Author's note:
Dimulai dari chapter ini dan selanjutnya, apabila terdapat teks pesan media sosial, Author akan mengubah format rata kanan dan kiri agar membantu Pembaca untuk lebih mudah memahami percakapan yang sedang terjadi.Sisi kiri akan selalu menjadi sudut pandang karakter fokus pada chapter tersebut.
Sisi kanan akan selalu menjadi sudut pandang lawan bicara dalam obrolan daring tersebut.
......................
CW: harshword (kata kasar), mention of bullying (hanya penyantuman perundungan tanpa terjadi aksi secara langsung)
.......................
"Akhirnya selesai!" Taufan sedikit berseru sambil meregangkan anggota tubuhnya.
"Aduh, ternyata pegal sekali rasanya." Ia berdiri dan melangkah menuju ranjangnya. "Hah... ini baru nyaman, daya tarik kasur memang tidak bisa diremehkan."
Sembari berbaring, dia mulai memainkan ponselnya lagi. Tak lupa mengecek notifikasi chat online. Taufan menekan-nekan berbagai huruf pada layar untuk melanjutkan obrolan yang sempat tertunda tadi.
'Saranku, jangan terlalu lama mengulur waktu untuk bertemu dengan Gemmy. Bagaimana pun, kalian sudah sangat dekat sejak masih kelas 1 SMA. Cepat atau lambat, ingatannya akan pulih dan kamu akan hadir kembali ke dalam hidup dia."
'Aku tahu, Fan. Tapi beri aku waktu sedikit lebih lama lagi, aku perlu mempersiapkan diri."
'Bersiap untuk apa?'
'Aku ingin mengingat lagi seperti apa diriku di kehidupan dia yang lalu. Aku tidak mau terlihat jauh berbeda, aku enggak mau mengecewakannya.'
'...'
'Kamu pasti mengerti watak Gemmy. Selama kami berinteraksi dengannya, sikapnya nggak jauh berbeda. Kamu enggak berpikir adikku akan serendah itu dalam menilai seseorang kan? Terutama mengenai dirimu.'
'Kamu menyayangi dia, begitu juga dirinya terhadapmu. Kenekatanmu jika menyangkut tentang Gemmy sudah seperti kami. Aku pun akan dengan senang hati menganggapmu saudaraku.'
'... Brengsek, jangan mengetik sembarangan begitu. Jangan membuatku merasa ada di atas awan padahal kenyataannya kakiku masih menapak tanah.'
'Waduh, ada yang salting, nih."
'Bacot! Ya intinya aku akan ke sana jika timing-nya sudah tepat. Kau cukup kabari aku keadaannya sehari-hari.'
'Iya deh, suka-suka Kesatria Ardi. Kelihatan sekali kamu belum bisa move on dari julukan masa SMA dulu. Tapi aku setuju kalau Gemmy akan selamanya jadi Arunika.'
Setelah sepuluh menit terlewati, balasan dari lawan bicaranya tidak kunjung masuk. Taufan tergelak ketika menyadari pesannya tidak dibalas, hanya terbaca.
"Kalau Gemmy bertemu lagi denganmu dan berhasil mengingat semuanya, sudah pasti adikku hanya akan bingung terhadap perubahan yang terjadi, namun tetap mau menerimamu," gumam Taufan lirih.
"Kamu akan selalu jadi orang kepercayaan Gemmy. Kamu tidak melakukan kesalahan apapun. Tidak perlu ada rasa cemas dan takut ketika kalian berdua berjumpa lagi."
KAMU SEDANG MEMBACA
Repair
FanfictionSeorang laki-laki terbangun dari koma panjangnya tanpa ingatan apapun, baik namanya, apa yang telah terjadi padanya, hingga identitas enam orang yang tengah mengerumuninya. "Gempa, namamu adalah Gempa, dan kami merupakan saudara-saudaramu," ucap sal...