet. Namun bersamaan dengan itu, keduanya berubah menjadi magnet yang sesungguhnya -------------------------------------------- Mohon untuk t...