03. "Hanya Perlu Lembaran Baru, Gempa"

641 63 7
                                    

"Ice, bisa bantu aku jelaskan jawaban untuk soal nomor 9?"

Ice mengalihkan pandangannya dari buku paket yang sedang dia pegang kemudian membaca sejenak soal yang dimaksud. Tangannya lalu membuka buku catatan yang ada di meja.

"Boleh, Mas. Pertama, kita cari nilai dari 'x' dulu. Caranya pakai rumus yang ini, lalu masukkan angka-angka yang diketahui ke dalamnya," Ice mulai menulis proses penyelesaian soal di selembar halaman buku khusus untuk mengerjakan soal.

Gempa yang diajari segera menyimak dengan seksama. Matanya memperhatikan angka mana yang perlu digunakan, otaknya berusaha merekam informasi yang disampaikan adiknya itu.

"Setelah itu, kita cari lagi nilai 'y' dengan cara memasukkan ketiga angka ini," Ice mengetuk tiga angka pada soal dengan ujung pensil, "ke dalam rumus yang ini," lalu berpindah pada salah satu rumus lain yang belum digunakan.

"Nah, karena nilai 'x' dan 'y' sudah diketahui, maka kita bisa menemukan nilai 'z' dengan memasukkan kedua nilai tadi ke dalam persamaan yang ada di soal."

Begitu menemukan hasil akhir perhitungannya, dia menulis kalimat kesimpulannya, "Jadi, nilai 'z' pada persamaan di atas adalah 13."

Gempa mengangguk-angguk paham, "Oh... jadi begitu caranya, terima kasih banyak, Ice."

Ice tersenyum lembut.

"Justru aku yang harusnya berterima kasih, Mas Gem. Catatan rumus yang kita pakai sekarang itu sebenarnya adalah milikmu," kata Ice. "Maaf ya Mas, aku pinjam buku-bukumu tanpa bilang dulu."

Gempa membalikkan sisi kiri buku dan melihat sampul depannya, di sana tertera jelas tulisan "Gempa Arkana".

Dia menggelengkan kepala, "Enggak apa-apa kok, syukurlah kalau buku catatanku bisa berguna. Sayang juga kan kalau dibiarkan berdebu di kamar." Jarinya asyik membolak-balik halaman.

'Tulisan yang rapi dan mudah dibaca, setiap judul poin-poin diberikan warna yang berbeda, dan hal-hal penting selalu diberi highlight dengan spidol.'

'Bahkan sampai ada gambar dengan berbagai keterangan.'

"Hm... sepertinya aku yang dinilai rajin belajar oleh Kak Taufan ada benarnya. Lengkap sekali, sampai aku sendiri tidak percaya bisa mempunyai buku seperti ini," Gempa tertawa pelan.

Sebelum Gempa pergi untuk melakukan rehabilitasi, Ice sudah terlebih dulu datang ke rumah sakit untuk menjenguk, sesuai dengan perkataan Blaze tadi pagi. Rupanya, Ice ingin menemani rehabilitasi Gempa yang memang memperbolehkan adanya kehadiran penjenguk.

Akhirnya begitu kegiatan tersebut selesai, mereka kembali ke kamar untuk membiarkan Gempa mandi dan beristirahat. Lalu bisa dilihat sekarang ini, Gempa memutuskan untuk duduk di sofa dan ikut belajar bersama adiknya.

"Menurutku, Mas Gem yang sekarang juga rajin, kok. Lihat saja, Mas Gem ikut belajar padahal bisa istirahat. Memangnya kamu enggak lelah, Mas?" Ice mencomot camilan yang ia bawa dari rumah, cookies cokelat buatan Taufan.

"Aku kan hanya lelah fisik, tinggal duduk seperti ini juga sudah cukup. Ditambah lagi, kita dibuatkan cookies oleh Kak Taufan, energi dan mood-ku benar-benar membaik," Gempa menimpali.

"Aku juga ingin sekalian mengecek sudah tertinggal seberapa jauh kondisi ingatanku yang sekarang dengan yang dulu tentang pengetahuan. Ternyata tidak seburuk yang aku kira, aku mungkin melupakan rumus rumit atau nama-nama ilmiah, tapi aku masih bisa melakukan perhitungan. Nama satuan sehari-hari yang biasa dipakai untuk pengukuran pun masih bisa kuingat."

Dokter Rafi sudah pernah menjelaskan kepada Gempa dan saudaranya yang lain, bahwa Gempa mengalami amnesia retrograde. Hal ini menimbulkan penderitanya kesulitan dalam mengingat informasi yang sudah disimpan sebelum terjadi amnesia. Meski begitu, amnesia jenis ini tidak mengganggu kemampuan "tidak sadar" penderitanya, seperti makan, mengemudi, membaca, cara berhitung, dan lain sebagainya.

RepairTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang