13 Desember 2023
Tiga minggu berlalu sejak Gempa terbangun, hari ini merupakan salah satu hari yang membahagiakan bagi Gempa dan saudara-saudaranya.
Tidak hanya karena langit begitu cerah dan kicauan indah burung terdengar begitu memanjakan telinga, tapi juga fakta bahwa Gempa sudah diperbolehkan untuk pulang ke rumah.
Dokter Rafi sempat berkunjung ke kamar inap Gempa dua hari sebelumnya. Sang dokter menyampaikan kondisi pasien sudah cukup stabil sehingga bisa dilakukan rawat jalan.
Halilintar dan yang lain segera mengosongkan jadwal kegiatan mereka untuk hari ini. Mereka tidak ingin melewatkan momen berharga tersebut begitu saja.
Duri, Solar, dan Blaze yang mendapatkan jadwal menginap di kamar rawat, ikut membantu kakaknya membereskan barang-barang pribadinya untuk dibawa pulang.
"Kak Gem, saranku nanti Kakak pakai kursi roda saja dulu ketika perjalanan ke rumah. Begitu sudah sampai di sana, Kakak bisa pakai kruk," Solar memasukkan baju-baju Gempa ke dalam tas. Tak lupa juga dia membereskan barangnya sendiri.
Duri mengangguk-angguk dengan semangat, "Benar kata Solar, Kak Gemgem. Rumah sakit ini cukup luas, aku takut nanti Kakak kelelahan jika memaksa memakai kruk."
Gempa yang sedang duduk di sofa melihat ke arah kruk yang tersandar di sampingnya. Dia mengingat kembali sebagian denah rumah sakit yang sering dia lalui saat rehabilitasi, "... Baiklah, aku juga tidak yakin bisa berjalan cukup jauh untuk saat ini."
"Tenang saja, Kak Gemgem. Serahkan kegiatan menyetir kursi roda Kakak pada Duri!" Duri menepuk dada dengan ekspresi bangga.
Solar memutar bola matanya melihat tingkah sang kembaran.
"Kenapa aku yang jadi khawatir ya? Kamu enggak berniat main mobil-mobilan dengan kursi roda Kak Gem, kan?"
Duri memalingkan wajahnya sambil pura-pura bersiul, tangannya memasukkan beberapa camilan dan buah yang belum sempat dihabiskan ke dalam kantong kain.
"Hei, jangan abaikan aku dan jawab pertanyaanku!"
"..."
"Astaga... kalau terjadi apa-apa pada Kak Gem bagaimana?!"
"Ish... Duri cuma bercanda. Duri akan pelan-pelan, kok. Duri kan bukan Kak Panpan dan Kak Aze," Duri menyatukan kedua ujung jari telunjuk di depan dadanya.
Duri menatap memelas ke arah Gempa, "Boleh kan Duri yang dorong nanti?"
'Ya ampun, imut sekali!' Batin Gempa.
'Aku jadi tidak tega menolak.'
Gempa tersenyum lembut, "Boleh, kok. Tapi hati-hati ya, jangan buat keributan di rumah sakit."
'Kalau sampai terjadi sesuatu, sepertinya tidak cuma kaki, tapi juga jantungku yang terkena imbasnya.'
"Yay! Terima kasih, Kak Gemgem!"
"Dasar bocah," Solar memijat pelipisnya perlahan, merasa pusing.
"Wle... Kak Gemgem kasih izin. Lagipula kamu lebih bocah, Adik Bungsu!"
Si adik kembar menghela napas lelah.
Solar berjalan mendekati Gempa dan mengambil kantong kain berisi makanan lainnya dari tangan sang kakak, "Kak, nanti ketika sudah sampai di rumah, jangan kaget ya kalau ribut setiap hari seperti pasar."
Gempa tertawa pelan, "Aku mengerti, aku malah jadi tidak sabar melihat akan seperti apa nanti tingkah kalian."
Tok! Tok! Tok!
KAMU SEDANG MEMBACA
Repair
FanficSeorang laki-laki terbangun dari koma panjangnya tanpa ingatan apapun, baik namanya, apa yang telah terjadi padanya, hingga identitas enam orang yang tengah mengerumuninya. "Gempa, namamu adalah Gempa, dan kami merupakan saudara-saudaramu," ucap sal...